Universitas Sumatera Utara
subjek penelitian, dalam hal ini ibu tunggal yang melakukan menyingkapan diri terhadap anak remaja perempuannya di
Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.Agar penelitian ini tidak subjektif menjadi subjektif dan
hasilnya tidak di duga-duga oleh peneliti.
Data sekunder Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan
atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu Ruslan, 2003: 138.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik studi pustaka, dokumentasi dan membuka situs-situs di New Media internet
yang berhubungan dengan penelitian agar mendukung penelitian ini sehingga menjadi mudah dalam proses pembuatannya dan data
yang dikumpulkan menjadi semakin lengkap.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen 1996 menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan
data, mengorganisasikan dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain Moleong, 2007: 248
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui
situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transcript hasil wawancara, dengan cara memutar kembali
rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut.Setelah
peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan
konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.
Hal ini sesuai dengan penuturan Mathew B. Miles dan Michael Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono2010:337, ada 3 proses analisis data
kualitatif yaitu: 1.
Reduksi Data Reduksi data merupakan proses merangkum data, penyederhanaan
dengan memfokuskan data sesuai dengan topik dan judul penelitian. Karena begitu banyaknya data yang diperoleh di lapangan sehingga perlu
dianalisis dan dirangkum agar memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data.
Data yang dirangkum pada penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada orangtua tunggal yang memiliki anak
remaja.Kemudian peneliti melakukan penyederhanaan data yaitu keluarga single parent dengan ibu tunggal dan anak remaja yang di khususkan
kepada remaja perempuan yang berusia 12-17 tahun dengan domisili Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka proses selanjutnya yaitu penyajian data, yaitu kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, data disajikan secara deskriptif dan tidak berbentuk tabel.Data-
data yang diperoleh peneliti dengan mewawancarai informan maupun data yang diperoleh melalui studi pustaka disusun secara cermat dan
sistematis dalam hasil penelitian dan pembahasan. 3.
Penarikan Kesimpulan Merupakan proses akhir dalam menganalisis data. Penarikan
kesimpulan yaitu penarikan arti data yang ditampilkan.Pemberian makna harus sejauh pemahaman peneliti dan interprestasi yang dibuat.Setelah
Universitas Sumatera Utara
seluruh rangkaian pengolahan data dilakukan secara runtut maka tahapan akhir adalah penarikan kesimpulan yang diambil oleh peneliti.Dalam
peneilitian ini kesimpulan yang didapat oleh peneliti adalah prosesi penyingkapan diri self disclosure yang merupakan salah satu unsur dari
komunikasi antar pribadi dengan menerapkan teori jendela Johari, menciptakan sebuah komunikasi yang ideal dengan didukung oleh strategi
pengembangan hubungan yang dilakukan melalui teori penetrasi sosial.
3.7Fenomenologi
Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata “phenomenon” yang berarti realitas yang tampak, dan “logos” yang berarti ilmu.Sehingga secara
terminologi, fenomenologi adalah ilmu berorientasi untuk dapat mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak.Fenomena yang tampak adalah refleksi
dari realitas yang tidak berdiri sendiri karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi menerobos fenomena untuk
dapat mengetahui makna hakikat terdalam dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia.Dalam konteks ini ada
asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.Asumsi
pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh
karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu
tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan. Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami
dalam kesadaran.Fenomenologi mencari pemahaman seseorang dalam
membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif.Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan
pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.
Universitas Sumatera Utara
44
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang informan yang merupakan ibu tunggal yang memiliki remaja perempuan dan berdomisili
di kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Sumatera Utara.Peneliti berhenti pada informan ke tiga, dikarenakan
peneliti merasa telah cukup mendapatkan data yang diinginkan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian yang berpedoman kepada tujuan
penelitian.Hal ini dianggap sudah cukup dan memiliki data jenuh yang artinya penambahan informan tidak lagi memberikan informasi yang baru
dan berarti bagi penelitian yang dilakukan. Peneliti memilih ibu tunggal yang memiliki remaja perempuan
sebagai informan dalam penelitian ini disebabkan oleh fenomena yang terlihat di sekeliling kita terhadap orangtua tunggal dalam hal
penyingkapan diri self disclosure kepada remaja perempuannya adalah hal yang menarik untuk diteliti.Menjadi orangtua tunggal bukanlah sesuatu
yang mudah untuk dijalani, ada yang berhasil dilakukan namun tidak jarang pula yang mengalami kegagalan.Informan yang dipilih oleh peneliti
merupakan orang yang dikenal baik oleh peneliti dan masih berada dalam satu lingkungan dengan peneliti yaitu di kelurahan Mangga kecamatan
Medan Tuntungan Kota Medan.Peneliti melihat keberhasilan hubungan yang terjalin antara ibu tunggal dengan remaja perempuan masing-masing
informan tersebut. Para informan menerapkan strategi penetrasi sosial dalam
hubungan terhadap remaja perempuan masing-masing informan. Pembangunan hubungan ini dilandasi oleh proses penyingkapan diri yang
sesuai dengan analogi bawang, dimana lapisan paling luar merupakan informasi yang bersifat umum dan diketahui oleh orang lain. Lapisan
Universitas Sumatera Utara
paling inti adalah bagian paling dalam dimana tidak semua orang dapat mengetahui informasi ini tanpa adanya proses penyingkapan diri yang
berhasil dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu ibu tunggal dan remaja perempuannya.
4.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.Sebelum melakukan penelitian ini, terlebih
dahulu peneliti mengadakan observasi mengenai kasus penelitian ini. Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa
keluarga yang hanya dikepalai oleh salahseorang orangtua.Ada keluarga yang dikepalai oleh seorang ayah dan terdapat pula keluarga yang
dikepalai oleh seorang ibu.Berdasarkan pedoman pemilihan dan penentuan subjek yang sudah ditetapkan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian
ini maka peneliti memilih keluarga yang kepala rumahtangganya dipimpin oleh seorang ibu.
Dengan demikian peneliti akan memulai penelitian ini dengan mengikuti prosedur sesuai dengan pedoman penelitian yang sudah dibuat.
Dari beberapa keluarga dengan kepala rumahtangga seorang ibu tersebut peneliti masih melihat lagi keluarga yang di dalamnya terdapat remaja
perempuan.Setelah peneliti memperoleh beberapa calon narasumber yang sesuai dengan kriteria informan yang ditetapkan oleh peneliti, langkah
selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah memulai penelitian di kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
4.1.3 Deskripsi Penelitian
Penelitian dimulai dengan mencari satu orang individu untuk dijadikan sebagai informan yang sesuai dengan karakteristik dari subjek
penelitian seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.Setelah peneliti menemukan satu individu yang dianggap memenuhi kriteria seperti yang
telah ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian, kemudian peneliti
Universitas Sumatera Utara
melakukan wawancara mendalam kepada informan pertama tersebut berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun tersebut.
Wawancara pertama terhadap informan pertama yaitu ibu H.L pada tanggal 31 Januari 2015 pukul 16.00 wib sore hari.Waktu sore hari dipilih
oleh peneliti karena dianggap merupakan saat yang baik untuk berbincang dan Ibu H.L juga sudah mendapatkan waktu istirahat siangnya sepulang
dari tugas mengajarnya di salah satu sekolah dasar negeri di Medan. Wawancara pertama ini dilakukan peneliti di kediaman Ibu H.L yang
beralamat perumnas Simalingkar kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Proses wawancara berlangsung lancar dan akrab
di ruang tamu informan pertama ini. Ibu H.L adalah seorang guru di salah satu SD Negeri di Medan
kelahiran 8 Februari 1965. Beliau memiliki ciri-ciri fisik antara lain berbadan gemuk dan memiliki kulit putih bersih dengan tahi lalat di
pipinya. Sehari-hari beliau selalu mengenakan hijab, tampil trendy dan fashionable.Menjadi ibu tunggal sudah 3 tahun dijalani oleh Ibu Halimah.
Beliau memilik 3 orang anak, yang sulung laki-laki berusia 22 tahun dan sudah bekerja di sebuah bank swasta di Medan. Anak kedua Ibu H.L laki-
laki berusia 20 tahun yang sekarang masih kuliah semester 4 jurusan bahasa inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan dan yang
paling bungsu adalah seorang remaja perempuan berusia 17 tahun yang masih berstatus pelajar kelas XI disalah satu SMA Negeri di Medan.
Pada saat peneliti tiba di depan rumah Ibu H.L, peneliti mengucapkan salam dan menunggu beberapa saat sampai terdengar respon
jawaban salam dari dalam rumah. Tidak lama berselang, suara pintu terbuka terdengar dan Ibu H.L menyambut dengan senyum hangat dan
bersahabat.Setelah dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah, peneliti menganggukkan kepala sebagai tanda setuju seraya mengikuti langkah Ibu
H.L dari belakang.Peneliti dipersilahkan untuk duduk oleh Ibu H.L, dan peneliti mengikuti arah tangan beliau ke satu arah di sudut ruang tamu
rumah beliau.Sejurus kemudian beliau mengambil posisi duduk tepat berhadapan dengan peneliti.
