PerananDalihan Na Tolu dalam Pembagian Teanteanan

Toba adalah sangat penting. Dengan falsafah Batak ini kedudukan sosial perempuan sangatlah terhormat.

4.3 PerananDalihan Na Tolu dalam Pembagian Teanteanan

Dalihan Na Tolu sangat berperan dalam pembagian teanteanan. Ketiga falsafah Dalihan Na Tolu tersebut yaitu: Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, dan Elek Marboru.Ketiga falsafah ini tidak bisa dipisahkan dalam bidang apapun. Somba marhula-hula merupakan falsafah yang sangat penting dalam pembagian teanteanan atau harta warisan, karena hula-hula atau tulang berfungsi untuk mendamaikan semua para ahli waris baik laki-laki dan perempuan, karena semua ahli waris tersebut sama di mata pamannya atau tulang. Manat mardongan tubu sangat perlu diingat dalam masalah harta warisan atau masalah kepemilikan.Dalam pembagian teanteanan bahwa dongan tubu harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan pembagian teanteanan tersebut, karena jika ada pertikaian di kemudian hari maka dongan tubu menjadi saksi yang paling utama bahwa harta warisan itu sudah sah dibagi. Dalam kenyataannya, masalah warisanlah penyebab terbesar pertikaian di kalangan na mardongan tubu. Hal itu terbukti pula dalam persidangan- persidangan pengadilan negeri di Bona Pasogit yang bertikai akibat harta warisan terutama tanah sering membawa korban jiwa.Akan tetapi, pertikaian akibat harta warisan antara boru ke hula-hula sangat jarang sekali. Dalam ungkapan umpasa batak ada istilah jolo diseat hata asa di seat raut, maksudnya, sebaiknya segala sesuatu itu dimusyawarahkan dulu sebaik- baiknya, barulah dilaksanakan. Umumnya umpasa itu disampaikan dalam rangka pembagian teanteanan, yang diatur oleh pihak-pihak na mardongan tubu.Seperti pepatah mengatakan Patutak pande bosi, soban bulu panggorgorina, marpukpak angka na marhahamaranggi na mardongan tubu angka boru ma pangolanina. Maksudnya, tukang besi biasanyamembentuk tempahannya sangat riuh, namun untuk menjadikan tempahan itu, harus ada kayu atau arang yang membakarnya supaya jadi baik. Demikian diumpamakan, kalau pihak hula-hula, na mardongan tubu bertikai karena sesuatu hal, agar tercapai kebaikan, maka pihak boru berperan sebagai penengah, bukan terlihat dalam pertikaian itu. Elek marboru juga falsafah yang sangat penting dalam pembagian harta warisan karena boru harus dibujuk supaya pembagian harta warisan ini jauh dari kecemburuan.Boru juga harus setuju dengan pembagian harta warisan ini, meskipun dulu mereka bukan ahli waris. Jika ada pertikaian diantara kalangan na mardongan tubu, maka boru yang menjadi penengah dari pertikaian tersebut. Untuk itulah boru harus dibujuk oleh kalangan na mardongan tubu. Dalihan Na Tolu berfungsi juga untuk menyelesaikanmendamaikan perselisihan diantara suami istri, diantara saudara kakak beradik, kerabat dan di dalam hal upacara perkawinan.Sistem sosial inilah yang menjadi tongkat penegak kebenaran dan perdamaian pada masyarakat Batak Toba, khususnya dalam pembagian teanteanan atau harta warisan. Itulah tiga falsafah norma adat Batak yang cukup adil yang akan menjadi pedoman dalam kehidupan sosial yang hidup dalam tatanan adat sejak lahir sampai meninggal dunia. Adapun peran Dalihan Na Tolu dalam pembagian teanteanan ini yaitu: 1. Ketiga unsur Dalihan Na Tolu menjadi saksi yang paling utama dalam acara pembagian teanteanan tesebut. 2. Untuk menjaga perdamaian dan kesejahteraan antara ahli waris di kemudian hari maka pihak hula-hula sangat berperan penting. 3. Untuk menjalankan proses pembagian teanteanan ini yaitu hula-hula. Segala sesuatu yang yang berkaitan dengan masalah pembagian teanteanan harus diketahui oleh hula-hula. 4. Pihak dongan tubu harus lebih hati-hati manat dalam melaksanakan pembagian harta warisan supaya terhindar dari pertikaian. 5. Dalam pembagian teanteanan tersebut, boru juga berkewajiban menghilangkan keretakan antara anggota keluarga agar mereka yang berselisih itu kembali kompak dan bersatu. 4.4 Konsep Nilai Sosial Budaya dan Dampak Sosial Budaya 4.4.1 Nilai sosial Budaya