Cara Kerja .1. Pemilihan Media Peletakan Telur

wadah pelastik. Masing-masing dari sampel yang telah diperoleh, lalu dimasukan ke dalam wadah plastik gelas plastik beserta tutupnya satu per satu. Satu wadah plastik berisi satu sampel telur. Setelah itu, diambil gelas plastik bekas beserta tutupnya yang sebelumnya telah dicuci dan dibersihkan. Lalu diambil daun Glodokan yang telah berisi telur G. agamemnon pada bagian permukaan atas atau bawah daun. Kemudian daun tersebut diselipkan di tengah tutup gelas plastik, bagian tangkai daun yang terdapat di atas tutup diberi kapas yang sudah dilembabkan dengan air untuk mengurangi penguapan. Apabila telur G. agamemnon telah menetas menjadi larva, diambil daun pakan beserta tangkai daunnya. Kemudian tangkai daun tersebut disisipkan di atas tutup gelas plastik dan dililit dengan tissue non alkohol atau kapas yang dilembabkan dengan air secukupnya agar daun tetap segar dan mengurangi penguapan. Gelas plastik kupu- kupu dibersihkan dari feces dan sisa-sisa daun pakan setiap hari agar tetap bersih dan terjaga kelembabannya. Kandang buatan G. agamemnon tersaji pada Gambar 9. Gambar 9. Kandang buatan G. agamemnon L. Fitriana, 2011

3.3.3. Morfologi Tiap Stadia dalam Siklus Hidup G. agamemnon L

Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB selama 4 bulan 123 hari. Metode yang digunakan adalah survey semi alami, dilakukan pengamatan mulai dari telur, larva, pupa sampai imago. Pada saat stadia telur, mulai dari warna telur, bentuk telur, ukuran diameter telur dan diameter sisa cangkang telur. Setelah telur menetas menjadi larva, diamati warna larva, bentuk larva, perilaku dan pola pakan larva. Selain itu, dilakukan pula pengukuran panjang tubuh tiap larva menggunakan jangka sorong, jumlah tahapan instar, pengukuran sisa kulit lama ketika larva moulting, serta lama setiap stadia hidupnya. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan dihentikan saat larva memasuki tahap pupasi. Pada stadia pupa dilakukan pengamatan letak posisi pupa, pengukuran panjang pupa, perubahan warna pupa dan lamanya waktu pupasi. Selama pengamatan morfologi tiap stadia G. agamemnon, dilakukan juga pencatatan faktor fisik ruangan meliputi kelembaban udara menggunakan hygrometer yang diletakaan di atas permukaan lantai, intensitas cahaya menggunakan Lux meter yang diarahkan kesumber cahaya, suhu menggunakan thermometer yang dipegang dengan jari pada ujung tali. Pencatatan faktor fisik ini dilakukan selama 123 hari hari sebanyak 3x dalam 1 hari yaitu pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB. Ketika G. agamemnon telah keluar, dilakukan pencatatan tanggal serta jam kupu-kupu keluar. Setelah kupu-kupu keluar dari cangkang pembungkus pupa, ditunggu hingga satu jam sampai sampai kupu-kupu dapat melebarkan sayapnya dengan sempurna. Setelah itu, diambil kupu-kupu jantan dan betina masing- masing 1 ekor dan ditekan bagian toraksnya secara perlahan sampai G. agamemnon lemas. Spesimen disimpan sementara di dalam kantong papilot yang dibuat dari kertas minyak berbentuk segitiga. Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi spesimen G. agamemnon. 3.3.4 Proses Opset dan Pengukuran Morfometri Sayap spesimen G. agamemnon yang disimpan sementara dilemaskan dengan meneteskan alkohol 70 supaya tidak kaku. Proses ini berlangsung selama 1 jam. Setelah sayap lentur, kemudian bagian toraks ditusuk menggunakan jarum pentul sejajar dengan sumbu tubuh. Apabila sudah sejajar, spesimen diposisikan pada papan perentang dengan mengatur letak sayap, kepala dan antena menggunakan pinset. Agar tidak bergeser, spesimen ditahan menggunakan jarum pentul dan diberi label. Spesimen G. agamemnon dikeringkan menggunakan oven dengan suhu sebesar 50 C selama tujuh hari. Pada hari ketujuh, spesimen dikeluarkan dari oven. Spesimen yang sudah kering diangkat dari papan perentang. Setelah itu, spesimen disimpan di dalam kotak spesimen yang sudah diberi kapur barus yang dibungkus dengan tissue agar terhindar dari jamur dan tidak mudah rusak. Kemudian dilakukan pengukuran morfometri dengan mengukur panjang badan, panjang antena, panjang sayap depan, lebar sayap depan, rentang sayap, panjang sayap belakang dan lebar sayap belakang, Lalu diamati juga segmen terakhir abdomen. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisis secara desktiptif dalam bentuk narasi dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Proses opset kupu-kupu tersaji pada Gambar 10 dan pengukuran morfometrik kupu-kupu tersaji pada Gambar 11. Gambar 11. Pengukuran morfometrik: a. Panjang antena; b. Panjang badan; c. Lebar sayap depan; d. Panjang sayap depan d; e. Panjang sayap belakang; f. Lebar sayap belakang. Rentang sayap2d=2 x Panjang sayap depan Salmah dkk, 2002 a c b a b c e f Gambar 10. Proses opset: a. G. agamemnon L. yang sedang ditetesi oleh alkohol 70; b. G. agamemnon proses pengeringan; c. G. agamemnon di dalam papan perentang Maulidia, 2010 a c