Universitas Sumatera Utara
Wawancara mendalam sore itu dilakukan di kediaman ibu H.L tepatnya di salah satu sofa di sudut ruangan yang di cat dengan warna biru
langit.Pada sore itu, rumah kediaman ibu H.L tampak sepi dan hanya ada ibu H.L saja. Sementara anak-anak ibu H.L sedang disibukkan dengan
kegiatan mereka masing-masing, yang sulung sedang bekerja, yang ke dua walaupun sedang tidak ada jadwal kelas di kampusnya namun pada sore
itu juga sedang tidak berada di rumah dan yang bungsu sepulang sekolah langsung melanjutkan kegiatannya di tempat les hingga maghrib
menjelang. Perbincangan dengan ibu H.L dimulai dengan tahap basa-basi
seperti menanyakan kabar beliau dan keluarga.Selanjutnya peneliti menceritakan maksud dan tujuannya datang menjumpai ibu H.L sambil
menyodorkan sebuah proposal penelitian yang sudah disiapkan oleh peneliti. Lembaran kertas yang disodorkan oleh peneliti dibaca dengan
seksama oleh ibu H.L sambil mengangguk-anggukkan kepala pertanda sudah mengerti akan maksud yang terkandung dari hal tersebut.
Ibu H.L mengangkat wajahnya sambil meletakkan kertas yang dibaca tadi di atas meja yang ada dihadapan mereka.Suasana dalam
beberapa saat menjadi hening sampai jawaban keluar dari mulut informan pertama ini dan senyum lega dilepaskan oleh keduanya.Ucapan terima
kasih seperti tidak pernah lepas diucapkan oleh peneliti kepada ibu H.L. Hal tersebut dilakukan karena kesediaan ibu H.L untuk memberi informasi
dan menjadi informan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan hal yang sangat berarti.
Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada ibu H.L dapat dijawab dengan baik oleh beliau.Semua informasi dan data yang
dibutuhkan oleh peneliti bisa dikumpulkan dari ibu yang satu ini.Beliau dengan senang hati membantu upaya yang sedang dilakukan oleh peneliti
dalam hal menyelesaikan penelitian tersebut.Dengan demikian wawancara pertama yang dilaksanakan oleh peneliti hari tersebut dapat berjalan mulus
dan menggembirakan baik bagi peneliti sendiri maupun bagi ibu H.L.
Universitas Sumatera Utara
Puas berbincang dengan ibu H.L, peneliti segera menyudahi pembicaraan di sore hari yang cerah tersebut.Peneliti sudah merasa cukup
untuk mendapatkan data-data terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.Selanjutnya peneliti berpamitan kepada ibu H.L
dan berterima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk diwawancara pada hari tersebut.Peneliti segera berpamitan untuk kembali
ke rumah sambil menjulurkan tangan untuk menyalami ibu H.L sambil berdiri dan masih dengan senyum yang belum sirna dari wajah
keduanya.Ibu H.L berjalan ke luar dan mengantarkan peneliti sampai ke teras rumah beliau.
Penelitian dilanjutkan pada hari Senin 2 Februari 2015 dengan informan 2 yaitu Ibu L.S Informan ini bertempat tinggal sekitar 500
meter dari rumah peneliti. Sebelumnya peneliti sudah menghubungi informan via telepon beberapa waktu lalu untuk memastikan kapan dan
dimana informan dapat dijumpai untuk melakukan wawancara. Pukul 15.00 WIB informan telah tiba di kediaman Ibu L.S Informan dan peneliti
telah sepakat memilih waktu karena menunggu Ibu L.S selesai berjualan. Ibu L.S merupakan informan 2 yang akan diwawancarai untuk
mendapatkan data terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pekerjaan informan sehari-hari adalah berjualan bahan-bahan kebutuhan dapur
seperti sayur-mayur, ikan, bumbu dapur, dan lain-lain.Beliau merupakan orangtua tunggal yang miliki 4 anak orang anak.Anak sulung beliau
berusia 19 tahun yang berstatus sebagai salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta di Medan yang sekarang sudah memasuki tahun kedua atau
semester 4. Lalu anak kedua beliau berusia 15 tahun yang berstatus sebagai siswi di salah satu SMA swasta di Medan. Anak ketiga beliau
berusia 13 tahun yang masih berstatus sebagai siswa kelas XIII di salah satu sekolah Negeri Medan. Dan anak bungsu beliau masih berstatus
sebagai siswa kelas 5 di salah satu SD Negeri Medan. Beliau memiliki ciri fisik yaitu tinggi badan sekitar 160 cm,
memiliki warna kulit sawo matang dan berambut pendek. Informan berikut ini memiliki badan kecil dan tidak begitu gemuk, beda dengan informan
Universitas Sumatera Utara
pertama tadi. Informan pun memanggil Ibu L.S dari gerbang hijau rumah beliau. Tidak lama kemudian beliau keluar dari rumah dan segera
membukakan gerbang lalu mempersilahkan peneliti masuk kedalam rumahnya. Peneliti dan informan sebelumnya sudah saling kenal jadi tidak
begitu kaku lagi dalam memulai pembicaraan. Informan pun mempersilahkan peneliti masuk kedalam rumahnya dan mempersilahkan
duduk tepat disamping informan. Kemudian informan permisi untuk ke dapur dan bersamaan membawakan minuman untuk disajikan ke peneliti.
Wawancara pada hari tersebut dilangsungkan di rumah ibu L.S tepatnya di sebuah ruangan tamu yang tidak begitu tertata dengan
rapi.Peneliti dan informan duduk di lantai yang sudah beralaskan sebuah karpet warna coklat, namun hal ini tidak menjadi kendala bagi peneliti
maupun ibu L.S sendiri karena kondisi ruangan tersebut yang memang tidak memiliki sofa.Rumah yang tidak terlalu besar itu terlihat tidak begitu
rapi karena ibu L.S sedang melakukan perbaikan bagian dapur.Suasana rumah juga nampak ramai disebabkan adanya beberapa orang tukang
bangunan yang sedang melakukan perbaikan di dapur rumah ibu L.S. Pembicaraan dengan ibu L.S berlangsung dengan cukup baik dan
informan ke dua ini bersedia di wawancara oleh peneliti pada hari tersebut.Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.Semua data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti berhasil dikumpulkan dari ibu L.S yang
pada sore itu mengenakan kaus berwarna kuning dan bercelana pendek sebatas lutut yang hampir tidak jelas lagi warnanya.
Sesekali terlihat anak ibu L.S mencoba membereskan barang- barang yang berserakan dan anak bungsu beliau ikut duduk di samping ibu
L.S sambil mendengarkan pembicaraan diantara peneliti dan ibu L.S. Namun, anak bungsu beliau yang masih berusia 10 tahun mungkin belum
mengerti apa yang sedang dilakukan oleh ibunya dan peneliti, sehingga terlihat sesekali dia memandang heran ke arah peneliti yang melakukan
pembicaraan dengan ibunya sambil diselingi mencatat sesuatu di sebuah
Universitas Sumatera Utara
kertas. Terkadang si bungsu juga mondar-mandir sambil memegang jajanan di tangannya.
Ibu L.S yang bercerai dengan suaminya sekitar setahun lalu ini, masih terlihat logat bataknya karena memang beliau bersuku batak dan
kadang-kadang masih menggunakan bahasa tersebut kepada anak-anaknya dalam keseharian mereka.Gaya berbicara beliau pun terkesan ceplas-
ceplos, maklum sehari-hari pekerjaan ibu yang satu ini adalah sebagai pedagang sehingga tidak menuntut beliau untuk berbicara dengan bahasa
yang resmi dan formal.Namun beliau tetap bersemangat dalam memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
penelitian ini.Bisa jadi hal ini adalah pengalaman pertama bagi ibu L.S yang mengaku jarang sekali menonton acara televisi ini.
Setelah semua pertanyaan sudah mendapatkan jawaban dan data serta informasi yang dibutuhkan sudah berhasil diterima oleh peneliti,
maka peneliti bermaksud untuk segera menyudahi wawancara pada hari itu.Kemudian peneliti berpamitan untuk pulang ke rumah dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih atas bantuan ibu L.S dalam wawancara yang baru saja berlangsung. Ibu L.S pun membalas ucapan terima kasih tersebut
sambil mengatakan jangan sungkan untuk datang kembali di lain waktu apabila masih ada hal yang dibutuhkan lagi oleh peneliti dalam
penelitiannya tersebut. Pernyataan dari ibu L.S tentu sangat disambut gembira oleh peneliti dan sekali lagi ucapan terima kasih pun terlontar dari
mulut peneliti kepada ibu L.S yang sudah begitu banyak membantu ini. Untuk tahap terakhir peneliti menetapkan Ibu W.Y sebagai
informan 3 atau terakhir.Seorang ibu yang berusia 41 tahun merupakan guru disalah satu sekolah SMA Swasta di Medan.Beliau menjadi orangtua
tunggal atau ibu tunggal kurang lebih 3 tahun yang lalu dikarenakan bercerai dengan suaminya. Anak pertama beliau merupakan seorang
remaja perempuan yang berstatus sebagai siswi kelas XI disalah satu SMA swasta di Medan, kemudian anak kedua dari Ibu W.Y juga berstatus
sebagai siswa kelas 6 di sekolah dasar swasta di Medan. Anak bungsu dari
Universitas Sumatera Utara
beliau juga berstatus sebagai siswa kelas 2 di salah satu sekolah dasar swasta di Medan namun berbeda dengan anak kedua beliau.
