Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, Organisasi dan Kecakapan Profesional terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara)

(1)

PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI

DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP

INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI

EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI

PERWAKILAN PROVINSI

SUMATERA UTARA)

TESIS

Oleh

DARMAWAN SRIYANTO

087017008/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI

DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP

INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI

EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI

PERWAKILAN PROVINSI

SUMATERA UTARA)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARMAWAN SRIYANTO

087017008/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA)

Nama Mahasiswa : Darmawan Sriyanto Nomor Pokok : 087017008

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 1 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA)”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 1 September 2010 Yang membuat pernyataan


(6)

PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI

PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI

SUMATERA UTARA)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan secara parsial gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.

Kata Kunci: Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern, Gangguan Organisasi, Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa.


(7)

INFLUENCE OF PERSONAL PROBLEMS, EXTERNAL, ORGANIZATIONAL AND PROFESSIONAL SKILLS TOWARDS INDEPENDENCE EXAMINER

(EMPIRIS STUDY AT THE STATE AUDIT REPRESENTATION OF NORTH SUMATRA PROVINCE)

ABSTRACT

This study aims to test to analyze and provide empirical evidence about the influence of personal problems, external, organizational and professional skills towards independence examiner at the State Audit Representation of North Sumatra province either simultaneously or partial.

Types of research used in this study is associative. Testing the hypothesis was tesled by using 5% signfficant level. The population is all of BPK auditors Representative of North Sumatra province which amounts to 80 (eighty) people. The sampling methad using the census so that the entire population was used as a sample. Testing wcs conducted by F test and t test.

The results showed that the simultaneous disruptian of personol, external, organizational and professional skills significantly influence the independence of the examiner and the partial disruption of personal, external, organizational and professional skills of each significantly influence the indepenelence of the inspectors, but who have the greatest influence on the independence of the examiner is organizational disruption.

Keywords: Personal Disorders, External Disturbances, Disruption of Organization, Professional Competence and Independence of the Examiner.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, Organisasi dan Kecakapan Profesional terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara)”.

Penelitian ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi prasyarat untuk meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tesis ini dapat terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku Pembimbing Tesis yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Pembimbing Tesis yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

8. Istriku terkasih yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, kesabaran dan selalu membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Buah hatiku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

11. Bapak/Ibu mertua tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12. Keluarga yang kucintai yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya.

13. Semua pihak yang telah memberi masukan dan dorongan guna penyelesaian tesis ini.


(10)

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila tesis ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Medan, 01 September 2010 Penulis/Peneliti

Darmawan Sriyanto


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Darmawan Sriyanto

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta/06 Mei 1972

Alamat : Jl. Kedondong Gg. Jati Mariendal Deli Serdang

Agama : Islam

Pendidikan : 1. SD Negeri Kudaile I Slawi Jawa Tengah Tamat Tahun 1995 2. SMP Negeri I Slawi Jawa Tengah Tamat Tahun 1988 3. SMA Negeri 2 Slawi Jawa Tengah Tamat Tahun 2000 4. STIE Yogyakarta Prog D3 Tamat Tahun 1995. 5. Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2001 Pekerjaan : Staf Pengajar STIE Graha Kirana Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR.... ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 7

1.5. Originalitas Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Landasan Teori... 10

2.1.1. Independensi Pemeriksa... 10

2.1.2. Gangguan Pribadi... 12

2.1.3. Gangguan Ekstern... 15

2.1.4. Gangguan Organisasi... 17

2.1.5. Kecakapan Profesional... 18


(13)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 24

3.1. Kerangka Konsep... 24

3.2. Hipotesis Penelitian... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... ... 28

4.1. Desain Penelitian... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

4.3. Populasi dan Sampel... 28

4.4. Teknik Pengumpulan Data... ... 29

4.5. Instrumen Penelitian... 30

4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30

4.7. Model dan Teknik Analisis Data... 34

4.7.1. Model Analisis Data... 34

4.7.2. Teknik Analisis Data... 34

4.7.2.1. Uji kualitas data... 35

4.7.2.2. Uji asumsi klasik... 36

4.7.2.3. Statistik deskriptif... 39

4.7.2.4. Uji hipotesis... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

5.1. Deskripsi Data... 42

5.1.1. Deskripsi Lokasi... 42

5.1.2. Karakteristik Responden... 42

5.2. Analisis Data... 43

5.2.1. Uji Kualitas Data... 43

5.2.1.1. Validitas... 43

5.2.1.2. Reliabilitas... 47

5.2.2. Uji Asumsi Klasik... 47


(14)

