Mistake Proofing poka-yoke Program Evaluation and Review Technique PERT

diproses, namun part yang lain yang akan dirakit bersamanya belum siap. Queuing time terjadi apabila suatu part sudah siap untuk dikerjakan, namun mesin yang akan mengerjakan part tersebut masih mengerjakan pekerjaan yang lain. 6. Defective product Waste yang timbul akibat memproduksi produk yang cacat. 7. Excess inventory Waste yang timbul akibat banyaknya inventori. Pengeluaran-pengeluaran akibat inventori antara lain adalah biaya gudang, biaya karena produk menjadi usang, produk rusak dan opportuniti cost.

3.3. Mistake Proofing poka-yoke

5 1. Semua produk harus diperiksa. Memproduksi produk yang cacat merupakan pemborosan bagi perusahaan. Dalam Bahasa Jepang pencegahan kesalahan disebut poka-yoke. Dalam penerapannya poka-yoke memiliki beberapa cara, namun secara umum ada empat langkah umum yang dapat dilakukan, yaitu: 2. Cacat harus diketahui penyebab utamanya. 5 Askin, Ronald G. Design and analysis of Lean Production systems. John Willey Son.2002.p 364. Universitas Sumatera Utara 3. Ketika cacat terdeteksi, maka proses harus dihentikan dan segera dilakukan kegiatan perbaikan agar tidak terjadi cacat serupa yang terulang. 4. Proses harus didesain untuk menghindarkan cacat. Beberapa teknik yang dapat digunakan pada poka-yoke antara lain: 1. Checklist yang dilakukan oleh operator. Mungkin akan sangat menolong untuk menugaskan operator unruk bertanggung jawab memeriksa pekerjaannya. Namun tentus saja akan masih ada kerguan akan dapat menghilangkan seluruh cacat. Manusia memeiliki kecenderungan untuk membernakan pekerjaanya. Untuk setiap unit yang diproduksi, operator harus memastikan bahwa semua yang ada dalam checklist sudah dilakukan. Ini akan mengurangi kesalahan akibat operator lupa melakukan beberapa operasi. 2. Pemeriksaan yang berlapis Pemeriksaan diakhir proses saja jarang menemukan semua cacat. Pada pemerikasaan berlapis, operator pada suatu proses harus memeriksa bahan yang masuk dari proses sebelumnya sebelum mereka mulai mengerjakannya. Ini penting agar cacat yang ditemukan dikomunikasikan kepada proses sebelumnya agar tidak semakin banyak bahan yang cacat. 3. Pencegahan cacat pada komponen dengan desain perkakas Perkakas harus didesain sesuai dengan part yang digunakan pada proses tersebut agar tidak terjadi kecacatan. 4. Mesin standarisasi Universitas Sumatera Utara Tujuannya adalah agar produk yang masuk dan keluar dari proses sesuai dengan standar yang dinginkan.

3.4. Value stream mapping

6 Value stream adalah proses yang mengalir dari pemesanan hingga seluruh aktivitas selesai. Dalam dunia manufaktur value stream dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang terjadi mulai dari pemesanan datang hingga pengiriman produk akhir dan terjadi pembayaran oleh pelanggan. Pada lantai produksi value stream adalah seluruh kegiatan yang terjadi mulai dari bahan baku tiba hingga pengiriman produk jadi. Value stream mapping adalah sebuah alat pemetaan untuk melihat aliran proses dan aliran informasi dalam proses produksi. Teknik ini telah banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk mengumpulkan, menganalisa dan menghadirkan informasi dalam waktu yang singkat. Value stream mapping dapat membantu untuk membedakan mana proses yang memberikan nilai tambah dan yang tidak memberi tambah pada proses produksi. Dengan teridentifikasinya kegiatan yang tidak memberi nilai tambah maka dapat disusun langkah-langkah untuk mengeliminasinya. 6 Mark A. Mapping The Total Value Stream.CRC Pres:london 2008 Universitas Sumatera Utara