Wanita campuran Arab Melayu ini memiliki tinggi badan sekitar 170 cm dan berkulit putih langsat. Beliau selalu mengikutifashionterbaru
dan selalu menggunakan hijab. Tahi lalat didekat pelipis mata sebelah kanan menambah senyum khas informan saat peneliti menjumpainya
beberapa waktu lalu untuk membuat janji akan melalukan sedikit wawancara tentang penyingkapan diri self disclosure.
Wawancara dilakukan pada Sabtu, 7 Februari 2015 di salah satu coffee shop di daerah jalan ringroad Medan. Peneliti membuat janji kepada
informan sekitar pukul 14.00 WIB. Bersamaan dengan itu beliau juga ada janji dengan temannya sehabis magrib atau sekitar pukul 19.00
WIB.Peneliti memutuskan melakukan wawancara diluar rumah dikarenakan jadwal informan yang begitu padat, sehingga wawancara
dilakukan diluar sesuai dengan kesepakatan bersama antara informan dan peneliti yang membuat janji sekitar 3 hari yang lalu.
Pada hari yang dijanjikan, peneliti tidak lupa mengingatkan kembali kepada ibu W.Y satu jam sebelum mereka bertemu lewat pesan
singkat yang dikirim oleh peneliti. Wawancara yang akan dilakukan oleh penelti terhadap ibu W.Y berlangsung sekitar pukul 19.00 Wib di sebuah
café di kawasan ringroad Medan. Tempat dan waktu tersebut telah dibuat sebagai kesepakatan bersama antara peneliti dan informan ke tiga ini.
Tidak lupa peneliti mempersiapkan semua hal-hal yang diperlukan pada saat proses wawancara nantinya.
Selepas melaksanakan sholat maghrib, peneliti melaju ke tempat yang telah dijanjikan untuk bertemu informan dengan meminta bantuan
jasa abang becak langganan peneliti. Cuaca pada malam itu cerah sekali dengan langit yang berhiaskan bintang-bintang yang bersinar
terang.Lampu-lampu jalan berderet rapi dan memendarkan cahaya kuning yang menimpa aspal di sepanjang jalan yang dilalui oleh peneliti. Abang
becak pun mengendarai becak bermotornya dengan kecepatan sedang sambil sesekali membunyikan klaksonnya kepada pengguna jalan lain.
Universitas Sumatera Utara
Tidak sampai setengah jam, peneliti sudah sampai di tempat yang telah dijanjikan.Peneliti segera menelepon kembali ibu W.Y untuk menanyakan
keberadaan beliau.Ternyata Ibu W.Y masih on the way ke tempat tersebut.Peneliti lalu berjalan ke dalam ruangan café tersebut sambil
melihat kiri-kanan mencari tempat yang dirasa nyaman untuk wawancara pada malam itu.Akhirnya pandangan mata peneliti tertuju pada sebuah
meja dengan dua buah kursi yang masih kosong yang berada di dekat pot bunga besar di café tersebut.Pelayan café menghampiri peneliti sambil
menanyakan pesanan kepada peneliti.Peneliti menjawab kalau dia sedang menunggu satu orang lagi dan memesan satu gelas orange juice.
Telepon genggam peneliti berdering dan ternyata panggilan tersebut adalah dari ibu W.Y. Peneliti menjawab telepon tersebut dan
terdengar suara ibu W.Y diseberang telepon menyatakan bahwa beliau sudah berada di parkir dan beliau menanyakan posisi peneliti.Dengan
seksama peneliti menjelaskan letak kursi yang telah diduduki oleh peneliti.Tidak lama berselang nampaklah ibu W.Y melambaikan tangan
sebagai tanda bahwa beliau telah melihat keberadan peneliti. Pada malam itu, ibu W.Y mengenakan busana hijabnya dengan
apik dan aroma wewangian parfum beliau menyebar lembut ke sekeliling ruangan.Peneliti berdiri seraya menjabat tangan ibu W.Y dan melebarkan
senyum ramah kepada ibu yang masih terlihat awet muda ini.Basa-basi berlangsung singkat dan ibu W.Y memesan satu gelas lemon tea dan satu
porsi kentang goreng.Ibu W.Y menawarkan makan malam kepada peneliti namun tawaran tersebut ditolak dengan halus oleh peneliti dengan alasan
sudah makan dari rumah tadi.Akhirnya ibu W.Y hanya memesan satu porsi lagi makanan ringan untuk peneliti.
Wawancara tersebut berlangsung sangat akrab, hal tersebut karena ibu W.Y sudah kenal dengan peneliti dan terlebih lagi ibu W.Y merupakan
teman satu pengajian dari ibu peneliti.Informan yang memiliki hobi masak dan travelling ini ternyata termasuk ibu yang up to date untuk usianya.
Beliau mengatakan bahwa hal seperti ini sudah pernah dilakukan sekitar setahun lalu oleh peneliti lain terhadapnya. Namun menurut beliau pada
Universitas Sumatera Utara
saat itu tema penelitiannya bukan seperti yang sekarang sedang dilakukan oleh peneliti.Sehingga ibu W.Y sudah faham dan mengerti apa-apa saja
yang harus dilakukannya pada wawancara tersebut. Ibu W.Y memberikan semua hal yang dapat membantu peneliti
dalam menyelesaikan penelitiannya termasuk jawaban dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti tidak menemukan
kendala sama sekali dalam proses wawancara terakhir ini. Informan sudah mengerti tujuan dan maksud dari peneliti dalam wawancara yang
dilakukan out door malam itu.Sesekali candaan dan nasihat disertakan ibu W.Y sehingga wawancara berjalan dengan nyaman dan data yang
dibutuhkan juga berhasil dikumpulkan. Pertemuan yang berlangsung sekitar satu setengah jam tersebut
disepakati untuk disudahi oleh keduanya. Peneliti membereskan kertas- kertas berisi catatan dari jawaban informan ketiga ini.Lalu ibu W.Y
memanggil pelayan untuk meminta bill dari pesanan mereka malam itu. Tidak lama menunggu, pelayan datang dan membawa billing sambil
disodorkan kepada ibu W.Y. Dengan cekatan ibu W.Y membuka tas dan mengambil dompetnya sambil mengatakan kepada peneliti bahwa malam
itu beliau lah yang membayar tagihan pelayan dan mengeluarkan candaan bahwa anak kuliah belum punya uang sendiri untuk mentraktir. Tawa
berderai diantara mereka dan diikuti senyum dari pelayan yang mendengar hal tersebut.
Ibu W.Y dan peneliti berjalan ke luar dari tempat itu dan peneliti berpamitan untuk pulang ke rumah sementara ibu W.Y menuju parkir
untuk mengambil sepeda motor maticnya. Tawaran untuk pulang bareng tidak di amini peneliti karena hal tersebut ditakutkan akan merepotkan ibu
W.Y saja. Akhirnya peneliti pulang kerumah dengan menumpang becak bermotor yang melintas di jalanan pada malam itu di sekitar tempat
tersebut. Ketiga informan ini merupakan ibu tunggal yang memiliki remaja
perempuan yang di dalam kesehariannya selalu melakukan komunikasi terhadap anak-anaknya. Proses penyingkapan diri self disclosure yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh para informan ini tentu tidaklah sama satu dengan yang lainnya.Terdapat perbedaan dan ada pula kesamaan dari informan-
informan tersebut. Adapun hasil dari wawancara peneliti terhadap ketiga orang informan ini dapat dilihat sebagai berikut :
4.1.4 Profil Informan 4.1.4.1 Profil Informan 1 Ibu H.L
Ibu H.L adalah informan pertama dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ibu H.L yang berulang tahun pada tanggal 8 Februari 1965
ini berprofesi sebagai seorang guru di tingkat sekolah dasar berstatus negeri di kota Medan. Profesi ini digeluti oleh ibu H.L sejak tahun 1986
dengan penempatan pertama di kota Binjai. Baru setelah tahun 1992 ibu H.L bermutasi tugas ke kota Medan.
