Bahan pengawet TINJAUAN PUSTAKA

ditetapkan batas penggunaan hariannya daily intake guna melindungi kesehatan konsumen. Ketiga, zat pengawet yang tidak layak dikonsumsi karena tidak diizinkan penggunaannya pada makanan alias berbahaya seperti boraks dan formalin Widyaningsih dan Murtini, 2006. Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk dikonsumsi mempunyai karateristik sebagai berikut; 1. tidak spesifik, artinya sifat antimikrobanya berspektrum luas 2. termasuk golongan bahan pengawet GRAS 3. ekonomis murah dan mudah diperoleh 4. tidak berpengaruh terhadap citarasa 5. tidak berkurang aktivitasnya selama penyimpanan 6. tidak menimbulkan strain galur yang resisten 7. pengawet yang bersifat mematikan lethalmikosidal lebih efektif dibandingkan pengawet yang hanya menghambat pertumbuhan non- lethalmikostatik Nurwantoro dan Djarijah, 1997. Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan lainnya karena setiap pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda Cahyadi, 2008. Pemakaian bahan pengawet akan menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari mikroba, baik yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan Cahyadi, 2006. Tanpa bahan tambahan pangan khususnya bahan pengawet, bahan yang tersedia di pasar atau di swalayan menjadi kurang menarik, tidak dapat dinikmati secara layak, dan tidak awet. Bahan pengawet yang ditambahkan umumnya sama dengan bahan pengawet pangan yang pada dasarnya sudah terdapat dalam bahan pangan, tetapi jumlahnya sangat kecil sehingga kemampuan mengawetkannya sangat rendah Cahyadi, 2006. Jumlah zat pengawet yang ditambahkan kedalam bahan pangan tidak berpengaruh pada pernyataan bahwa zat pengawet kimia telah ditambahkan dan standard identitasnya ditetapkan untuk produk bahan pangan tersebut. Bila penambahan zat pengawet kimia tidak terdaftar sebagai suatu bahan campuran yang ada, zat kimia tersebut tidak boleh ditambahkan pada bahan pangan yang dipasarkan Norman, 2008. Penggunaan bahan pengawet kimia pada bahan pangan bagi keuntungan konsumen dapat dibenarkan secara teknologis apabila bahan pengawet tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut; 1. menjaga kualitas gizi bahan pangan 2. meningkatkan stabilitas penyimpanan 3. menjadikan bahan pangan lebih menarik namun tidak mengarah kepada penipuan terhadap konsumen 4. membantu proses pengolahan bahan pangan Norman, 2008. Penambahan bahan pengawet kimia pada bahan pangan yang tidak memperhatikan kepentingan konsumen tidak diperkenankan pemakaiannya apabila; menutupi adanya teknik pengolahan yang salah, merugikan konsumen, dan menyebabkan pengurangan nilai gizi makanan Norman, 2008.

2.3 Boraks

Boraks yang berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq merupakan kristal lunak yang mengandung mineral boron yang memiliki senyawa kimia yang kompleks. Senyawa ini dipercaya dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan ketupat yang jika digigit akan terasa lebih kenyal, atau kerupuk yang bila digigit akan lebih rapuh dan renyah Efendi, 2012. Boraks yang dijual dipasaran biasanya berbentuk kristal putih seperti gula pasir. Di Jawa Barat, larutan boraks dikenal dengan dengan sebutan “bleng”. Hanya saja orang mendapatkannya dari sejenis tanah liat yang mengandung mineral boron yang kemudian disaring Effendi, 2012.

2.3.1 Karakteristik boraks

Boraks mempunyai rumus bangun seperti yang tertera pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Rumus bangun boraks Widayat, 2011. Boraks mempunyai rumus molekul Na