3.4.1. Bagian-bagian Pada Value Stream Mapping

Value stream mapping terbagi atas tiga bagian, yaitu 1. Proses maupun aliran produksi pada value stream. Proses atau aliran produksi adalah bagian dari peta yang sering diasosiasikan dengan tradisional flowchart. Aliran proses harus digambarkan dari kiri ke kanan. 2. Aliran informasi Aliran komunikasi dan informasi adalah bagian dari peta dimana value stream mapping berkembang tidak hanya sebagai informasi aliran produk. Dengan menambahkan komunikasi yang terjadi kedalam peta memungkinkan kita mengetahui komunikasi yang terjadi dalam proses baik secara formal maupun informal. Banyaknya kekacauan dan kebingungan yang sering terjadi dalam proses dapat digolongkan kedalam komunikasi yang non value addid. Kegiatan non value addid adalah kegiatan yang tidak menambah value atau kegiatan yang pelanggan tidak ingin bayar. Walaupun informasi bergerak dari konsumen atau dari kanan ke kiri, namun tidak ada suatu standar yang baku dalam penentuan aliran komunikasi dan informasi. 3. Time line and travel distance Pada bagian ini terdapat waktu pengerjaan produk, waktu transportasi, waktu mengunggu produk selama berada dalam value stream. Disamping waktu kita juga perlu menambahkan jarak yang ditempuh antar proses dalam proses produksi. Universitas Sumatera Utara Value stream mapping dapat dibagi dikategorikan kedalam dua jenis yaitu: 1. Current State Map Current State Map adalah titik awal kita melihat aliran proses sekarang sebelum dilakukan perbaikan 2. Future State Map Future State Map adalah penggambaran proses dan informasi setelah dilakukan perbaikan.