5.2.2.2. Uji multikolinearitas... 49

5.2.2.3. Uji heteroskedastisitas... 50

5.3. Hasil Analisis Data... 52

5.3.1. Statistik Deskriptif... 52

5.3.2. Pengujian Hipotesis... 58

5.3.2.1. Pengujian hipotesis dengan uji F... 58

5.3.2.2. Pengujian hipotesis dengan uji t... 59

5.3.3. Hasil Persamaan Regresi... 61

5.3.4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)... ... 62

5.3.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 71

6.1. Kesimpulan... .. 71

6.2. Keterbatasan Penelitian... 72

6.3. Saran... 73


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu ... 22

4.1. Definisi Operasional Variabel ... 32

5.1. Pengumpulan Data ... 42

5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... ... 43

5.4. Uji Validitas Variabel Penelitian ... 44

5.5. Uji Reliabilitas Variabel ... 47

5.6. Uji Multikolinearitas ... 52

5.7. Statistik Deskriptif ... 50

5.8. Hasil Uji F ... 59

5.9. Nilai t Hitung ... 60


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep ... 24 5.1. Uji Normalitas ... 48 5.2. Uji Heteroskedastisitas ... 51


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian... 77

2 Tabulasi Data ... 82

3. Hasil Uji Validitas Variabel Gangguan Pribadi dan Gangguan Ekstern... 87

4. Hasil Uji Validitas Variabel Gangguan Organisasi, Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa………. 88

5. Hasil Uji Reliabilitas………... 89

6. Uji Normalitas... 90

7. Hasil Uji Multikolinearitas... 91

8. Grafik Uji Heterokedastisitas... 92

9. Statistik Deskriptif Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi.... 93

10. Statistik Deskriptif Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa... 94

11. Hasil Uji F... 95


(18)

PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI

PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI

SUMATERA UTARA)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan secara parsial gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.

Kata Kunci: Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern, Gangguan Organisasi, Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa.


(19)

INFLUENCE OF PERSONAL PROBLEMS, EXTERNAL, ORGANIZATIONAL AND PROFESSIONAL SKILLS TOWARDS INDEPENDENCE EXAMINER

(EMPIRIS STUDY AT THE STATE AUDIT REPRESENTATION OF NORTH SUMATRA PROVINCE)

ABSTRACT

This study aims to test to analyze and provide empirical evidence about the influence of personal problems, external, organizational and professional skills towards independence examiner at the State Audit Representation of North Sumatra province either simultaneously or partial.

Types of research used in this study is associative. Testing the hypothesis was tesled by using 5% signfficant level. The population is all of BPK auditors Representative of North Sumatra province which amounts to 80 (eighty) people. The sampling methad using the census so that the entire population was used as a sample. Testing wcs conducted by F test and t test.

The results showed that the simultaneous disruptian of personol, external, organizational and professional skills significantly influence the independence of the examiner and the partial disruption of personal, external, organizational and professional skills of each significantly influence the indepenelence of the inspectors, but who have the greatest influence on the independence of the examiner is organizational disruption.

Keywords: Personal Disorders, External Disturbances, Disruption of Organization, Professional Competence and Independence of the Examiner.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tema tentang independensi dalam pelaksanaan tugas sebagai Pemeriksa Internal Pemerintah memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Independensi merupakan konsep yang fundamental, esensial dan merupakan karakter yang sangat penting bagi Pemeriksa Internal Pemerintah dalam melaksanakan tugas pemeriksaan/“audit”, sehingga Pemeriksa Internal Pemerintah harus bersikap independen untuk memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya.

Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit perusahaan (Arens dan Loebbecke, 1996). Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 menyebutkan “auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern)”. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.


(21)

Bagi organisasi pemeriksa dan para pemeriksa internal pemerintah bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya, sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II, Pernyataan standar umum kedua pada alinea empat belas menyebutkan: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu: gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi. Selain itu berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.


(22)

Harahap (1991) menyebutkan bahwa Auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup: Bebas secara nyata (Independen Infact) yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya, dan bebas secara penampilan (independen in appearance) yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut. Sehingga, apabila satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena sesuatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan.

Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi: memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa, memiliki kepentingan keuangan dan pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun, terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, adanya prasangka terhadap perseorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, adanya kecenderungan memihak karena keyakinan politik atau sosial dan mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan.


(23)

Gangguan ekstern pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi dari campur tangan atau pengaruh pihak ekstern: yang membatasi pemeriksaan, terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan, terhadap penugasan, terhadap pembatasan sumber daya yang disediakan organisasi pemeriksa, terhadap ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, dan terhadap pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, serta adanya wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

Gangguan organisasi, independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya. Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila ia melakukan pemeriksaan di luar entitas tempat ia bekerja. Beberapa penelitian yang terkait dengan independensi auditor dan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah oleh Supriyono (1988) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42%. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui


(24)

27%. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.

