warna pada kertas kurkuma menjadi warna merah kecoklatan. Jika dikeringkan warna coklat akan menjadi intensif dan jika dibasakan dengan amonia encer akan
berubah menjadi hitam kehijauan Depkes RI, 1984. Boraks dan asam borat juga dapat diidentifikasi dengan reaksi nyala api,
yaitu dengan memanaskan sejumlah zat di dalam cawan porselen hingga melebur, lalu ditambahkan asam sulfat pekat dan metanol pekat kemudian dibakar dengan
api langsung, adanya boraks ditandai dengan nyala api yang berwana hijau.
2.3.4 Fungsi boraks dan asam borat
Boraks dan asam borat memiliki khasiat sebagai antiseptika, yaitu zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Boraks digunakan
sebagai bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu. Di bidang farmasi, boraks digunakan sebagai antimikroba dan bahan emulsi pada sediaan kosmetik
seperti; krim dan salep Depkes RI, 1995. Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau asam
klorida pada boraks. Asam borat bila dilarutkan dalam air dapat digunakan sebagai obat pencuci mata yang dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga
digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung. Tetapi larutan ini tidak boleh diminum atau diusapkan pada bekas luka luas, karena bersifat racun jika terserap
oleh tubuh Winarno, 1994.
2.3.5 Penyalahgunaan boraks
Boraks bukan merupakan pengawet makanan, namun beberapa produsen makanan masih ada yang menggunakan boraks sebagai pengawet makanan.
Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Selain
bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan. Akan tetapi boraks
telah dinyatakan sebagai bahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan sesuai Permenkes RI No. 722MenkesPerIX88 karena sangat berbahaya bagi
kesehatan Effendi, 2012. Dengan adanya boraks adonan dapat lebih liat dan elastis sehingga tetap
menarik. Boraks banyak digunakan pada industri kecil atau industri rumah tangga. Kasus keracunan boraks terjadi karena absorpsi yang berlangsung dengan segera
dari saluran pencernaan makanan, kulit yang terluka, lecet, atau terbakar yang mendapat pengobatan secara berulang-ulang dengan serbuk atau larutan asam
borat. Selain itu, eksresi boraks yang lambat juga memperbesar terjadinya akumulasi akibat penggunaan berulang Winarno, 1994.
Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks secara terus menerus dalam jumlah banyak akan menyebabkan keracunan dan merusak sistem
organ tubuh seperti; susunan syaraf pusat SSP, ginjal, dan hati dan berujung pada kematian Nasution, 2009.
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis
keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut; a. sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
b. sakit kepala, gelisah