Hak Anak Perempuan Batak dalam Pembagian Teanteanan

4.2.2 Hak Anak Perempuan Batak dalam Pembagian Teanteanan

Di dalam penelitian ini akan dijelaskan terlebih dahulu, bahwa yang dimaksud dengan perempuan Batak adalah semua perempuan Batak yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Perempuan Batak yang sudah menikah dalam hal ini adalah janda dari orang laki-laki Batak yang meninggal dunia dan perkawinannya berlangsung dengan sah sesuai dengan adat Batak Toba. Ahli waris dalam adat Batak Toba adalah laki-laki.Namun anak perempuan melalui upacara adat dapat meminta bagian dari harta kekayaan ayahnya baik semasa hidup ayahnya maupun sesudah meninggal dunia.Ada pemberian yang dapat dilakukan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya selagi masih kecil.Ada harta bawaan serta panjarnya yang diserahkan pada pertunangan anak perempuan, ada pemberian yang diserahkan sesudah dan selama dia berumah tangga, atau yang diserahkan kepada anak-anaknya. Tetapi apa yang dapat diterima anak perempuan tersebut tidaklah dalam arti hak, melainkan hanya pemberian dengan mengimbau kepada saudara laki- lakinya ito, agar diberi sebagian dari kekayaan yang ditinggalkan oleh ayahnya. Jika tidak ada anak laki-laki, imbauan tersebut bisa ditujukan kepada paman atau kerabat yang dari pewaris. Biasanya anak perempuan harus mengajukan permintaannya itu kepada ayahnya di saat ayahnya menjelang ajal, atau kepada saudara laki-lakinya bila ayahnya sudah tiada.Namun permintaan ini tidak dapat dilakukan bila masih ada anak laki-laki yang belum kawin dan anak perempuan tersebut belum menikah. Besarnya bagian yang diserahkan kepada anak perempuan tergantung dari keadaan.Anak sulung yang mengambil keputusan harus mempertimbangkan hak dan kepentingan semua adik laki-laki dan adik perempuan.Jika ibu masih hidup dan anak-anak perempuan belum menikah, maka si ibu disetujui mengelola bagian terbesar harta kekayaan tersebut. Warisan jatuh ke tangan laki-laki, namun tidak berarti anak perempuan tidak mendapat bagian. Apakah perempuan mendapat bagian atau tidak akan sangat tergantung pada kebaikan hati saudara laki-lakinya. Secara tradisional falsafahnya adalah anak perempuan kawin dengan anak orang lain. Mengapa ia harus mendapat warisan. Namun prinsip ini sekarang sudah mulai bergeser khususnya di kecamatan Onan Runggu, bahwa anak perempuan juga mendapat teanteanan seperti anak laki-laki.Harta disebut juga dengan benda bergerak seperti, perhiasan, ternak, dll, dan inilah yang paling dominan diberikan kepada anak perempuan. Harta peninggalan yang ditinggalkan oleh orangtua dapat berupa benda tidak bergerak seperti: rumah, sawah, ini diberikan khusus buat anak laki-laki. Tapi benda-benda lain seperti perhiasan lebih dominan diberikan kepada anak perempuan.Hal ini juga sering terlihat dalam praktik pembagian teanteanan di kecamatan ini, karena anak perempuan yang lebih banyak mengurus pewaris semasa hidupnya. Berdasarkan norma adat Batak Toba bahwa anak perempuan tidak boleh mewarisi harta pusaka berupa: tanah tano, rumah jabu, dan sawah hauma, karena harta ini merupakan harta yang di peroleh dari kakeknya ompung yang telah meninggal. Sesuai dengan wawancara di lapangan pernyataan di atas sudah mulai bergeser, dimana anak perempuan sudah bisa mewarisi harta tersebut meskipun persentasenya masih kecil. Perempuan