Suryaningtias (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik menyatakan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh hubungan keluarga berupa suami atau istri, saudara sedarah atau semenda antara akuntan publik dan klien, hubungan usaha dan keuangan dengan klien serta keuntungan atau kerugian yang terkait dengan usaha klien dan keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai. Selanjutnya Siregar (2009) yang meneliti pengaruh gangguan pribadi, intern dan ekstern terhadap independensi pemeriksa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.

Fenomena independensi auditor BPK RI yang terjadi di Indonesia saat ini adalah terkait dengan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Dikategorikannya Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia tentunya akan menuntut independensi auditor-auditor yang ada di BPK RI. Misalnya salah satu kasus yang menyita perhatian publik Indonesia adalah kasus anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga melakukan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor BPK RI. Berkaitan dengan Kasus KPU, Ketua BPK RI pada akhirnya mengganjar pemeriksa/

“auditor” BPK RI dengan peringatan agar tidak lagi melakukan tindakan non-prosedural. Seharusnya auditor BPK RI tersebut memberikan laporan kepada auditor lain atau ketua tim audit. Auditor BPK RI dalam konteks kasus KPU telah melakukan


(25)

tindakan tidak etis, sehingga dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK RI sangat pantas diragukan.

Pada pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) telah dianggap independen, dengan memberi opini tidak memberikan pendapat (disclaimer) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) selama 5 tahun berturut-turut sejak 2004. Berdasar laporan BPK RI tersebut terdapat 9 (sembilan) kelompok persoalan yang ditemukan BPK RI, berkaitan dengan pemberian opini disclaimer pada LKPP, di antaranya belum adanya sikronisasi UU Keuangan Negara 2003-2004 dengan UU Perpajakan dan UU PNBP, masih adanya berbagai jenis pungutan yang tidak memiliki dasar hukum dan dikelola di luar mekanisme APBN, belum adanya keterpaduan antara Sistem Akuntansi Umum di Departemen Keuangan dengan Sistem Akuntansi Instansi di departemen lain sehingga ada selisih, dan rekening liar belum terintegrasi dan terekonsiliasi dalam suatu treasury single account. Selain itu, BPK RI juga menemukan kelemahan dalam tiga bidang yakni kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas penyajian LKPP, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan pemerintah belum menindaklanjuti hasil-hasil peneriksaan BPK RI tahun 2004-2007.

Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa (studi empiris pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara).


(26)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh terhadap independensi pemeriksa baik secara simultan maupun parsial?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti khususnya tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa.

2. Bagi auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan digunakan sebagai bahan informasi dan masukan serta pertimbangan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para akademisi sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang audit, khususnya tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa.


(27)

4. Bagi instansi terkait, sebagai bahan informasi dan masukan serta pertimbangan, khususnya bagi BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara maupun bagi Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota lainnya serta instansi terkait lainnya mengenai pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. 5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan masukan untuk

membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dan pengembangan mengenai gangguan-gangguan dan kecakapan profesional yang mempengaruhi independensi pemeriksa.

1.5. Originalitas Penelitian

Disadari bahwa penelitian mengenai pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa sudah banyak dilakukan, namun dengan semakin banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia terkait dengan independensi auditor, maka peneliti masih tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah:


(28)

1. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak menggunakan variabel kecakapan profesional, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen tambahan yaitu kecakapan profesional.

2. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penelitian sebelumnya pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Independensi Pemeriksa

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam Lampiran II menyebutkan: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Sebagaimana disebutkan dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 “Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor menurut Halim (2001: 21), yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap


(30)

diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Seperti yang diungkapkan Supriyono (1988: 34) salah satu faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Oleh sebab itu pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, sehingga menurut William dan Walter (2002) publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.

Amirsyah (2007) menyebutkan bahwa kewajiban secara umum dari organisasi /lembaga audit dan auditornya dalam hal-hal yang berhubungan dengan independensi adalah bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya, bersikap independen dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya dapat bersikap demikian, mempertimbangkan faktor lain yang dapat menyebabkan pihak lain menyangsikan sikap independensinya tersebut, dan apabila satu atau lebih dari gangguan terhadap independensi tersebut lebih mempengaruhi kemampuan auditor dalam melakanakan


(31)

tugas auditnya, dan dalam melaporkan temuannya secara tidak memihak, maka auditor yang dimaksud harus menolak tugas audit yang diberikan kepadanya.

2.1.2. Gangguan Pribadi

Organisasi pemeriksa harus memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Organisasi pemeriksa perlu memperhatikan gangguan pribadi terhadap independensi petugas pemeriksanya. Supratiknya, A. (1995) menyebutkan bahwa

“gangguan-gangguan dalam kategori ini bersumber dari perkembangan kepribadian yang tidak masak dan menyimpang. Karena mengalami proses perkembangan yang tidak semestinya, individu-individu tertentu memiliki cara pandang, cara pikir dan berhubungan dengan dunia sekelilingnya secara maladaftif, akibatnya mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya”. Perilaku maladaftif menurut Tristiadi (2007)

“...meliputi setiap perilaku yang mempunyai dampak meragukan bagi individu dan atau masyarakat”.

Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya, sehingga pemeriksa kurang termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Peraturan BPK RI RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain:


(32)

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek

pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.

f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah. g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan

keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.

h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau


(33)

program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.

i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.

j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diperiksa.

k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa.

l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Dalam hal gangguan pribadi tersebut hanya melibatkan seorang pemeriksa dalam suatu pemeriksaan, organisasi pemeriksa dapat menghilangkan gangguan tersebut dengan meminta pemeriksa menghilangkan gangguan tersebut. Misalnya, pemeriksa dapat diminta melepas keterkaitan dengan entitas yang diperiksa yang dapat mengakibatkan gangguan pribadi, atau organisasi pemeriksa dapat tidak mengikutsertakan pemeriksa tersebut dari penugasan pemeriksaan yang terkait dengan entitas tersebut.

Apabila organisasi pemeriksa dan pemeriksanya menghadapi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan gangguan pribadi, organisasi pemeriksa harus


(34)

mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan independensi yang diatur dalam standar pemeriksaan. Untuk itu organisasi pemeriksa antara lain harus:

a. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh kegiatan non pemeriksaan terhadap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan pengamanan untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil pemeriksaan.

b. Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada semua pemeriksanya dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya.

c. Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

d. Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

e. Menekankan pentingnya independensi. 2.1.3. Gangguan Ekstern

Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif. Menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum


(35)

menyebutkan, independensi dan objektivitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat:

a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.

c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan. d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi

pemeriksa.

e. Pembatasan terhadap sumberdaya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.

f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi. h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain

sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksaan.

Pemeriksa harus bebas dari tekanan politik agar dapat melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan temuan pemeriksaan, pendapat dan simpulan secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut. Menurut Finn et.al. (1988)


(36)

independensi ini dapat juga dilihat sebagai attitude mental atau pernyataan pikiran (state of mind), yaitu tidak memperbolehkan akuntan publik menjadi bagian dari pengaruh atau tekanan dari konflik kepentingan atau menjadi subordinasi orang lain. 2.1.4. Gangguan Organisasi

Independensi organisasi pemeriksa menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum, dapat dipengaruhi oleh gangguan organisasi yaitu kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya.

Menurut Amirsyah (2007) agar tercipta independensi secara organisasi, maka organisasi/lembaga audit wajib:

a. Melaksanakan akuntabiltas serta melaporkan hasil audit mereka kepada pejabat tertinggi dalam lembaga atau entitas pemerintah yang bersangkutan.

b. Ditempatkan di luar fungsi manajemen garis dan staf entitas yang diaudit tersebut. c. Menyampaikan hasil audit secara teratur kepada instansi atau lembaga

pemerintah yang berwenang dan BPK RI.

d. Dijauhkan dari tekanan politik, agar mereka dapat melaksanakan audit secara obyektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.

e. Diadakan pembinaan dalam suatu sistem kepegawaian yang mengatur kompensasi, pelatihan, promosi jabatan dan pengembangannya yang didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan.


(37)

Apabila kondisi sebagaimana disebutkan di atas dapat dipenuhi, dan tidak ada gangguan organisasi terhadap independensi, staf audit secara organisasi harus dipandang independen untuk melakukan audit intern, dan bebas untuk melaporkan secara obyektif kepada pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit.

2.1.5. Kecakapan Profesional

Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik (Mulyadi, 2002). Kehati-hatian profesional adalah auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.

Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

Hayes-Roth (1975), Hutchinson (1983), Murphy dan Wright (1984) memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang lebih berpengalaman pada bidang substantif, maka orang tersebut mempunyai lebih item yang disimpan dalam memorinya. Sehingga akan lebih mudah baginya untuk membedakan item-item menjadi beberapa kategori. Weber dan Crocker (1983) dalam Tubbs (1992)


(38)

menunjukkan semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.

Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhada kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel “intervening” efek pengetahuan menganai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990)

Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang pengalaman.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.

The Contemporary Dictionary (1989) mendefinisikan keahlian (expertise) sebagai keahlian khusus yang dimiliki seorang ahli. Auditor memberikan


(39)

pendapatnya berdasarkan investigasi yang dilakukan dalam memberikan opininya tersebut auditor tidak terhindarkan untuk membuat pendapat yang subyektif. Agar pendapat auditor benar, maka proses investigasi yang dilakukan harus sesuai prosedur, dan inputnya (berupa data dan pengetahuan) juga harus memadai (Hogart, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan bergantung pada prosedur audit yang dilaksanakan dan keahlian auditor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Kompetensi pengetahuan,yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.

