Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan waktu baku pada work center pengeboran, pengerolan, perakitan, dan pengecatan. Hasil perhitungan waktu baku untuk work center pengeboran, pengerolan, perakitan dan pengecatan dapat dilihat pada Tabel 5.13. Perhitungan waktu
baku untuk setiap kegiatan yang dilakukan di setiap work center dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 5.13. Perhitungan Waktu Baku Tiap Work Center
No Work Center
Rata-rata Menit
Allowance RF
Waktu Standar Menit
1 Pengukuran dan Pemotongan
505.12 18
0.06 652.96
2 Pengeboran
1,033.45 12
0.02 1,197.86
3 Pengerolan
183.44 13
0.03 217.18
4 Perakitan
1,642.48 17
0.05 2,077.83
5 Pengecatan
648.81 8
0.01 712.28
5.2.4. Penggambaran Current State Value stream mapping
Selain waktu baku, informasi yang terdapat pada value stream map adalah up time. Data uptime menunjukkan persentase penggunaan mesin. Data up time selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Universitas Sumatera Utara
Setelah didapat waktu baku masing-masing work center maka kita menggambarkannya kedalam current state value stream mapping. Current state value stream mapping adalah peta kondisi awal sebelum perbaikan. Current state value stream mapping pada proses pembuatan lorri 10 ton di
PT Kharisma Abadi Jaya dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Tabel 5.14. Waktu Siklus, dan Uptime tiap Work Center
No. Aktivitas
Waktu siklus Menit
Up time
1 Pengukuran dan Pemotongan
652.96 31.43
2 Pengeboran
1,197.86 57.65
3 Pengerolan
217.18 10.45
4 Perakitan
2,077.83 100.00
5 Pengecatan
712.28 34.28
Universitas Sumatera Utara
625,96
menit
1197,86
menit
217,18
menit
2077,83
menit
712,28
menit
Proces Lead time =9544,2 menit Total cycle time = 4858,11 Menit
Pengukuran Pemotongan
Cycle Time : 625,96 Pengeboran
Cycle Time : 1197,86 Pengerolan
Cycle Time : 217,18 Perakitan
Cycle Time : 2077,83 Pengecatan
Cycle Time : 712,28 Up time : 31,43
Change Over: Up time : 57,65
Change Over:
Up time : 10,45 Change Over:
Up time : 100 Change Over:
Up time : 34,28 Change Over:
31,92 min I
20,09 min I
14,63 min I
14,67 min I
19,73 min I
Konsumen Vendor
Manajer Procurrement
I Raw
Material 1 days
Kepala Pabrikasi Direktur
Storage Manajer
Engineering Order
Order
I
480
menit
4154,44
menit
31,92
menit
19,73
menit
2 Orang 1 Orang
1 Orang 2 Orang
1 Orang
2 M 3 M
4 M 5 M
3 M 3 M
Gambar 5.2. Current State Value Stream Mapping Proses Pembuatan Lorri 10 ton
Universitas Sumatera Utara
Dari Current State Value Stream Mapping dapat dilihat bahwa total cycle time untuk membuat sebuah lorri 10 ton adalah 4.858.11 menit. Namun total waktu yang dihabiskan sebuah lorri 10 ton selama dalam pabrik adalah 9.544,2menit. Berarti ada 4686,09 menit waktu yang tidak
memberikan nilai tambah.
5.2.5. Identifikasi Waste
Tahapan ini merupakan tahapan yang digunakan untuk menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pemborosan waktu sehingga dapat menyebabkan lead time menjadi lebih panjang. Untuk mengidentifikasi pemborosan-pemborosan yang terjadi,
peneliti terlebih dahulu menjelaskan pemborosan yang terjadi berdasarkan kategori pemborosan yang ada. 1. Overproduction Kelebihan produksi.
Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksinya menggunakan metode make to order. Perusahaan berproduksi menurut kontrak tender yang ada, sehingga pada lantai pabrik PT Kharisma Abadi Jaya sangat jarang sekali terjadi kelebihan produksi over production.
2. Defects Cacat Kategori produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan pemesan. Berdasarkan
pengamatan, kecacatan yang terjadi dapat digolongkan kedalam dua jenis kecacatan, yakni: a Kecacatan yang menyebabkan terjadinya rework, dan.