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas G. agamemnon L. di sekitar Kampus I UIN Jakarta

Dari hasil pengamatan lapangan selama 14 hari, ditemukan G. agamemnon beraktivitas di sekitar tanaman glodokan di kawasan kampus I UIN Jakarta untuk meletakkan telur. Data faktor lingkungan saat penggambilan telur tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Faktor lingkungan saat pengambilan telur Faktor fisik Pagi 08.00 WIB Siang 12.00 WIB Sore 16.00 WIB Suhu o C 28 – 31 31 – 38 25 – 32 Cahaya Klx 10,67 - 24,10 11,12 - 70,30 3,45 - 11,60 Kecepatan Angin m s 0,5 – 0,67 – 0,92 0,5 – 3,33 Kelembapan Relatif Udara 48 – 68 33 – 50 50 – 85 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, sebagian besar kupu-kupu termasuk G. agamemnon melakukan aktivitas di sekitar kampus I UIN Jakarta pada pagi hari sekitar pukul 09.00-11.00 WIB dengan mengunjungi berbagai macam tanaman, dan akan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB. Dapat diketahui perbedaan faktor fisik yang terlihat pada tabel di atas. Selama pengamatan, suhu tertinggi adalah pada siang hari yaitu berkisar antara 31-38 C. Pada siang hari, cuaca di sekitar pengamatan sangat panas. Cuaca yang sangat panas tersebut menyebabkan aktivitas kupu-kupu semakin sedikit. Selain itu, jika suhu mencapai 38 C kupu-kupu akan kehilangan keseimbangan tubuhnya ketika mencari makan 33 akibat mengalami dehiderasi sehingga kupu-kupu tidak dapat menggerakkan sayapnya dengan optimal pada siang hari. Pada sore hari, suhu lingkungan sekitar pengamatan berkisar antara 25-32 C. Selama pengamatan berlangsung, menjelang sore hari keadaan cuaca berubah menjadi mendung dan sering turun hujan. Hal ini menyebabkan tidak ditemukan kupu-kupu yang melakukan aktivitas, karena kupu-kupu tidak dapat menaikkan suhu tubuh, sehingga kupu-kupu membutuhkan energi dari cahaya matahari untuk menggerakkan sayap yang berfungsi sebagai kontrol otot-otot dada ketika kupu- kupu tersebut terbang. Jika tidak ada cahaya atahari, maka kupu-kupu juga tidak dapat energi yang digunakan untuk menggerakkan sayapnya. Menurut Bariyah 2011 p ada pagi hari, kupu-kupu terbang mencari pakan sebab tanaman memproduksi nektar dimulai pada pagi hari. Kupu-kupu lebih banyak beraktivitas pada pagi hingga siang hari dalam mencari pakan. Kupu-kupu mulai beraktivitas sekitar pukul pada pagi hari sekitar pukul 09.00-11.00 WIB dan akan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB dengan suhu berkisar 28-31° C pada pagi hari. Pada siang hari, intensitas mencari pakan menurun dan kupu-kupu lebih banyak bersembunyi di semak-semak, rumput dan pohon. Pencarian pakan pada suhu yang tinggi akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan banyak energi. Menurut Suhara 2009 kupu-kupu akan berlindung ketika mendung, karena kupu-kupu tidak bisa menaikkan suhu tubuh cukup tinggi tanpa bantuan matahari untuk terbang. Salah satu cara yang dilakukan oleh kupu-kupu untuk meningkatkan suhu tubuh adalah dengan berjemur. Kupu-kupu akan menemukan tempat yang cerah dan aman untuk membuka sayap dan menangkap panas sinar