Dalam Standar Profesi Audit Internal (1200: 9) menyatakan auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan komptensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus


(40)

memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Supriyono (1988) melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42%. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui 27%. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.

Suryaningtias (2007) meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik menyatakan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh hubungan keluarga berupa suami atau istri, saudara sedarah atau semenda antara akuntan publik dan klien, hubungan usaha dan keuangan dengan klien serta keuntungan atau kerugian yang terkait dengan usaha klien dan keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai. Selanjutnya Siregar (2009) yang meneliti pengaruh gangguan pribadi, intern dan ekstern terhadap independensi pemeriksa. Hasil


(41)

penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.

Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti

/Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Supriyono (1988)

Pemeriksaan Akuntan : Faktor-faktor yang Mempenga-ruhi Independen-si Akuntan Publik : Suatu Hasil Penelitian Empiris di Indonesia

Variabel Independen: - Ikatan kepentingan

keuangan dan hubungan usaha dengan klien. - Persaingan antar kantor

akuntan.

- Pemberian jasa lain selain jasa audit.

- Lama penugasan audit. - Besar kantor akuntan. - Besarnya fee audit. Variabel Dependen: independensi auditor

Menunjukkan 75% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42% responden, sedangkan 34% responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui oleh 27% sedangkan 8% responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit

mempengaruhi rusaknya

independensi akuntan publik. 2. Suryaning

tias (2004)

Faktor-faktor yang Mempenga-ruhi Independen-si Akuntan Publik (Studi Survei pada Akuntan Publik di Bandung)

Variabel Independen:

- Hubungan keluarga

berupa suami atau istri, saudara sedarah semenda dengan klien.

- Besarnya fee audit. - Ikatan kepentingan

keuangan dan hubungan usaha dengan klien. - Pemberian fasilitas dan

bingkisan oleh klien. - Keterlibatan dalam usaha

yang tidak sesuai. - Pemberian jasa lain selain

Independensi auditor

dipengaruhi oleh hubungan keluarga berupa suami atau istri, saudara sedarah atau semenda antara akuntan publik dan klien, hubungan usaha dan keuangan dengan klien serta keuntungan atau kerugian yang terkait dengan usaha klien dan keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.


(42)

jasa audit. Variabel Dependen:

independensi akuntan publik 3. Iwan

Pantas Siregar (2009)

Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi terhadap Independen-si Pemeriksa (Studi Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang Utara)

Variabel Independen: - gangguan pribadi - gangguan ekstern - gangguan organisasi

Variabel Dependen: independensi pemeriksa

Gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh

signifikan terhadap

independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.

Sumber: Olahan Peneliti Lanjutan Tabel 2.1


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Hubungan antara gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Lubis dan Syahputra (2008) kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas dan bernas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya.

Gangguan Pribadi (X1)

Gangguan Ekstern (X2)

Gangguan Organisasi (X3)

Kecakapan Profesional (X4)


(44)

Gangguan pribadi adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan bahwa gangguan pribadi seperti adanya hubungan keluarga atau pertalian darah, memiliki kepentingan keuangan, pernah bekerja dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir, mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa, terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan, mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pemeriksaan dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.

Gangguan ekstern dalam penelitian ini adalah gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif. Pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan bahwa gangguan ekstern seperti adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya, terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan, pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan, adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa, terdapat


(45)

pembatasan terhadap sumberdaya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.

Gangguan organisasi dalam penelitian ini adalah gangguan terhadap independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain. Pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan bahwa gangguan organanisasi seperti kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.

Kecakapan Profesional adalah auditor yang telah mengikuti training akuntansi, training audit, dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. kecakapan profesional seperti pelatihan akuntansi, pelatihan audit dan pengalaman audit dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.


(46)

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh terhadap independensi pemeriksa baik secara simultan maupun parsial.


(47)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal atau sebab akibat. Menurut Sugiyono (2004: 37) Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/ fenomena. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah ganguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional yang merupakan variabel independen serta independensi pemeriksa/“auditor” sebagai variabel dependen.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 22 Medan. Sedangkan jangka waktu penelitian dari bulan November 2009 sampai dengan bulan Maret 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang yang diperoleh dari Kantor BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Oleh karena jumlah populasi relatif


(48)

sedikit, maka seluruh populasi akan diberi kuesioner. jumlah yang kembali akan dijadikan sampel penelitian bila telah lebih dari sampel minimum yaitu 30 (tiga puluh).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999) bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh staf BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahap yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara untuk dilakukan pengolahan data. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.