Ibu H.L yang di dalam kesehariannya mengenakan hijab ini memeluk agama Islam dan berasal dari suku Padang Minang.Ibu H.L
menikah dengan seorang pegawai BUMN bernama bapak B.S pada tahun 1990.Namun sekitar tiga tahun yang lalu suami ibu H.L meninggal dunia
yang disebabkan karena penyakit gagal ginjal yang diderita sekitar dua tahun terakhir sebelum kematiannya.
Dari pernikahan tersebut, ibu H.L memiliki tiga orang anak yang terdiri dari dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Anak
sulung ibu H.L berjenis kelamin laki laki dan saat ini sudah menginjak usia 22 tahun bernama F.N. F.N sudah menamatkan studinya dan saat ini
sudah bekerja pada salah satu bank swasta di kota Medan. Sedangkan anak kedua Ibu H.L berjenis kelamin laki-laki berusia 20 tahun yang sekarang
masih kuliah jurusan sastra inggris dan sudah menginjak tahun ke dua atau semester 4 di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan berinisial M.K.
Dan yang terakhir adalah si bungsu M.P, remaja perempuan ibu H.L yang saat ini tercatat sebagai salah seorang pelajar SMA di salah satu sekolah
tingkat atas negeri di kota Medan dan mengambil jurusan IPA yang bercita-cita menjadi seorang dokter anak.
Universitas Sumatera Utara
Ibu berhijab yang memiliki hobi bernyanyi ini mempunyai ciri-ciri fisik antara lan berkulit putih dan memiliki tahi lalat di pipi sebelah kiri.
Ibu H.L termasuk berperawakan gemuk dan kondisi fisik ini menurun pada putra sulung beliau.Di dalam kesehariannya, ibu H.L selalu
mengenakan hijab dan tampil trendy serta mampu mengikuti mode yang sedang berlaku.Dalam hal ini, putri bungsu beliaulah yang selalu
memberikan saran dan kritik terhadap penampilan beliau.Waktu luang beliau sering diisi dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan
pendidikan.Hobi tersebut mampu mendukung profesi ibu H.L sebagai seorang yang menggeluti dunia mengajar tersebut. Beliau juga aktif
mengikuti diklat dan pelatihan dalam dunia pendidikan yang diselenggarakan oleh instansi tempat beliau bekerja maupun oleh lembaga
lain yang terkait.
4.1.4.2 Profil Informan 2 Ibu L.S
Informan selanjutnya adalah ibu L.S yang lahir pada tanggal 20 September 1977 dan penganut Kristen Protestan.Ibu yang dari logat
bicaranya saja sudah bisa diketahui asal usul sukunya ini memiliki profesi sebagai seorang pedagang.Beliau bercerai dengan suaminya
sekitar satu tahun lalu yang sebabnya tidak ingin beliau ceritakan kepada peneliti.
Dari hasil pernikahan ibu L.S dengan bapak H.S, mereka memiliki empat orang anak yang terdiri dari dua orang anak laki-laki dan dua
orang anak perempuan. Anak pertama ibu L.S adalah seorang perempuan berusia 19 tahun yang sehari-hari mempunyai aktivitas
sebagai seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Medan dan memiliki hobi bermusik yang berinisial W.S. Anak ke dua
beliau T.S juga perempuan berusia 15 tahun dan masih berstatus pelajar di sekolah tingkat atas juga di kota Medan. Selanjutnya anak
ketiga dan keempat beliau berjenis kelamin laki-laki dengan usia 13 tahun dan 10 tahun. Anak ketiga beliau tercatat sebagai siswa kelas XIII
di salah satu sekolah Negeri Medan berinisial P.S dan memiliki hobi
Universitas Sumatera Utara
bermain sepak bola.Dan anak bungsu beliau, K.S masih berstatus sebagai siswa kelas 5 di salah satu SD Negeri Medan yang mengikuti
kurikulum pendidikan 2013. Ibu L.S dengan hobi memasak ini sehari-hari berjualan bahan-
bahan kebutuhan dapur seperti sayur-mayur, ikan, bumbu dapur, dan lain-lain.Penampilan Ibu L.S selalu biasa-biasa saja dengan rambut ikal
sepanjang bahu.Warna kulit beliau juga sawo matang yang mungkin jarang atau bahkan tidak pernah tersentuh perawatan di saloon
kecantikan seperti yang banyak dilakoni oleh ibu-ibu yang menjadi takut kelihatan tua sehingga berupaya melakukan perawatan berbiaya
mahal.Ibu L.S adalah seorang wanita dewasa pekerja keras yang harus menanggung jawabi keempat orang anaknya. Mantan suami beliau
masih membantu mengirim biaya untuk anak-anaknya, namun hal tersebut bukan menjadi alasan bagi Ibu L.S untuk tidak bekerja banting
tulang demi anak-anaknya. Kesibukan Ibu L.S yang banyak menyita waktu dan tenaga ini
terkadang harus dibayar dengan semakin berkurangnya quality time untuk anak-anak beliau.Namun kehidupan yang keras ini sudah terbiasa
dijalani oleh Ibu L.S mengingat ibu beliau juga seorang orangtua tunggal dengan 9 orang anak. Ayahanda ibu L.S sudah pergi mendahului sang
ibu disaat ibu L.S dan saudara-saudaranya masih kecil. Bekerja sebagai petani dilakoni sang ibu dari Ibu L.S untuk mencukupi kebutuhan hidup
mereka kala itu. Sehingga kondisi seperti yang sekarang dialami oleh Ibu L.S sudah tidak membuatnya terkejut lagi.
4.1.4.3 Profil Informan 3 Ibu W.Y
Ibu berperawakan tinggi ini memiliki wajah rupawan sebagai percampuran darah Melayu dan Arab yang diperoleh dari kedua
orangtua beliau.Ibu W.Y namanya, lahir pada 22 Januari 1974 dan beragama Islam. Dalam kesehariannya, ibu W.Y memiliki profesi
sebagai guru di sebuah sekolah tingkat atas di kota ini yang sudah dijalani selama 18 tahun masa pengabdiannya.
Universitas Sumatera Utara
Beliau menikah dengan bapak W.M dan dikaruniai 3 orang anak, dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan.Anak pertama
beliau merupakan seorang remaja perempuan yang berstatus sebagai siswi kelas XI IPA disalah satu sekolah swasta di Medan. Anak yang
kedua berstatus sebagai siswa kelas 6 di sekolah dasar swasta di Medan dan anak bungsu dari beliau juga berstatus sebagai siswa kelas 2 di salah
satu sekolah dasar swasta di Medan namun berbeda dengan anak kedua beliau.
Pernikahan ibu W.Y dengan bapak W.M kandas sekitar 3 tahun yang lalu.Perceraian dipilih ibu W.Y sebagai jalan terakhir dari perjalanan
rumah tangganya karena adanya pihak ketiga diantara ibu W.Y dan suaminya.Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami beliau merupakan
kesalahan yang tidak bisa mendapat maaf dari ibu W.Y sehingga saat ini beliau menyandang status orangtua tunggal bagi anak-anaknya.
Ibu cantik ini sering menghabiskan waktu luangnya dengan melakukan travelling ke tempat-tempat wisata yang ada disekitar kota
Medan maupun yang ada di luar kota. Biasanya beliau mengajak anak- anaknya untuk sekedar berlibur untuk melepaskan penat setelah aktivitas
dan rutinitas beliau sehari-hari. Terkadang kalau sedang tidak ada cukup waktu untuk melakukan perjalanan ke luar kota, beliau hanya memilih
tempat berlibur yang ada di dalam kota saja, atau liburan hanya dilakukan dirumah saja tanpa pergi ke luar rumah. Hal tersebut sering dimanfaatkan
oleh ibu W.Y untuk memasak dan mencoba resep-resep baru yang juga merupakan salah satu hobi dan kesenangannya. Anak-anak beliau akan
bertindak sebagai juri yang memuji atau mengkritik masakan hasil uji cobanya tersebut.
Beliau memiliki penampakan fisik antara lain adalah memiliki kulit bersih kuning langsat, hidung yang bangir dan bibir yang tipis dengan
deretan gigi geligi yang rapi. Memiliki mata berwarna coklat dan terdapat tahi lalat di pelipis mata sebelah kanan menambah rupawan pemilik wajah
indo ini.Beliau juga memiliki tinggi badan yang semakin menambah elok fisiknya yang masih langsing di usianya yang tidak lagi muda ini.
Universitas Sumatera Utara
Dari ketiga informan ini, dapat dilihat perbedaan karakteristik dari masing-masing informan pada tabel berikut :
No Biodata
Informan Informan 1
Informan 2 Informan 3
1 Nama Informan
H.L L.S
W.Y 2
Jenis Kelamin Perempuan
Perempuan Perempuan
3 Tanggal Lahir
8 Februari 1965 20 September
1977 22 Januari
1974 4
Profesi Guru SD
Pedagang Guru SMA
5 Agama
Islam Kristen
Protestan Islam
6. Suku
Padang Minang
Batak Toba Melayu
7. Status
Pernikahan Meninggal 3
tahun lalu Bercerai 1
tahun lalu Bercerai 3
tahun lalu 8.