3.4.2. Sibol-simbol yang Digunakan Dalam Value Strem Mapping

Adapun simbol-simbol yang digunakan dalam penggambaran value stream mapping adalah: 1. Process Box Lambang ini menyatakan proses, operasi, mesin atau departemen yang melalui aliran material. Secara khusus, untuk menghindari pemetaan setiap langkah proses yang tidak diinginkan, maka lambang ini biasanya merepresentasikan satu departemen dengan aliran internal yang kontinu. Universitas Sumatera Utara 2. Data box Lambang ini memiliki informasidata yang dibutuhkan untuk menganalisis dan mengamati sistem. 3. Control point Lambang ini menunjukkan adanya kontrol atau pemeriksaan. Pemeriksaan atau kontrol dapat berupa kontrol produksi, kontrol MRP dan lain-lain. 4. Eksternal Source Vendor dan konsumen Lambang ini merepresentasikan supplier bila diletakkan di kiri atas, yakni sebagai titik awal yang umum digunakan dalam penggambaran aliran material. Universitas Sumatera Utara Sementara gambar akan merepresentasikan customer bila ditempatkan di kanan atas, biasanya sebagai titik akhir aliran material. 5. Customer demand and takt time box Kotak ini berisikan tentang jumlah permintaan produk. 6. Inventory Lambang ini menunjukkan keberadaan suatu inventory diantara dua proses. Ketika memetakan current state, jumlah inventory dapat diperkirakan dengan satu perhitungan cepat, dan jumlah tersebut dituliskan dibawah gambar segitiga. Lambang ini juga digunakan untuk merepresentasikan penyimpanan bagi raw material dan finished goods. 7. Push arrow Lambang ini merepresentasikan pergerakan material dari satu proses menuju proses berikutnya. Push mendorong memiliki arti bahwa proses dapat Universitas Sumatera Utara memproduksi sesuatu tanpa memandang kebutuhan cepat dari proses yang bersifat downstream. 8. Manual info Gambar anak panah yang lurus dan tipis menunjukkan aliran informasi umum yang bias diperoleh melalui catatan, laporan ataupun percakapan. 9. Electronic info Gambar anak panah yang bercabang ini merepresentasikan aliran elektronik seperti melalui : Electronic Data Interchange EDI, internet, intranet, LANs Local Area Network, WANS Wide Area Network. Melalui anak panah ini, maka dapat diindikasikan jumlah informasi atau data yang dipertukarkan, jenis media yang digunakan seperti fax, telepon, dan juga jenis data yang dipertukarkan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 10. Pengiriman shipment Lambang ini berarti pengiriman yang dilakukan dari supplier ke konsumen dengan menggunakan pengangkutan eksternal di luar pabrik. 11. Operator Lambang ini menunjukkan jumlah operator yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses. 12. Other Other Information Lambang ini merepresentasikan informasi atau hal lain yang penting. Universitas Sumatera Utara 13. Time line NVA NVA NVA VA VA Lambang ini digunakan untuk menunjukkan waktu yang memberikan nilai tambah cycle times dan waktu yang tidak memberikan nilai tambah waktu menunggu. Lambang ini digunakan untuk menghitung lead time dan total cycle time. Langkah pembuatan value stream mapping dibagi kedalam lima langkah, yaitu: 1. Identifikasi produk. Pada tahap ini ditentutan produk mana yang akan dipilih untuk penerapan value stream mapping. 2. Membuat current state value stream mapping. Setelah dipilih produk yang akan diteliti maka dibuat value stream mapping pada kondisi proses sekarang. 3. Evaluasi peta sekarang dan identifikasi daerah yang menjadi masalah. Setelah pembuatan value stream mapping kondisi sekarang, kemudian dilakukan evaluasi terhadap proses dan langkah-langkah dalam membuat produk tersebut. Semua informasi kemudian disusun kedalam sebuah peta dan dilakukan analisa. Pada setiap tahap, parameter yang dijadikan acuan meliputi cycle time, takt time, work in progress WIP, setup time, down time, number of worker dan tingkat Universitas Sumatera Utara scrab. Value stream mapping mengidentifikasi dimana terjadi penambahan Value pada proses manufaktur. Value stream mapping juga menunjukkan semua langkah lain yang tidak terjadi penambahan value. 4. Buat future state value stream mapping. Setelah analisa dan evaluasi dilakukan pada proses pembuatan produk sekarang, maka masalah sudah dapat diidentifikasi. Setelah dilakukan minimisasi pada daerah masalah pada proses sekarang, maka dibuat peta yang menggambarkan proses setelah terjadi perubahan 5. Implementasi. Setelah dilakukan perbaikkan dan penggambaran peta setelah perbaikan, maka langkah selanjutnya yang akan diambil adalah mengimplementasikannya.

3.5. Kanban

7 Kanban adalah sebuah alat untuk mencapai produksi just in time. Kanban adalah sebuah kertas berbentuk empat persegipanjang. Ada dua macam kanban, yaitu kanban tarik dan kanban perintah produksi. Kanban tarik berisikan tentang jumlah dan jenis dari produk yang akan diambil dari proses sebelumnya. Kanban perintah produksi berisikan tentang jumlah dan jenis produk yang harus dibuat proses sebelumnya. 7 Monden, Yasuhiro. 2000. Sistem Produksi Toyota. Jakarta : PPM dengan Yayasan Toyota Astra . Universitas Sumatera Utara Contoh kartu kanban dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.. Pada Gambar menunjukkan bahwa proses sebelumnya yang membuat part adalah forging, dan proses berikutnya harus mengambil part pada b2 di departemen forging. Proses berikutnya adalah machining. Masing-masing kotak terdapat 20 unit dan bentuk dari kotak adalah ‘B’. kanban ini adalah kanban keempat dari delapan kanban. Item back number adalah kode dari item. Kanban perintah produksi menunjukkan bahwa machining proses SB-8 harus membuat Crank Shaft untuk mobil tipe SX50BC-150. Crank Shaft yang diproduksi harus diletakkan di F26-18. Store shelf No 5E215 Item Back No. A2-15 Precedding Process Item no 35670s07 Forging B-2 Item name Drive pinion Car type Sx50bc Subsequent Process Box capacity 20 Box type B Issued no 48 Machining M-6 Gambar 3.1. Kanban Penarikan Universitas Sumatera Utara Store shelf No F26-18 Item Back No. A5-34 Process Item no 56790-321 Machining M-8 Item name Crank Shaft Car type Sx50bc-150 Gambar 3.2. Kanban Perintah Produksi