(49)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang diadopsi dari beberapa peneliti sebelumnya. Kuesioner ini menggunakan skor 5 poin yang terdiri dari:

skor 1 : sangat tidak setuju skor 2 : tidak setuju skor 3 : netral skor 4 : setuju

skor 5 : sangat setuju

Kuesioner gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan independensi pemeriksa diadopsi Siregar (2009). Kuesioner kecakapan profesional diadopsi dari Rizal (2008).

4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu gangguan pribadi (X1), gangguan ekstern (X2), gangguan organisasi (X3), kecakapan profesional

(X4), dan satu variabel dependen yaitu independensi pemeriksa (Y).

Gangguan pribadi (X1) adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.


(50)

Gangguan ekstern (X2) dalam penelitian ini adalah gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.

Gangguan organisasi (X3) dalam penelitian ini adalah gangguan terhadap independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.

Kecakapan Profesional (X4) adalah auditor yang telah mengikuti training akuntansi, training audit, dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.

Sedangkan Independensi Pemeriksa (Y) dalam penelitian ini adalah organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.


(51)

Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi

Operasional Parameter

Skala Dependen Independensi Pemeriksa (Y) Organisasi

pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat

mempengaruhi independensinya.

- Tidak adanya hubungan kerjasama dan hubungan keluarga antara pemeriksa dengan yang diperiksa.

- Tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan.

- Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan lebih baik, jika mengetahui sistem informasi keuangan dan administrasi entitas.

- Organisasi pemeriksa bebas dari hambatan independensi.

- Tidak ada campur tangan pihak ekstern dalam pemeriksaan.

Interval

Independen 1. Gangguan Pribadi

(X1)

Gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin

mengakibatkan pemeriksa

membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.

- Adanya hubungan keluarga atau pertalian darah.

- Memiliki kepentingan keuangan.

- Pernah bekerja dalam kurun 2 tahun terakhir.

- Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. - terlibat dalam kegiatan obyek

pemeriksaan.

- Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.

- Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas. - adanya tanggung jawab untuk mengatur

entitas.

- Adanya kecendrungan memihak karena keyakinan politik atau sosial.

- Pernah bekerja terhadap obyek pemeriksaan.

- Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pemeriksaan.

Interval

2. Gangguan Ekstern

Gangguan ekstern bagi organisasi

- Adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau


(52)

(X2) pemeriksa yang

dapat membatasi pelaksanaan

pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan

pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.

mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

- Terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.

- Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.

- Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.

- Terdapat pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa.

- Terdapat wewenang pihak ekstern untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

- Adanya ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan.

- Terdapatnya pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai.

3. Gangguan Organisasi

(X3)

Gangguan yang dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi

pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya.

- Dipengaruhi kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan.

- Dipengaruhi oleh pemeriksaan yang dilaksanakannya.

Interval

4.Kecakapan Profesional (X4)

Intensitas

identifikasi dan keterlibatan

individu dengan profesinya.

- Pelatihan akuntansi - Pelatihan audit - Pengalaman audit

Interval

Sumber: Olahan Peneliti Lanjutan Tabel 4.1


(53)

4.7. Model dan Teknik Analisis Data 4.7.1. Model Analisa Data

Model analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Sugiyanto (2004) menyebutkan “analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen”. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = á + â1X1 + â2X2 + â4X4 + â4X4 + e

Keterangan: Y : Independensi Pemeriksa. X1 : Gangguan Pribadi. X2 : Gangguan Ekstern. X3 : Gangguan Organisasi. X4 : Kecakapan Profesional.  : Konstanta.

 : Koefisien Regresi. e : Residual.

4.7.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukkan kedalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji


(54)

statistik yang terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif, dan pengujian hipotesis.

4.7.2.1. Uji kualitas data

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu reliabilitas dan validitas. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data digunakan antara lain: 1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Umar (2008) menyatakan

“uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan”. Validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ikhsan dan Ghozali, 2006). Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan program SPSS, dan untuk uji validitas dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation. Priyatno (2008) mengemukakan kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yaitu Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen pertanyaan-pertanyaan kuesioner


(55)

berkorelasi terhadap skor total (dinyatakan valid), dan jika r hitung < r tabel maka instrumen pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)”.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabiltas dilakukan setelah pengujian validitas instrumen penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Umar (2008) mengatakan “pengujian reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama”. Dalam melakukan uji reliabilitas digunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS, menurut Priyatno (2008) menyebutkan “metode alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala”. Santosa (2005) mengatakan suatu kuesioner dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6”.

4.7.2.2. Uji asumsi klasik

Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Menurut Lubis et.al (2007) dalam membuat uji asumsi klasik kita harus menggunakan data yang akan digunakan dalam uji regresi”. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.