Jumlah Anak 3 orang anak
4 orang anak 3 orang
anak
9. Rincian Jenis
Kelamin Anak 2 laki-laki
1 perempuan 2 laki-laki
2 perempuan 2 laki-laki
1 perempuan
10. Rincian Usia
Anak - Sulung 22
tahun -Kedua 20
tahun -Bungsu 17
tahun -Sulung 19
tahun -Kedua 15
tahun -Ketiga 13
tahun -Bungsu 10
tahun -Sulung 16
tahun -Kedua 12
tahun -Bungsu 8
tahun
11. Hobi
Membaca, bernyanyi
Memasak Memasak,
travelling
Universitas Sumatera Utara
12. Ciri-ciri Fisik
Berbadan gemuk dan
memiliki kulit putih bersih
dengan tahi lalat di pipinya.
Sehari-hari beliau selalu
mengenakan hijab, tampil
trendy dan fashionable.
Memiliki ciri fisik yaitu
tinggi badan sekitar 160 cm,
memiliki warna kulit
sawo matang dan berambut
ikal pendek sebatas bahu,
memiliki rahang yang
keras, dan kecil dan tidak
begitu gemuk. Memiliki
tinggi badan sekitar 170
cm dan berkulit
kuning langsat,
hidung bangir, bibir
tipis, wajah sedikit indo,
memiliki tahi lalat
didekat pelipis mata
sebelah kanan.
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Penelitian Sumber : Peneliti
4.1.5 Penyingkapan diri masing-masing informan Informan 1 ibu H.L
Peneliti melakukan pengamatan tahap awal pada tanggal 31 Januari 2015 dan orang yang pertama sekali peneliti temui adalah
Ibu H.L yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah peneliti. Jam menunjukkan pukul 16.00 wib dan cuaca sore itu sedang cerah
sekali. Ibu H.L merupakan informan pertama yang dikunjungi oleh peneliti untuk mendapatkan data terkait dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Setelah pembicaraan dimulai dengan basa-basi, peneliti
mengungkapkan tujuan dari kedatangannya ke rumah Ibu H.L.
Universitas Sumatera Utara
Pucuk di cinta ulampun tiba, Ibu H.L menyambut dengan baik maksud dan tujuan peneliti.Judul proposal penelitian yang
disodorkan oleh peneliti dibaca dengan khidmat oleh beliau. Setelahnya, pandangan Ibu H.L kembali tertuju kepada mata
peneliti dan sambil tersenyum beliau berkata :
“Oooohh, kamu ingin Ibu menjadi narasumber kamu, ya… Ibu sih tidak ada masalah, apa yang ingin kamu tanyakan kepada ibu,
tanyakan saja. Kalau pertanyaannya bisa ibu jawab, pasti ibu akan memberikan jawabannya”.
Mendengar pernyataan tersebut, peneliti berharap bisa mendapat informasi dan data yang dibutuhkan yang berhubungan
dengan penelitian.Tanpa membuang banyak waktu, peneliti segera menanyakan beberapa hal yang masih bersifat umum saja,
misalnya tentang kabar beliau dan anak-anaknya.
“Alhamdulillah kami sekeluarga sehat walafiat, anak saya yang sulung sebentar lagi pulang dari kerja, mungkin sekarang sedang
di jalan. Kalau anak saya yang ke dua sedang istirahat di kamarnya, yang paling bungsu sekarang sedang les tambahan di
bimbingan belajar, dek”.
Ibu H.L menjelaskan tentang kegiatan dan keadaan anak- anaknya secara rinci dan terbuka.Kesempatan ini tidak disia-siakan
oleh peneliti untuk menanyakan hal yang lebih menjurus kepada tema dan judul penelitian, yaitu tentang pembukaan diri self
disclosure.
“Di rumah ini, dek…kami selalu bertegur sapa satu sama lain setiap harinya baik ketika baru bangun tidur sampai mau tidur
lagi. Kalau saya lumayan sering ngomong-ngomong sama anak saya. Walaupun saya bekerja full time tapi selalu saya sempatkan
untuk ngobrol dengan anak , di setiap ada kesempatan saya pasti selalu berbincang kepada mereka, terlebih anak bungsu saya, dia
kan masih remaja, butuh sekali perhatian supaya merasa betah di rumah”.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian peneliti menanyakan bagaimana cara Ibu Halimah untuk memulai pembicaraan terhadap anak-anaknya,
khususnya terhadap anak bungsu beliau yang berusia remaja yang dalam hal ini menjadi perhatian khusus untuk penelitian yang
sedang dilakukan oleh peneliti.
“Saya coba untuk berbasa basi dulu sih biasanya, kayak nanyain soal sekolah, temannya atau hal lain yang lebih ringan, misalnya
menanyakan tentang bekal minumnya yang dibawa cukup atau kurang, atau tentang uang jajannya dibelikan apa saja tadi di
sekolah, begitu dek. Kalau saya mendapat respon yang baik dari anak saya, Nah setelah itu saya coba untuk mengajak bicara
serius, contohnya tentang nilai ulangan fisikanya, atau tentang teman lelaki yang sedang disenanginya, atau yang lain yang
sifatnya khusus. Saya lihat dulu bagaimana reaksi anak saya, kalau bagus, yah…saya Tanya-tanya lebih detail. Tapi kalau saya
lihat anak saya sedang tidak mood, biasanya saya tidak melanjutkan pertanyaan saya, paling-paling saya suruh makan
dulu baru kemudian istirahat, atau saya ajak nonton tv bareng aja”.
Penyingkapan diri self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada
orang lain menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masadepan, impian, dan lain-lain. Menurut Morton dalam
Dayakisni: 2003: 87, pengungkapan diri self disclosure merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab
dengan orang lain. Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa self disclosure adalah penyingkapan
diri dalam hal membagi informasi yang bersifat pribadi dalam kondisi yang intim.
Membagi informasi pribadi kepada orang lain bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh siapa saja, termasuk hubungan
antara orang tua dengan anak yang tidak didasari oleh suatu keakraban atau keintimann tentu saja didalamnya tidak akan
terdapat jalinan komunikasi yang baik. Secara kasat mata, keluarga yang tidak ideal akan menimbulkan banyak permasalahan
Universitas Sumatera Utara
yang mengakibatkan tidak tercapainya sebuah komunikasi yang efektif. Dalam penelitian ini akan dibahas secara mendalam
tentang masalah yang berkenaan dengan apa yang sering dihadapi oleh orang tua tunggal dengan anak remaja dalam proses
penyingkapan diri self disclosure yang mereka lakukan. Selanjutnya peneliti bertanya tentang cara pengungkapan
perasaan Ibu Halimah terhadap anaknya. Bagaimana beliau melakukan komunikasi nonverbalnya kepada anaknya tersebut.
Tergantung juga sih nak. Kadang saya kalo udah capek saya sering lepas kontrol, suka marah-marah gitu. Cemanalah faktor
umur juga, saya gampang capek. Tapi saya juga masih sering memeluk dan mencium anak bungsu saya sekalipun di depan
kakak-kakaknya, apalagi anak bungsu saya kan perempuan jadi saya nyaman-nyaman saja dengan kontak fisik yang kami
lakukan”.
Dari beberapa petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan 1 di atas dapat dilihat bahwa komunikasi
yang terjalin antara Ibu H.L dengan remaja perempuannya dapat berlangsung lancar, hubungan yang terbentuk juga merupakan hasil
dari percakapan baik secara verbal maupun nonverbal. Hal terpenting dari kegiatan yang dilakukan antara kedua orang
tersebut adalah adanya umpan balik yang diberikan komunikan atas komunikasi yang dijalankan oleh komunikator.Ini yang
menyebabkan hubungan dapat berlanjut ke arah yang lebih intim dan bermakna.
Dengan mengingat tingkat keakraban sebagai penentu kedalaman penyingkapan diri self disclosuremaka lawan
komunikasi atau mitra dalam hubungan akan menentukan penyingkapan diri self disclosure itu. Kita melakukan
penyingkapan diri self disclosurekepada mereka yang kita anggap sebagai orang yang dekat misalnya teman dekat atau sesama
anggota keluarga. Di samping itu, kita juga akan memandang bagaimana respon mereka. Apabila kitapandang mereka itu orang
Universitas Sumatera Utara
yang hangat dan penuh perhatian maka kitaakan
melakukanpenyingkapan diri self disclosure, apabila sebaliknya yang terjadi maka kita akan lebih memilih untuk menutup diri.
Peneliti melanjutkan beberapa pertanyaan berikutnya pun dikarenakan peneliti menerima respon positif dari informan,
sehingga komunikasi yang terjadi antara peneliti selaku komunikator dengan informan dalam hal ini sebagai komunikan
dapat dikatakan komunikasi yang efektif dan ideal.Selanjutnya peneliti menanyakan tentang tanggapan yang diberikan anak Ibu
H.L pada saat beliau memulai pembicaraan kepada si bungsu.