3.5.1. Cara Kerja Kanban

Dalam melakukan fungsinya kanban bekerja dengan cara sebagai berikut: 1. Alat pembawa dari proses sesudahnya pergi ketempat penyimpanan proses sebelumnya dengan kanban pengambilan dan fork lift yang kosong. 2. Ketika alat pembawa dari proses sesudahnya mengambil part dari penyimpanan dia melepaskan kanban perintah produksi yang ditempelkan pada part dan meletakkannya di tempat penerimaan kanban. 3. Untuk setiap kanban perintah produksi yang dilepas, dia menempelkan kanban penarikan sebagai gantinya. Ketika mengganti kedua kartu kanban tersebut, dia harus benar-benar memperhatikan dan membandingkan isi dari kedua kanban tersebut agar konsisten. 4. Ketika proses mulai dikerjakan pada proses sesudahnya maka kanban penarikan harus dilepaskan dan diletakkan di tempat kanban penarikan. Universitas Sumatera Utara 5. Pada proses sebelumnya, kanban perintah produksi di ambil dari tempat pengumpulan kanban pada selang waktu tertentu. 6. Produksi part sesuai dengan nomor urut dari kanban perintah produksi. 7. Part dan kanban harus tetap bersama selama proses. 8. Ketika part sudah selesai dikerjakan pada proses. Part-part tersebut dan kanban perintah produksi diletakkan ditempat penyimpanan sehingga dapat diambil kapan saja oleh proses setelahnya. Seperti sebuah rantai, kedua kartu kanban tersebut harus ada pada setiap urutan proses. Hasil akhirnya setiap proses akan mendapatkan jenis yang tepat, pada waktu yang tepat serta kualitas yang tepat.

3.5.2. Aturan-Aturan Dalam Kanban

Dalam rangka mewujudkan sistem produksi just in time sebagai tujuan dari penerapan kanban terdapat beberapa aturan yang harus diikuti. Aturan tersebut adalah. 1. Proses setelahnya harus mengambil produk yang tepat dari proses sebelumnya dengan jumlah yang tepat serta pada waktu yang tepat. Adapun aturan tambahan untuk poin ini adalah: a. Setiap penarikan yang tidak disertai kanban harus ditolak. b. Setiap penarikan yang melebihi kanban harus dihindari. c. Kanban harus selalu ditempel pada produk. 2. Proses sebelumnya harus memproduksi produk pada jumlah yang diminta oleh proses sesudahnya. Universitas Sumatera Utara Adapun aturan tambahan untuk poin ini adalah: a. Produksi yang melebihi kanban maka harus dihindarkan. b. Jika beberapa jenis part dibuat pada proses sebelumnya, maka produksi mereka harus mengikuti urutan dari masing-masing kanban yang sampai. 3. Produk yang cacat tidak boleh diteruskan ke proses berikutnya. 4. Jumlah kanban harus di minimalisasi. 5. Kanban harus digunakan untuk mengadaptasi perubahan kecil pada permintaan.