boleh mendapat bagian dari harta ayahnya berupa tanah. Menurutnya perempuan pada waktu kawin mendapat hadiah yang disebut ulos na so ra buruk, bisa berupa tanah, dan kebun. Ada lagi yang disebut dengan hoban, yaitu sebidang tanah yang ada mata airnya. Hoban ini juga bisa diberikan kepada anak perempuan. Hadiah lain yang biasa diberikan kepada anak perempuan adalah perhiasan. Dalam norma adat Batak Toba, anak perempuan tidak boleh memperoleh hak untuk mewarisi barang-barang menetap dari harta peninggalan orangtuanya. Dalam masyarakat Batak Toba, anak perempuan dengan anak laki-laki mempunyai kedudukan yang timpang, dimana anak perempuan pada posisi yang lemah, khususnya dalam pembagian teanteanan. Pemberian harta benda dari orangtua kepada anak-anaknya baik laki-laki atau perempuan disebut istilahnya dengan Holong Ate kasih sayang.Pemberian-pemberian harta benda ini mempunyai istilah berbeda- beda.Harta benda yang diberikan kepada anak laki-laki disebut dengan istilah harta Panjaeansedangkan harta yang diberikan kepada anak perempuan disebut dengan harta Pauseang.Harta pauseang artinya harta atau pemberian yang tidak bisa diganggu gugat. Selain dari harta pauseang maupun panjaean, masih ada lagi harta bawaan yang fungsinya sama dengan pauseang dan panjaean, antara lain: 1 Indahan arian, Indahan arian merupakan pemberian sebidang tanah oleh seorang ayah kepada anak perempuannya apabila anak perempuan tersebut telah mempunyai anak. Jadi, indahan arianini diberikan kepada cucunya. 2 Batu ni assimun Batu ni assimun merupakan pemberian dari seorang ayah kepada anak perempuannya yang sudah mempunyai anak, berupa hewan peliharaan dan emas. Jadi pemberian ini ditujukan kepada cucu pewaris tersebut. 3 Dondon tua Istilah Dondon Tua dapat diterjemahkan dengan “dibebani nasib baik” dondon=ditindih, ditekan. Dondon tua merupakan pemberian seorang ayah kepada anak laki-laki yang sudah mempunyai keturunan, misalnya, sebidang sawah yang diberikan kepada cucunya yang paling besar dan si cucu baru boleh menerima setelah kakek meninggal dunia, dengan harapan agar sahala dari usia tua sang kakek beserta kesejahteraannya turun kepada turunan utama galur silsilah yang akan menyembah roh kakek kalau sudah berada di alam baka. 4 Punsu tali Punsu tali merupakan pemberian dari seorang ayah kepada anak perempuannya misalnya berupa tanah.Pemberian ini merupakan pemberian terakhir dan baru dapat diterima oleh anak perempuannya apabila si ayah meninggal dunia. 5 Ulos na so ra buruk Ulos na so ra buruk merupakan pemberian dari seorang ayah kepada anak perempuannya. Harta pemberian ini merupakan sebagai modal pertama pada saat mulai membangun rumah tangga.Ulos na so ra buruk ini biasanya berupa sawah yang disebut dengan hoban yang artinya sawah yang dekat dengan mata air. Dalam keadaan demikian, anak perempuan masih mempunyai kesempatan bagian dari sinamot orangtuanya, lewat ulos dan pauseang tanda sayang. Dalam membela kesamaan kesetaraan derajat antara anak perempuan dengan anak laki- laki sekarang ini dalam norma adat Batak Toba ada ungkapan: “Sarupa adop marmeme anak dohot boru”, artinya merawat anak laki-laki dan perempuan sama saja. Hal ini terlihat bahwa saat ini kesetaraan derajat anak laki-laki dan perempuan sudah hampir sama khususnya dalam pembagian teanteanan. Pemberian indahan arian dan batu ni