Setelah saya perhatikan respon dari anak saya ini bermacam- macam, sesuai denga apa yang saya sampaikan dan sesuai mood
anak saya, biasalah emosinya masih naik turun. Kadang enak diajak ngobrol kadang juga susah. Sejauh ini dia selalu merespon
apa yang saya bicarakan. Karena dia mengetahui benar bagaimana status saya sekarang sebagai orangtua tunggal
buatnya.
Kemudian percakapan diantara peneliti dengan Ibu H.L terhenti sejenak.Anak sulung Ibu H.L baru saja tiba dari tempat
kerjanya. Setelah mengucapkan salam, anak sulung Ibu H.L masuk ke dalam rumah dam segera meraih tangan ibunya untuk langsung
diangsurkan ke dahi si sulung. Tradisi cium tangan seperti ini sudah menjadi hal yang selalu terlihat di dalam keluarga Ibu H.L.
Setelah berbasa-basi sebentar, si sulung langsung berpamitan untuk masuk ke dalam kamarnya dan Ibu H.L kembali mengajak peneliti
untuk melanjutkan pembicaraan. Hal yang akan ditanyakan lagi oleh peneliti adalah
bagaimana cara Ibu H.L dalam mengkomunikasikan suatu hal yang bertentangan dengan anaknya. Informan terlihat seperti mengingat-
ingat sesuatu, tidak lama setelah itu informan menjawab: “Hmmm…kami jarang bertentangan sih, tapi bukan tidak
pernah.Alhamdulillah sampai saat ini anak saya masih bisa terima kalo ada hal-hal yang sekiranya bertentangan dengan
Universitas Sumatera Utara
pendapatnya.Ada juga suatu waktu misalnya seperti masalah keuangan, suatu waktu anak saya minta dibelikan kereta karena
jarak sekolah dan rumah yang lumayan jauh, terkadang kalau angkot lagi penuh, apalagi ditambah macet, akibatnya terlambat
ke sekolah. Hal itu pernah disampaikan anak Ibu, dek. Jadi saya kasih pengertian lah saat itu juga kalo saya belum bisa langsung
membelikannya.Dan dia bisa mengerti dengan apa yang saya sampaikan”.
Keterbukaan dalam komunikasi antara orangtua dengan anak merupakan modal dalam memahami masalah yang dihadapi
oleh anak. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi bila para pelakunya tidak terbuka dan kurang percaya satu sama
lain.Selanjutnya peneliti kembali bertanya kepada Ibu H.L mengenai hal-hal yang boleh diceritakan kepada anak atau yang
tidak boleh, dalam artian apakah terdapat batasan topik pembicaraan yang akan disampaikan atau tanyakan kepada
anaknya. Dengan santun dan senyum mengembang informan pun memberikan penjelasan yang lengkap, berikut kutipan jawaban
yang diberikan oleh Ibu H.L :
Batasan sih kayaknya gak ada ya, sebenarnya tidak ada hal yang saya simpan sendiri untuk tidak dibicarakan kepada anak-anak.
Palingan hal yang sensitif yang kami bicarakan soal keuangan keluarga aja. Selebihnya gak ada, karena saya selalu
menceritakannya kepada anak. Ada pun hanya beberapa aja yang saya kira itu bersifat sangat privacy dalam hal keuangan, biasanya
saya tidak secara gamblang bercerita kepada anak-anak untuk masalah yang satu ini. Terutama kepada anak saya yang masih
bersekolah, segala masalah keuangannya masih tanggung jawab saya, jadi untuk yang satu itu saya tidak terlalu terbuka karena
gimana pun juga saya tidak mau memberatkan anak saya. Tetapi untuk hal-hal lainnya saya tidak ada menyembunyikan apapun
kepada mereka, dek”.
Pada dasarnya penyingkapan diri self disclosure berguna untuk mendengarkan pengalaman orang lain yang nantinya bisa
menjadi pelajaran bagi diri kita, selain itu dengan penyingkapan diriself disclosure kita juga bisa mengetahui seperti apa diri kita
dalam pandangan orang lain, dengan hal itu kita bisa melakukan
Universitas Sumatera Utara
introspeksi diri dalam berhubungan. Namun di sisi lain, tidak semua orang dapat menanggapi apa yang kita sampaikan bahkan
sering terjadi salah paham sehingga malah menimbulkan masalah baru. Ketika seseorang telah mengetahui diri kita, bisa saja orang
lain ini memanfatkan apa yang telah dia ketahui mengenai diri kita. Semakin sore menjadikan pembicaraan peneliti dengan
informan menjadi semakin hangat dan akrab.Informan mempersilakan kepada peneliti untuk meminum teh yang sudah
disediakan.Karena komunikasi yang terjadi diantara peneliti dan informan berjalan dengan akrab, maka peneliti tidak ingin menyia-
nyiakan waktu ntuk menanyakan semua informasi yang dibutuhkan sebagai data untuk penelitian.
Membagikan informasi dengan anak saya hanya dengan ngobrol aja sih, itu yang sering kami lakukan. Misalnya di waktu luang
disitu saya manfaatkan untuk curhat.Semua kami obrolin, dari mulai acara tv, berita-berita terbaru, model rambut, dan masih
banyak lagi yang lainnya, dek. Apalagi diakan anak bungsu saya, jadi saya merasa lebih dekat dengan dia dibandingkan dengan dua
abangnya. Anak saya ini juga termasuk anak yang manja, yaaa maklum aja ya dek namanya juga anak paling bontot, bawaannya
selalu ingin bersama saya. Jadi ya seperti sore-sore gini kalau dia gak ada jadwal les tambahan biasanya dia selalu di rumah dan
saya manfaatkan untuk sekedar ngobrol dengan dia. Lebih santai aja sih gak yang begitu kaku kalau kami melakukan obrolan
sehari, gitu dek. Makanya saya selalu senang kalau ada hari libur gini, saya bisa di rumah dan berkumpul dengan anak-anak saya.
Sesekali kami juga pergi keluar atau sekedar makan.Hangout lah bahasa anak mudanya.Agar anak saya juga merasakan akrab
dengan ibunya walaupun jadwal kami sekeluarga sama-sama padat.”
Obrolan peneliti dengan informan terasa semakin dekat, ditambah antusias yang tinggi dari informan dengan pertanyaannya
yang diberikan peneliti juga semakin menarik.Obrolan terhentikan sejenak ketika anak remaja perempuan informan pulang dari les
tambahan diluar. Setelah mengucapkan salam, anak bungsu Ibu H.L masuk ke dalam rumah dam segera meraih tangan ibunya
untuk langsung diangsurkan ke dahi si bungsu. Informan sejenak
Universitas Sumatera Utara
meninggalkan peneliti di ruang tamu karena akan menyiapkan makan makanan untuk anak remaja perempuannya yang baru saja
pulang. Setelah itu informan kembali duduk dengan memulai obrolan lagi dengan peneliti.
Secara kasat mata, hubungan yang terjalin antara informan dan remaja perempuannya sepertinya tidak mengalami kendala
yang cukup berat. Namun, di dalam kehidupan nyata ini selalu ada saja hal-hal yang menjadi perbincangan serius bahkan dibutuhkan
pula pembicaraan yang harus dilaksanakan dengan jalan berdiskusi diantara pihak-pihak tersebut. Kali ini pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada informan adalah diskusi yang dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Oh kalau itu pasti, saya selalu melakukan diskusi dengan anak saya. Apapun itu, jadi saya berusaha terbuka dengan dia nak.
Contohnya ya seperti tadi yang saya katakan dek, saat anak saya minta dibelikan kereta. Saya coba diskusikan dengannya apa
alasan saya tidak membelikannya kereta untuk saat ini. Ya alhamdulillah dia bisa mengerti walaupun beberapa kali dia tetap
aja membujuk saya. Karena dia selalu berkeinginan keras jika apa yang dia mau belum diberikan. Setelah saya kasih tau pelan-pelan
dia bisa ngerti juga kok. Saya perjelas tentang apa penting dan perlunya SIM, tentang keamanan diluar sana yang tidak bisa
dipastikan bagaimana-bagaimananya. Jadi apapun masalahnya sebisa mungkin saya ungkapkan dengan anak-anak.Baik anak laki-
laki saya maupun dengan anak perempuan saya, cuma saya lebih kasih pengertian lebih dengan anak bungsu saya yang perempuan
ini.Maklum lah dek dia masih dalam masa yang belum stabil jadi harus banyak-banyak saya dampingi, saya gak mau nantinya jadi
salah arah dan berdampak tidak baik dengan dia.”