3.6. Pengukuran Waktu

8 Pengukuran kerja ini dilakukan dengan langkah-langkah yang dimulai dengan pengambilan sejumlah pengamatan kerja dengan stop watch untuk setiap elemen kegiatan, menetapkan factor rating dan allowance dari kegiatan yang

3.6.1. Stopwatch Time Study

Pengukuran waktu kerja digunakan untuk menentukan waktu baku, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator dengan kemampuan rata-rata dan pada kecepatan kerja normal untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pengukuran kerja pada penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah stop- watch time study. 8 Iftikar Z. Sutalaksana dkk., Teknik Tata Cara Kerja, Penerbit : Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung, 1979 Universitas Sumatera Utara dilakukan operator, melakukan uji keseragaman data dan kecukupan data, dan melakukan perhitungan waktu baku. Dalam penelitian ini, untuk melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data digunakan tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5. Pengolahan data dengan menggunakan metode stop watch time study ini meliputi : - uji keseragaman data, dengan rumusan : σ k x CL ± = - uji kecukupan data, dengan rumusan : 2 2 2             − = ∑ ∑ ∑ i i i X X X N s k N - perhitungan waktu normal dan waktu standar. Wn = Waktu observasi rata-rata x Factor rating Allowance Wn Ws 100 100 − × = Dimana : CL = batas kendali x = rata-rata data pengamatan σ = simpangan baku data k = koefisien untuk tingkat kepercayaan, dimana k = 3 untuk Universitas Sumatera Utara tingkat kepercayaan 95, dan k = 3 untuk tingkat kepercayaan 99. s = tingkat ketelitian penelitian N = jumlah data yang dikumpulkan Ws = Waktu standar Wn = Waktu normal