Universitas Sumatera Utara
Cacat yang mengakibatkan terjadinya rework umumnya terjadi akibat kesalahan pada work center pemotongan dan pengerolan. Apabila terjadi penyimpanyan dua millimeter maka akan sulit untuk dirakit. Part yang paling sering mengalami kesalahan potong adalah part bagian
depan De dan belakang Bel b Kecacatan yang tidak menyebabkan rework namun berpengaruh terhadap kualitas dan daya tahan lorri.
Cacat yang tidak mengakibatkan terjadinya rework namun menyebabkan kualitas dan daya tahan lorri menurun umumnya terjadi pada pengeboran dan pengelasan. Pada work center pengeboran, apabila ada bagian yang terlupa untuk dibor maka akan menyebabkan umur
pakainya menurun karena fungsi lubang pada lorri adalah untuk mengeluarkan cairan asam hasil dari perebusan kelapa sawit yang dapat merusak logam. Sedangkan pada work center pengelasan, apabila ada bagian yang terlupa di las ataupun pengelasan yang tidak kuat maka
akan menyebabkan ikatan antara plat akan lemah dan umur pakainya akan lebih singkat. Umumnya apabila kesalahan tersebut terdeteksi maka akan dilakukan rework. Apabila terjadinya rework akan menyebabkan lead time
semakin lama serta menyebabkan pemborosan energi dan tenaga operator. 3. Unnecessary Inventory Persediaan yang tidak penting
Persediaan pada PT Kharisma Abadi Jaya terbagi atas dua kelompok yaitu persediaan bahan baku dan produk jadi. Persediaan produk jadi disebabkan karena produk tersebut disimpan sementara sebelum dikirim ke customer, atau disebabkan oleh karena produksi belum mencapai
jumlah yang ditentukan. Namun waktu penyimpanan produk jadi diatur sesuai dengan jadwal pengiriman. Persediaan bahan baku pada PT
Universitas Sumatera Utara
Kharisma Abadi Jaya khususnya pada pembuatan lorri 10 ton dapat mudah di kendalikan karena bahan baku dapat dengan mudah diperoleh. Bahan baku dapat datang kapan saja sesuai pesanan.
4. Processing waste Proses yang tidak sesuai Menurut pengamatan peneliti di lantai pabrik tidak terdapat Inappropriate Processing proses yang tidak sesuai, karena operator bekerja
dengan normal dan sesuai dengan arahan dari kepala bagian yang mengerti tentang proses pengerjaan logam. 5. Excessive Transportation Transportasi yang berlebihan
Pada proses pembuatan lorri 10 ton terdapat beberapa kegiatan transportasi. Namun hal tersebut tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap waktu pengerjaan karena jarak antar work center yang dekat. Hal ini terlihat dari current state value stream mapping pada Gambar 5.2.
6. Time Waste Waiting time dan queuing time Berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa terjadi time waste pada proses produksi lorri 10 ton di PT Kharisma Abadi Jaya. Time waste yang
ditemukan berupa waiting time dan queuing time. Contoh terjadinya time waste berupa waiting time dapat dilihat pada work center perakitan. Pada work center perakitan, ketika plat dasar D telah siap untuk di rakit namun plat samping kanan Ka 1, Ka 2, dan Ka 2 dan kiri Ki 1, Ki
2, dan Ki3 masih dibor dan belum siap untuk dirakit. Contoh terjadinya time waste berupa queuing time dapat dilihat pada work center pengeboran. Ketika plat samping kanan Ka 1, Ka 2, dan Ka 2 dan kiri Ki 1, Ki 2, dan Ki3 sudah dipotong dan siap untuk dibor, namun
mesin bor masih melakukan pengeboran pada plat dasar D.
Universitas Sumatera Utara
Time waste ini timbul karena proses selanjutnya dapat dilakukan setelah proses sebelumnya selesai melakukan semua pekerjaan sehingga banyak Time waste yang terselubung di antara proses. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan produksi per komponen untuk membuat lorri 10
ton. Sehingga waiting time dan queuing time dapat di eliminasi. 7. Unnecessary Motion Gerakan yang tidak perlu
Operatorpekerja pada lantai pabrik PT Kharisma Abadi Jaya mempunyai kemampuan kerja normal pekerja normal dengan spesifikasi kerja yang jelas, operator bekerja sesuai dengan IKA instruksi kerja yang terdapat pada tiap mesin dan peralatan, sehingga peneliti tidak
menemukan unnecessary motion Gerakan yang tidak perlu.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
ANALISA DAN EVALUASI
6.1. Analisa 6.1.1. Pengaturan Penjadwalan dengan Menggunakan Metode