Penyingkapan diri self disclosure lebih besar
kemungkinannya terjadi dalam komunikasi dengan khalayak kecil, misalnya dalam komunikasiantarpribadi atau komunikasi
kelompok kecil. Jika khalayak komunikasi itu besar jumlahnya maka kita akan sulit mengontrol dan menerima umpan balik dari
lawan komunikasi kita. Apabila khalayaknya kecil saja maka kita bisa mengontrol situasi komunikasi dan bisa melihat umpan balik
Universitas Sumatera Utara
itu.Pada awalnya orang akan selalu berbicara hal-hal yang umum saja. Makin akrab maka akan makin mendalam topik pembicaraan
kita. Tidak mungkin kita berbicara soal-soal yang sangat pribadi, pada orang yang baru kita kenal atau orang yang tidak akrab. Kita
akan lebih memilih topik percakapan yang umum, seperti soal cuaca, politik secara umum, kondisi keuangan negara atau kondisi
sosial.Keterbukaan diri ternyata lebih dapat terlihat pada kaum perempuan, namun bukan berarti para lelaki tidak pernah
melakukannya. Dalam hal ini terdapat perbedaan penyingkapan diri yang dilakukan oleh perempuan dan yang dilakukan oleh laki-
laki yaitu biasanya para perempuan membagikan informasi pribadinya kepada orang-orang yang disukai. Sedangkan bagi
lelaki, biasanya mereka menyingkapkan diri atau menceritakan hal- hal yang mereka anggap pribadi kepada orang-orang yang dapat
dipercaya.
Informan 2 Ibu L.S
Sebelum melakukan wawancara langsung kepada informan kedua ini, peneliti sudah melakukan observasi sehingga informan
tidak lagi bingung dengan kehadiran peneliti ke rumahnya. Sambutan yang diberikan informan pun cukup baik, sehingga
peneliti memiliki kesempatan yang tidak akan disis-siakan dalam melakukan wawancara mendalam terhadap para informan.
Sesaat setelah peneliti tiba di kediaman informan kedua yaitu ibu L.S, peneliti lalu memberikann judul proposal penelitian
kepada informan, yang kemudian dibaca sekilas oleh beliau dan berkata:
“Jadi ini penelitian skripsi mu itu ya? Okelah kalau bisa ibu jawab semua ya, kalo gak bisa ibu jawab gapapa kan? haha”
Universitas Sumatera Utara
Sambil tertawa kecil kemudian informan meletakkan judul proposal penelitian diatas meja.Dan peneliti pun memulai
wawancara dengan informan.Tanpa membuang banyak waktu, peneliti segera menanyakan beberapa hal yang masih bersifat
umum saja, misalnya tentang kabar beliau dan anak-anaknya.
“Kabar baik kami semua dek, kayak yang adek tengoklah. Cuma agak ngedrop aja dikit badanku tadi pagi agak meriang, kecapean
mungkin. Tapi udah biasa sih aku kayak gini, nanti juga pulih kembali. Anak saya yang pertama masih di kampus, dia kuliah sore
soalnya. Tapi anak saya yang masih sekolah semua udah pada di rumah sore-sore gini. Anak aku ada 4 dek, perempuan 2 laki-laki
2. Nah yang nomer 2 itu sekarang udah kelas 2 sma dek. Dia anak perempuan ku yang kedua, yang ketiga itu smp kelas 2 dan yang
bungsu itu sd kelas 5 dan dua-dua laki-laki dek.”
Dilanjutkan dengan menjelaskan tentang kegiatan dan keadaan anak-anaknya secara rinci dan terbuka. Lalu peneliti
memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan hal yang lebih detail seperti dengan tema dan judul penelitian yaitu tentang
penyingkapan diri self disclosure.
“Kalau saya sendiri seperti inilah dek, semua terbatas oleh waktu. Sangat jarang bertemu dengan anak-anak.Pagi saya sudah mulai
jualan dan dari subuh saya sudah bangun untuk menyiapkan semuanya. Untung anak saya suda bisa sendiri semua, yang paling
kecil kadang dibantu sama kakaknya dalam mengurus kalo pagi mau berangkat sekolah. Yang paling besar sesekali membantu
saya juga dalam mengurus rumah.Waktu yang terbatas ini buat aku gak bisa terlalu dengan anak-anak.Hanya ngomong sesekali
saja palingan. Kadang kasian juga liatnya, kayak kurang perhatian dari saya gitu. Anak saya yang nomer 2 juga gak begitu
akrab sama saya, kalau ada apa-apa paling seringan sama kakaknya. Kebetulan anak saya yang pertama sudah lumayan
dewasa, jadi dial ah yang bisa menghandle adek-adeknya di rumah kalo ada apa-apa.”
Sebagai awal dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini hanya sebatas pertanyaan yang
sifatnya umum dan biasa.Peneliti tidak ingin tergesa-gesa dalam
Universitas Sumatera Utara
meminta informasi yang terkait dengan penelitian ini karena peneliti ingin membangun hubungan yang intim terlebih dahulu
terhadap informan.Sehingga dalam memberikan informasi bisa dilakukan dengan senang hati dan tidak ada unsur terpaksa dari
para informan dalam penelitian ini. Dengan demikian peneliti mulai menanyakan pertanyaan-
pertanyaan yang umum terlebih dahulu yang kemudian akan dilanjutkan kea rah pertanyaan yang lebih khusus dengan melihat
respon yang diberikan oleh informan tersebut kepada peneliti. Jawaban berikut ini adalah informasi yang diberikan oleh informan
kepada peneliti tentang komunikasi yang dilakukan oleh informan terhadap remaja perempuannya yang saat ini berusia 15 tahun.
Gimana ya dek, aku di rumah pas malam aja. Pagi sampe sore aku jualan.Anak ku paginya sekolah sampe sore bahkan malam
baru nyampe di rumah.Soalnya dia les tambahan juga diluar.Ketemu untuk ngobrol cuma sebentar aja.Cuma malamlah
itupun gak lama. Aku jarang nomong sama anak aku, apalagi aku sibuk terus dek. Ditambah anak aku juga banyak. Paling sekedar
aja aku ngobrol dengan dia. Cemanalah aku di rumah kadang udah capek siap itu tidur, pagi-pagi aku sebentar ketemu dia kan
sekolah. Ya gitulah setiap hari”.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa luput dari berhubungan dengan orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya
termasuk dengan sesama anggota keluarga. Komunikasi merupakan kebutuhan yang tidak bisa tidak dipenuhi, baik secara
langsung maupun tidak, baik melalui komunikasi verbal ataupun nonverbal.Melalui komunikasi inilah manusia dapat melakukan
interaksi dengan manusia lainnya yang ada disekitar mereka.Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikan
menerima umpan balik atau respon dari lawan komunikasinya. Mereka yang dapat melakukan komunikasi yang ideal seperti ini
akan memiliki kemampuan penguasaan keterampilan sosial dan membangun hubungan kea rah yang lebih dalam dan akrab.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalin komunikasi dengan sesama manusia terutama dengan anggota keluarga, dapat dilakukan secara lisan
berupa perbincangan atau percakapan di dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari. Selain dari itu, bahasa tubuh dan ekspresi juga
sering diperlihatkan kepada anggota keluarga atau lawan komunikasi yang lain. Dengan kata lain untuk mengungkapkan
perasaan yang ingin kita bagi kepada orang lain bukan hanya dapat dilakukan dengan kata-kata saja, namun lebih dari itu dpat pula
melalui ungkapan perasaan yang dapat diwakilkan dengan melakukan gerakan tubuh atau ekspresi wajah. Hal ini juga
diperlihatkan oleh Ibu L.S kepada anak-anaknya, terutama pada saat beliau sudah merasa sangat letih dengan pekerjaannya maka
yang beliau lakukan adalah menunjukkan tatapn mata yang seolah mampu menceritakan tentang kondisinya pada sat itu.
Kemudian peneliti mencoba menanyakan kepada Ibu L.S bagaimana cara beliau dalam mengungkapkan perasaan yang
sedang dialaminya kepada remaja perempuannya . Bagaimana beliau melakukan komunikasi nonverbalnya kepada anaknya
tersebut.
Perasaan yang saya tunjukkan cuma sekedarnya aja.Aku gak mau dia nanti jadi kepikiran dan mengganggu sekolahnya. Jadi kalo
pun aku punya suatu perasaan atau masalah akugak langsung menunjukkannya. Paling-paling aku hanya diam saja, nanti
anakku nanya dek samaku, kenapa aku diam aja. Kupandangin aja wajahnya, taunya dia tu kalo aku lagi capek atau ada masalah
yang lagi kupikirkan. Disuruhnya lah aku istirahat, dek “.
Keluarga single parent dikepalai oleh orangtua tunggal, di mana orangtua tunggal tersebut harus melakukan komunikasi dan
kontrol sekaligus.Orangtua tunggal harus mampu beradaptasi dengan kondisi pengasuhan yang harus dijalani akibat perubahan
peran dan beban tugas mengasuh anak.Selain itu orangtua tunggal juga memiliki kondisi emosional khusus, seperti kekecewaan dan
kesepian karena terpisah atau kehilangan pasangannya. Hal inilah
Universitas Sumatera Utara
yang bisa menghambat komunikasi antara orangtua tunggal dengan anak dalam proses pengasuhan.