3.6.2. Penyesuaian

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat terjadi seperti karena operator bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata sikluselemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan yang tidak wajar oleh operator, maka agar harga tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga Rf atau factor rating. Besarnya harga Rf sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga Rf akan lebih besar dari 1 Rf1 dan sebaliknya jika operator bekerja di bawah normal maka harga Rf akan lebih kecil dari 1 Rf1. Dan andaikan Universitas Sumatera Utara pengukur berpendapat bahwa operator bekerja secara wajar maka harga Rf akan sama dengan 1 Rf = 1. Dalam penelitian ini metode penyesuaian yang digunakan adalah metode Westinghouse. Westinghouse company 1972 memperkenalkan sistem penyesuaian dengan memperhatikan factor-faktor berupa keterampilan skill, usaha effort, kondisi kerja working condition, dan konsistensi consistency dari operator di dalam melakukan kerja. Keterampilan atau skill didedifinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja, tingkat manamerupakan kemempuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan dapat juga menurun yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerejaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas seperti yang dikemukakan sebagai berikut : 1. Super Skill: Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan super skill adalah sebagai berikut: 1 Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaan Universitas Sumatera Utara 2 Bekerja dengan sempurna 3 Tampak seperti telah terlatih dengan baik. 4 Gerakan-gerakan sangat halus tetapi sangat cepat sehingga sulit diikuti. 5 Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. 6 Perpindahan dari suatu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya. 7 Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan. 8 Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik. 2. Excellent Skill Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan excellent skill adalah sebagai berikut: 1 Percaya pada diri sendiri. 2 Tampak cocok dengan pekerjaanya. 3 Terlihat telah terlatih baik. 4 Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan. 5 Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan. 6 Menggunakan peralatan dengan baik. 7 Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. Universitas Sumatera Utara 8 Bekerjanya cepat tetapi halus. 9 Bekerjanya berirama dan terkoordinasi. 3. Good Skill Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan good skill adalah sebagai berikut: 1 Kwalitas hasil baik. 2 Bekerja tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerja pada umumnya. 3 Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 4 Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5 Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6 Tiada keragu-raguan. 7 Bekerjanya stabil. 8 Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9 Gerakan-gerakannya cepat. 4. Average Skill Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan average skill adalah sebagai berikut: 1 Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2 Gerakannya cepat tapi tidak lambat. Universitas Sumatera Utara 3 Terlihat adanya perencanaan dalam pekerjaan. 4 Tampak sebagai pekerja yang cakap. 5 Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragua-raguan. 6 Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7 Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaanya. 8 Bekerjanya cukup teliti. 9 Secara keseluruhan cukup memuaskan. 5. Fair Skill Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan fair skill adalah sebagai berikut: 1 Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. 2 Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya. 3 Terlihat adanya perencanaan- perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4 Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. 5 Tampak seperti tidak cocok dengan pekerjaanya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. 6 Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin. 7 Sebagian waktu terbuang karena kesalahan- kesalahan sendiri. 8 Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9 Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya. 6. Poor Skill Universitas Sumatera Utara Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan poor skill adalah sebagai berikut: 1 Tidak bias mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2 Gerakan-gerakannya kaku. 3 Kelihatan tidak ada keyekinan pada urut-urutan gerakan. 4 Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersangkutan. 5 Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaanya. 6 Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. 7 Sering melakukan kesalahan-kesalahan. 8 Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9 Tidak bias mengambil inisiatif sendiri. Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas di atas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, dan hal-hal lainnya. Dengan pembagian ini pengukuran akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari segi keterampilannya. karenanya faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih obyektif. Untuk usaha atau effort dara westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya. 1. Excessive Effort Pekerja yang memiliki kriteria excessive effort adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Kecepatan sangat berlebihan. 2 Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. 3 Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. 2. Excellent Effort Pekerja yang memiliki kriteria excellent effort adalah sebagai berikut : 1 Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi. 2 Gerakan-gerakan lebih ekonomis dari pada operator-operator biasa. 3 Penih perhatian pada pekerjaannya. 4 Banyak memberi saran-saran. 5 Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 6 Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7 Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8 Bangga atas kelebihannya. 9 Geraka-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10 Bekerjanya sistematis. 11 Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen keelemen lain tidak terlihat. 3. Good Effort Pekerja yang memiliki kriteria good effort adalah sebagai berikut : 1 Bekerja berirama. 2 Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada. Universitas Sumatera Utara 3 Penuh perhatiaan pada pekerjaannya. 4 Senang pada pekerjaanya. 5 kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6 Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7 Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 8 Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja. 9 Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10 Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. 11 Memelihara dengan baik kondisi peralatan. 4. Average Effort Pekerja yang memiliki kriteria average effort adalah sebagai berikut : 1 Tidak sebaik good , tetapi lebih baik dari poor. 2 Bekerja dengan stabil. 3 Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4 Set up dilaksanakan dengan baik. 5 Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. 5. Fair Effort Pekerja yang memiliki kriteria fair effort adalah sebagai berikut : 1 Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal. 2 Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3 Kurang sungguh-sungguh. 4 Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5 Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. Universitas Sumatera Utara 6 Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yagn terbaik. 7 Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8 Terlampau hati-hati. 9 Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. 10 Gerakan-gerakannya tidak terencana. 6. Poor Effort Pekerja yang memiliki kriteria poor effort adalah sebagai berikut : 1 Banyak membuang-buang waktu. 2 Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3 Tidak mau menerima saran-saran. 4 Tampak malas dan lambat bekerja. 5 Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan. 6 Tempat kerjanya tidak diatur rapi. 7 Tidak perduli pada cocok tidaknya peralatan yang dipakai. 8 Mengubah-ubah tataletak tempat kerja yang sudah diatur. 9 Set up kerjanya terlihat tidak baik. Dari uraian diatas terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha. Dalam prakteknya banyak terjadi pekerja yang mempunyai keterampilan yang rendah bekerja dengan usaha yang lebih sungguh- sungguh sebagai imbangannya. Kadang-kadang usaha ini begitu besarnya sehingga tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan. Sebaliknya seseorang yang memiliki keterampilan tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak didukung dihasilkannya Universitas Sumatera Utara performance yang lebih baik. Jadi walaupun hubungan antara ’kelas tinggi’ pada ketrampilan dengan usaha tampak erat sebagaimana juga dengan kelas-kelas rendah, kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah didalam pelaksanaan pekerjaan. Karenanya cara westinghouse memisahkan faktor keterampilan dari usaha dalam rangka penyesuaian. Yang dimaksud dengan kondisi kerja pada cara westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha dan konsistensi merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal, excellent, good , average, fair dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama untuk setiap pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good bagi suatu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya kondisi yang ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance yang maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik Sudah tentu suatu pengetahuan tentang keadaan yang bagaimana disebut idea, dan bagai mana pula yang disebut poor Universitas Sumatera Utara perlu dimiliki agar penilian terhadap kondisi kerja dalam rangka melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin. Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi. Faktor ini perlu diperhatikan karena pada kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka- angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi kedalam enam kelas yaitu: Perfect, excellent, good , average, fair, dan poor. seseorang yang bekerja Perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaiaan yang tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin atau pekerja yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh dimana variasi waktu tidak diharapkan terjadi. Sebaliknya konsistensi yang poor terjadi bila waktu-waktu penyelesaiaannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsistensi rata-rata atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaiaan dengan rata-ratanya tidak terlalu besar. Untuk itu westinghouse membuat suatu tabel yang berisikan nilai-nilai yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Tabel westinghouse dapat dilihat pada Tabel 3.1.. Tabel 3.1. Tabel Penyesuaian Untuk Metode Westinghouse Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel ini maka nilai factor rating dapat ditentukan sebagai berikut : Factor rating Rf = 1 + Westinghouse Factor