assimun juga boleh diberikan sewaktu pewaris masih hidup, akan tetapi jika anak perempuannya sudah mempunyai keturunan. Cara meminta indahan arian dan batu ni assimun ini juga harus berdasarkan adat di bagasan adat yang disertai dengan beberapa undangan terdekat, misalnya ketiga unsur Dalihan Na Tolu tersebut. Contoh cara meminta indahan arian dan batu ni assimun Suhut :Ia nungnga dilehon hamu amang eme sanggulan, ba, onpe, lehon hamu ma amang uma sibonian ni i indahan arian Artinya : Ayah sudah memberikan harta berupa padisanggulan, danayah berikanlah harta berupa tanah Simatuana: Olo amang hela, adat doi tutu pangidoanmu i. Ba, taringot di uma, na adong di ahu, ba diboto borungku do dison, ndang sadia. Alai atik pe songoni, adong do saturpuk umangku, marboni 20 solup, di toru mual ma di lambung huta ni ompu raja gabe, ima nuaeng hauma i, ima na boi hu lehon tu hamu amang. Artinya: Ia anakku, semua yang kamu katakan itu adalah benar. Jadi, kalau masalah tanah, ayah tidak mempunyai tanah yang begitu banyak. Akan tetapi, masih ada tanah dekat kampung raja gabe, kalau di garap menghasilkan padi 20 karung. Tanah tersebutlah yang bisa ayah berikan untuk anakku. Suhut: Ia nungnga dilehon hamu sada hauma marboni 20 solup di toru ni mual, ba sai godangna ma pansamotan jala tu tiokna ma aek dapotan pintaon ni i tu joloan on, angkup ni i, sai gabe ma i nang ulaon nami. Ba, ia marhorbo do hamu amang, ba lehon ma batu ni assimun ni pahompum on. Artinya: Terimakasih ayah buat tanah tersebut, mudah-mudahan banyak rejeki di kemudian hari. Ada lagi permintaan kami ayah, sudi kiranya lah ayah memberikan hadiah lainberupa kerbau untuk cucu ayah ini. Simatuana: Ai so adong piga be nuaeng horbo di ahu, alai adong dope sada nari anak ni horbo boru-boru, ba ima hulehon batu ni assimun ni pahompungki. Artinya: Kalau masalah kerbau, ayah tidak mempunyai kerbau yang begitu banyak lagi, akan tetapi masih ada kerbau betina satu lagi, itulah ayah berikan untuk hadiah buat cucuku. Suhut: Ba, godang do nang lombu di hamu amang, ba lehon hamu ma batu niassimun ni pahompu muna on. Artinya: Sudi kiranya ayah memberikan lembu sebagai hadiah buatcucu ayah. Simatuana: Ai so piga be amang lombungku, alai molo nungnga tung sai dipangido hamu, ba adong disi anakna sada boru-boru, ba ima jolo na hulehon di pahompungki, bahen batu ni assimun na. Artinya: Kalau sapi tidak begitu banyak lagi, akan tetapi karena sudah permintaan juga, maka ayah berikan satu sapi betina buat cucuku, sebagai batu ni assimun cucuku. Suhut: Ia nungnga dilehon hamu amang indahan arian dohot batu ni assimun ni pahompumu i, ala naung uli rohamu mangalehon, ba, nungnga tung uli roha nami manjalo. Taringot tu silehon-lehon munai, ba nang ise pe mandok, ndang pola na otik be i goaron. Ba tung otik pe i, ba tumonggo na godang ma i. ala naung uli rohamu mangalehon, songon nidok nidok ni hata ni natua-tua ma inna: Ai dang sundat inna pudung ia so sangkot jadi palia Ai dang sundat uhum ia tung pe so sadia Tung otik pe among dilean hamu amang batu ni assimun ni pahompumunaon, bah uli ma roha nami manjalo. Artinya: Terimakasih banyak ayah buat indahan arian dan batu ni assimun yang ayah berikan, dengan senang hati ayah memberikan buat cucu ayah, maka kami juga sangat senang menerimanya ayah. Seperti pepatah mengatakan: Tidak akan tergantung pete, jika tidak