(56)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data (Santosa, 2005). Tujuan digunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Seperti yang diungkapkan Umar (2008) “uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis non parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan”. Untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan kurva normal p_plot. Penelitian ini akan melakukan uji normalitas data dengan menggunakan kurva normal p_plot di mana data dikatakan normal bila gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

2. Uji Multikolinearitas

Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya”. Selanjutnya Nugroho (2005) menyebutkan “uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model”. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu model independen dengan variabel independen yang lain. Pada penelitian ini untuk mendeteksi terhadap multikolinearitas dengan melihat Variance


(57)

Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Menurut Nugroho (2005) “Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Nugroho (2005) mengemukakan bahwa “heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan

Studentized Residual nilai tersebut”. Tujuan digunakan uji heteroskedastisitas

adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Pada penelitian ini dilakukan uji heteroskedastisitas dengan melihat pola grafik regresi. Menurut Priyatno (2008)

“prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas”. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Menurut Nugroho (2005) mengemukakan analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier tidak terdapat heteroskedastisitas jika: titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang


(58)

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola”.

4.7.2.3. Statistik deskriptif

Priyatno (2008) mengemukakan “statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dan lain-lain”. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden (Ikhsan dan Ghazali, 2006).

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.

4.7.2.4. Uji hipotesis

Priyatno (2008) menyebutkan “uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan)”. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari varibel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Jika terdapat deviasi antara sampel yang ditentukan dengan jumlah populasi maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan antara menolak maupun menerima suatu hipotesis. Untuk menguji hipotesis mengenai gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F dan secara parsial dengan uji t.


(59)

1. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Nugroho (2005) “koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen”. Dengan bantuan olahan program SPSS koefisien determinasi (R2) terletak pada tabel model Summary dan tertulis R Square. Namun menurut Nugroho (2005) menyebutkan untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1 (0 < R

2

< 1). Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.

2. Uji F

Priyatno (2008) menyebutkan uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

H1 : Gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan kecakapan profesional secara simultan berpengaruh terhadap independensi pemeriksa. b. Menggunakan nilai kritis atau tingkat signifikansi untuk uji statistik F yaitu alpha


(60)

c. Apabila p-value (pada kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (sebesar 5%), atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel maka hipotesis dapat diterima.

3. Uji t.

Priyatno (2008) menyebutkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

H1 : Gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan kecakapan profesional secara parsial berpengaruh terhadap independensi pemeriksa. b. Menggunakan nilai kritis atau tingkat signifikansi untuk uji statistik t yaitu alpha

5% atau 0,05.

c. Apabila p-value (pada kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (sebesar 5%), atau t hitung (pada kolom t) lebih besar dari t tabel maka hipotesis dapat diterima.


(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data 5.1.1. Deskripsi Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah Kantor BPK RI Perwakilan Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 22 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner pada 80 orang staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Namun, dari 80 eksemplar yang dibagikan yang kembali berjumlah 38 eksemplar. Adapun 32 eksemplar lagi yang tidak kembali karena alasan melaksanakan Ibadah Umroh, DiklatPim III dan sakit/opname di rumah sakit. Seluruh kuesioner yang kembali, dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 5.1. Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang dikirim berjumlah 80 eksemplar Kuesioner yang tidak kembali

Kuesioner yang kembali

Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian

80 32 38 38

5.1.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5.2) menunjukkan bahwa staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara yang paling banyak


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gangguan pribadi, ekstern dan organisasi terhadap independensi pemeriksa BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini mampu memberikan bukti empiris bahwa secara simultan menunjukan bahwa gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa. Hal ini telah sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2009), demikian juga telah mematuhi dan mendukung yang terdapat dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

2. Secara parsial gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi. Dan hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009). Penelitian ini telah mematuhi dan mendukung yang terdapat dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.


(2)

3. Bahwa 80,0% variabel independensi pemeriksa dipengaruhi oleh variabel gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional, sedangkan sisanya sebesar 20,0% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model, seperti variabel keberagamaan (religuitas), sistem imbalan yang diterima (rewards system), maupun pengendalian perasaan dan emosi (emotional quotient).

6.2. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yang kemungkinan dapat menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini, antara lain:

1. Hasil penelitian ini hanya dapat dijadikan analisis pada obyek penelitian yang terbatas pada profesi pemeriksa pada Auditor BPK RI, dan pemilihan sampelnya hanya pada Kantor BPK RI Perwakilan Sumatera Utara, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian dan kesimpulan apabila penelitian dilakukan pada obyek penelitian yang berbeda dengan profesi yang berbeda pula.

2. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kuesioner, sehingga masih ada kemungkinan kelemahan-kelemahan yang ditemui, seperti jawaban yang kurang cermat, responden yang menjawab asal-asalan dan tidak jujur, serta pertanyaan yang kurang lengkap atau kurang dipahami oleh responden.