3.6.3. Kelonggaran Allowance

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan hambatan yang tidak dapat terhindarkan. 1. Kelonggaran Waktu untuk Kebutuhan Personal Personal Allowance Pada dasarnya setiap pekerja harus diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi personal need. Untuk pekerjaan- Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5 10 sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat personil ini. Akan tetapi kenyataannnya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak nyaman terutama untuk temperatur tinggi akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi, allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5. 2. Kelonggaran Waktu untuk Melepaskan Lelah Fatique Allowance Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak lelah mental dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan. Barangkali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada waktu pagi hari dan sekali lagi pada waktu siang hari menjelang sore hari, waktu yang diberikan berkisar 5-15 menit. 3. Kelonggaran Waktu untuk Keterlambatan-keterlambatan Delay Allowance Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan unavoidable delay, tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Untuk unavoidable delay disini terjadi pada umumnya disebabkan oleh operator, mesin, ataupun hal-hal lain Universitas Sumatera Utara yang diluar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai atau kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan yang berat terpaksa harus, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja.

3.7. Program Evaluation and Review Technique PERT

Program Evaluation and Review Technique yang biasa disingkat dengan PERT merupakan suatu teknik dalam manajemen. Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyekpekerjaan. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. PERT digambarkan dengan menggunakan jaringan kerja. Jaringan kerja model network adalah suatu diagram yang digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah matematika yang cukup rumit agar menjadi lebih sederhana dan mudah diamati. Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan atau variabel yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, bila perlu dilembur atau tambah biaya, pekerjaan yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat Universitas Sumatera Utara dan tenaga kerja dapat digeser ketempat lain agar pekerjaan lebih efektif dan efisien. Universitas Sumatera Utara BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan solusi langsung bagi permasalahan yang dihadapi, karena penelitian berfungsi untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta alternatif yang mungkin dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Penelitian harus mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas dan terencana dengan baik maka kegiatan penelitian akan menjadi jelas. Karena itu diperlukan sistematika kegiatan yang akan dilaksanakan dengan metode dan prosedur yang tepat mengarah kepada sasaran atau target yang telah ditetapkan. Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan- tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1., sedangkan blok diagram pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. Universitas Sumatera Utara

4.1. Sifat Penelitian