ada buah parira Tidak akan batal adat meskipun tidak seberapa Meskipun hanya sedikit pemberian ayah Kami sangat senang untuk menerimanya Ima tutu, ninna na torop i ima mangolophon Artinya: Orang yang ada diacara itu mengucap amin Jongjong ma sada halak martangiang Artinya: Salah satu dari mereka memimpin doa Marhehe na uli ma Artinya: pulang dengan damai Anak perempuan bisa mengajukan permintaan ini apabila pewaris masih hidup. Jika pewaris sudah meninggal dunia, maka ahli waris perempuan dapat meminta indahan arian dan batu ni assimun dari ahli waris laki-laki ibotona, dan jika tidak mempunyai saudara laki-laki, maka anak perempuan langsung membagi rata berdasarkan keadilan dan kasih sayang dan disetujui oleh saudara dongan sabutuha pewaris tersebut. Berdasarkan wawancara dengan responden bahwa adapun faktor penyebab terjadinya perubahan pembagian teanteanan dan penyebab anak perempuan mendapat sebagian harta warisan orangtua nya di kecamatan Onan Runggu yaitu: 1 Faktor pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pendidikan dan keterampilan yang di peroleh anak perempuan sudah cukup tinggi dan berkualitas, maka perempuan Batak sudah banyak yang berhasil dalam bidang pekerjaan apapun yang sejajar dengan pekerjaan laki-laki pada umumnya.Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kaum perempuan telah mendapat kedudukan yang sederajat dengan kaum laki- laki. 2 Faktor ekonomi Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan adat Batak Toba yang dipengaruhi oleh sistem patrilineal dan juga dikaitkan dengan kondisi masyarakat di Indonesia, lazimnya orangtua laki-laki yang bertanggung jawab dalam memberikan biaya hidup kepada keluarga, karena pada umumnya laki-laki yang bekerja. Seandainya di jumpai istri atau ibu yang bekerja, hal tersebut tidak lain adalah menunjang kehidupan ekonomi keluarga, bukan merupakan tanggung jawabnya. Tetapi dengan meninggalnya si suami maka istri yang menjalankan tugas sebagai tiang keluarga untuk membiayai kebutuhan keluarga mulai dari biaya hidup sehari-hari hingga biaya pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya harta peninggalan di berikan kepada anak perempuan dan anak laki- laki secara merata dan adil. 3 Faktor migrasi perantauan Perpindahan penduduk atau orang-orang dari satu daerah kampung halaman ke daerah yang lain agar kehidupan selanjutnya lebih baik dan terjamin, khususnya di daerah perantauan. Hal ini mempengaruhi terhadap kebiasaan atau adat istiadat yang terdapat dalam norma adat Batak Toba, khususnya dalam pembagian teanteanan. Misalnya, pembagian teanteanan dalam Batak Toba berdasarkan sistem patrilineal akan berubah ketika seseorang itu berpindah atau merantau ke daerah lain yang menganut sistem parental. 4 Faktor sosial Faktor sosial di dalam masyarakat Batak Toba dalam hal perkawinan untuk pemberian uang jujur masih merupakan adat kebiasaan yang masih dipertahankan dan hal yang sangat penting dalam menunjukkan status sosial seseorang kepada pihak wanita yang akan dilamar. Penyerahan uang jujur ini kepada pihak perempuan haruslah disaksikan kedua belah pihak yang disebut dengan Dalihan Na Tolu, karena peranan Dalihan Na Tolu ini di dalam adat Batak Toba adalah sangat penting. Dengan falsafah Batak ini kedudukan sosial perempuan sangatlah terhormat.

4.3 PerananDalihan Na Tolu dalam Pembagian Teanteanan