3. Variabel yang digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap independensi pemeriksa pada penelitian ini, hanya sebatas gangguan pribadi, ekstern dan organisasi, yang diadopsi dari Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan


(3)

Negara, sehingga masih banyak kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.

6.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Memperluas obyek penelitian yang tidak terbatas pada profesi pemeriksa BPK RI, dan menambah jumlah sampel di luar BPK RI Perwakilan Sumatera Utara, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian dan kesimpulan, apabila penelitian dilakukan pada obyek penelitian yang berbeda dengan profesi yang berbeda pula.

2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, diusahakan dengan melakukan observasi terhadap objek yang diteliti sehingga hasil penelitian akan menjadi lebih baik lagi. 3. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih jauh lagi, untuk mendapatkan hasil empirik yang lebih kuat yaitu dengan menambah variabel lain yang mempengaruhi independensi pemeriksa, seperti variabel keberagamaan (religuitas), sistem imbalan yang diterima (rewards system), maupun pengendalian perasaan dan emosi (emotional quotient).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amirsyah. 2007. Gangguan Organisasi dalam Pemeriksaan. didownload dari http://www.amirsyah.com, pada tanggal 12 Juni 2008.

Arens, Alvin A., and JK. Loebecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu, Adaptasi. oleh Amir Abadi Yusuf. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta.

Cooper, Donald R. dan Emory, C. William. 1995. Business Research Methods. Richard D. Irwin, Inc.

Erlina dan Mulyani, Sri. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. USU Press. Medan. Hal. 53.

Finn, D.W., L.B. Chonko dan S.D. Hunt. 1988. “Ethical Problem in Public Accounting: The View from the Top”. Journal of Business Ethics 7. Hal. 59-61.

Halim, Abdul. 2001. Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). AMP YKPN. Yogyakarta. Hal. 21,

Harahap, Sofyan Safri. 1991. Auditing Kontemporer. Erlangga. Surabaya.

H.M., Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompatemen Akuntan Publik. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001. seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02. Salemba Empat. Jakarta. 220.1.

Ikhsan, Arfan dan Ghozali, Imam. 2006. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan Manajemen. PT. Madju Medan Cipta. Medan.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.


(5)

Lubis, Ade Fatma, et.al. 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. USU Press. Medan.

Lubis, Ade Fatma dan Syahputra, Adi. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU. Medan.

Lubis, Tapi Anda Sari. 2004. Persepsi Auditor dan User tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilaku Profesional dan Pengaruhnya terhadap Opini Audit. Tesis.

Mautz, R.K. dan H.A. Sharaf. 1993. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Sarasota. Hal. 246.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2007.

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solutions). MediaKom. Yogyakarta.

Purmalasari, Diana. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Integritas Auditor Independent di Pekanbaru – Riau. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Andi. Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

________. 2001. Buku Latihan SPSS. Edisi Kedua. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business, A Skill Buiding Approach. Second Edition. Jhon Wiley and Sons. New York.


(6)

Siregar, Iwan Pantas. 2009. Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada Inspektorat Deli Serdang). Tesis.

Sugiyanto. 2004. Analisis Statistika Sosial. Bayumedia Publishing. Malang Jawa Timur.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.

Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Kanisius. Yogyakarta.

Supriyono, R. A. 1988. Pemeriksaan Akuntan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik: Suatu Hasil Penelitian Empiris di Indonesia. BPFE. Yogyakarta.

Suryaningtyas. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Survei pada Akuntan Publik di Bandung). Tesis.

Tristiadi. 2007. Psikologi Klinis. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal. 21-22.

Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

William and Walter. 2002. Modren Auditing. Edisi 7 Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Hal. 66.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern Dan Organisasi Terhadap Independensi Pemeriksa (Study Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang)

0 37 115

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

9 164 162

Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat

1 14 159

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 103

PENGARUH INDEPENDENSI, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, PENERAPAN STANDAR AUDIT, DAN ETIKA AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

0 1 11

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 18

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMITMEN ORGANISASI, STRUKTUR AUDIT, MOTIVASI, BUDAYA ORGANISASI, SELF EFFICACY, LINGKUNGAN KERJA, LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PEMERIKSA (Studi Empiris Pada Pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) - Unika Repository

0 0 17

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, INDEPENDENSI, ETIKA, DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) - Unika Repository

0 0 19

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme, Akuntabilitas dan Budaya Organisasi Terhadap Kemampuan Pemeriksa Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud) (Studi Empiris Pada Pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) - Unika Repository

0 0 16

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme, Akuntabilitas dan Budaya Organisasi Terhadap Kemampuan Pemeriksa Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud) (Studi Empiris Pada Pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) - Unika Repository

0 0 35