Komunikasi antara orangtua tunggal dengan anak termasuk dalamhubungan diadik.Interaksi yang mereka lakukan dalam
kehidupan sehari-harimerupakan bentuk komunikasi yang berpengaruh terhadap hubungan antarakeduanya.Joseph A DeVito
dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Antar Manusia” menjelaskan komunikasi antarpribadi dalam berbagai
definisi.Diantaranya ada definisi yang ditinjau berdasarkan hubungan diadik relational dyadic, yaitu komunikasi yang
berlangsung di antara dua orang yangmempunyai hubungan yang mantap dan jelas DeVito, 1997: 231.Kemudian peneliti ingin
menanyakan hal selanjutnya yang berhubungan dengan respon yang diberikan oleh remaja perempuan Ibu L.S pada saat mereka
melakukan komunikasi dalam keseharian Ibu L.S dan remaja perempuannya tersebut.
Kadang aku gak dapat respon dari dia, ya kalo ngobrol cuma sekedar aja.Jadi gak ada respon yang lebih dari dia.
Di akhir percakapan ini terdengar nada bicara Ibu L.S sedikit menurun dan raut wajahnya juga berubah sedih dengan
pandangan seperti melamun seakan memikirkan sesuatu.
“Maaf ya dek saya sedikit sedih kalo ngebahas masalah kayak gini, saya gak mau dengan masalah rumah tangga saya jadi berdampak
gak baik dengan anak-anak. Harapan saya hanya membesarkan mereka dan menyekolahkan hingga sukses semua dengan
keterbatasan saya seperti ini.”
Kemudian peniliti berpindah tempat duduk menjadi lebih dekat dengan informan dan mencoba menenangkan Ibu L.S
kemudian mengelus bahu agar informan merasa lebih tenang. Lalu informan pun mengatakan:
Universitas Sumatera Utara
“Iya dek makasi ya, saya gak papa kok.”
Sebelum melanjutkan percakapan informan hendak meminta ijin keluar rumah untuk memanggil kedua anak kecilnya
yang sedang bermain di rumah tetangga. Selang 5 menit kemudian informan kembali ke rumah bersama dengan anaknya dan
kemudian langsung menyuruh anaknya untuk mandi dan informan kembali duduk bersama peneliti untuk melanjutkan percakapan.
Percakapan pun kembali dilakukan antara informan dan peneliti dengan membahas bagaimana cara Ibu L.S dalam
mengkomunikasikan suatu hal yang bertentangan dengan anaknya. Informan dengan mimik wajah malu-malu dan tertawa kecil
kemudian menjawab pertanyaan informan dengan:
Waktu aku minta ijin untuk nikah lagi sama dia, awalnya dia menolak.Setelah aku kasih penjelasan akhirnya dia ngerti
juga.Dan aku diberi ijin untuk menikah lagi.Selebihnya gak ada kayaknya itu aja paling selisih paham dengan dia dek.Kejadian itu
baru-baru aja terjadi.Kurang lebih seminggu atau dua minggu yang lalu dek.Pas ada waktu senggang saya ajak ngobrol anak
saya yang nomor 2 ini, nah kebetulan kakaknya belum pulang kuliah dan adek-adeknya lagi main diluar. Awalnya saya ajak
becandaan dan kemudia saya ceritakan sama dia kalo saya lagi dekat seorang lelaki. Nah awalnya dia agak kaget gitu, terus saya
teruskan ceritanya. Singkat cerita saya ceritakan sama dia kalo saya ada niatan untuk menikah lagi. Awalnya respon dia langsung
menolak, saya tau gak gampang untuk membujuk dan coba mengerti dengan rencana saya yang ini. Lalu saya teruskan cerita
ini dengan dia. Saya jelaskan memang bukan dalam waktu dekat ini saya akan menikah, tapi beberapa tahun lagi. Inikan masih
rencana saja, belum ada kepastian. Namun saya sudah memberitahukan sejak awal agar mereka tidak kaget dan bisa
menerimanya. Walaupun dia menolak dan kurang suka dengan rencana ini saya tetap memberikan penjelasan sama dia. Memang
kami tidak pernah sedekat ini dalam berbicara, namun saya ingin dia mengerti akan rencana saya ini. Akhirnya setelah saya kasih
penjelasan dan pengertian dia mengerti juga.Setidaknya saya sudah lega karena telah menceritakannya dengannya. Memang
baru sama dia aku ceritakan rencana ini dek, setelah itu saya akan cerita ke anak saya yang pertama. Karena saya tau dia masih
belum begitu dewasa untuk mengerti hal ini. Yaaa namanya masih
Universitas Sumatera Utara
remaja yakan dek, harus ekstra sabar menceritakannya. Anak remaja ini memang belum stabil. Saya takut dapat mengganggu
pikirannya, makanya saya hati-hati dalam menyampaikan keinginan saya ini. Tapi syukurlah dia bisa ngerti juga akhirnya
dek.”
“Saya doakan ibu bisa secepatnya untuk merealisasikan rencana ibu ya, jangan lupa undang saya ya bu hehehe.”,ujar peneliti
kepada ibu L.S.
Suasana percakapan sangat akrab karena keduanya sama sama tertawa kecil dalam membahas masalah ini. Informan pun
bisa terbuka dan tidak malu dalam mengungkapkan apa yang beliau rasakan. Hal ini sangat membantu peneliti dalam
melanjutkan percakapan selanjutnya karena telah mendapatkan respon yang baik.Kali ini membicarakan tentang bagaimana
batasan-batasan yang diberikan kepada informan dalam melakukan komunikasi kepada anak remaja perempuannya.
Kalo batasan ada ya, gak semuanya aku ceritain ke anak. Ada beberapa hal yang aku simpan sendiri.Jadi anak tidak tauapa yang
terjadi.Kalo pun ada hanya dikit aja diberitahukan.Dia selalu apa- apa ke kakaknya. Jadi kalau pun ada yang ingin aku bicarakan
sama dia ya aku simpan sendiri aja, gak aku ajak dia bicarainnya. Intinya semua serba ada batasanlah. Kayak apa ya contohnya ya
masalah keuangan, aku gak selalu terbuka sama dia. Yang dia tau cuma gitu-gitu ajalah dek, sekedar aja. Sebenarnya kalau kami
bisa sedikit akrab batasan-batasan yang akan kami bicarakan mungkin gak ada ya dek. Cuma ya mau digimanakan lagi.Yang
penting anak saya tetap baik-baik aja dan mengenal bagaimana keadaan saya yang sekarang ini walaupun tidak mendalam.”
Keterbukaan dalam komunikasi antara orangtua dengan anak merupakan modal dalam memahami masalah yang dihadapi
oleh anak. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi bila para pelakunya tidak terbuka dan kurang percaya satu sama lain. Ini
sesuai dengan teori tentang hubungan manusia dari Joseph Luft dalam Liliweri: 2007: 49-50, yaitu self disclosure yang
merupakan faktor penting dalam proses komunikasi pengasuhan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai salah satu aspek penting dalam hubungan sosial, penyingkapan diri self disclosure juga perlu bagi remaja, karena
masa remaja merupakan periode individu belajar menggunakan perkembangannya, remaja dituntut lebih belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan majemuk. Apabila remaja tersebut tidak memiliki kemampuan penyingkapan diri self
disclosure, maka dia akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya dalam lingkungan keluarga banyak
dijumpai adanya komunikasi yang kurang efektif antara anak dengan orang tua.Salah satu penyebab adalah kurang adanya
penyingkapan diri self disclosure anak.Kondisi seperti ini merupakan salah satu kendala atau hambatan yang terjadi di dalam
keluarga Ibu L.S terutama anatara beliau dan remaja perempuannya. Ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut :
Apa yaaa, kayaknya pengetahuan dia masih kurang dengan apa yang aku ceritakan dek. Dia belum dewasa untuk dijadikan kawan
curhat di rumah.Paling itu aja kendalanya selain waktu kami yang terbatas.
Individu yang mampu dalam penyingkapan diri self disclosure akan dapat mengungkapkan diri secara tepat; terbukti
mampu menyesuaikan diri adaptive, lebih percaya diri sendiri, lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif,
percaya terhadap orang lain, lebih objektif, dan terbuka. Sebaliknya individu yang kurang mampu dalam penyingkapan diri self
disclosure terbukti tidak mampu menyesuaikan diri, kurang percaya diri, timbul perasaan takut, cemas, merasa rendah diri, dan
tertutup.Ciri-ciri tersebut
mempengaruhi kesehatan mental seseorang.Kesehatan mental merupakan kondisi kejiwaan manusia
yang harmonis, mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan di mana dia
hidup.
Universitas Sumatera Utara
Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, peneliti pun hendak bersiap untuk menunaikan ibadah shalat magrib dan segera pamit
untuk pulang.Informasi yang didapat oleh peneliti dari informan kedua pada wawancara hari itu dirasa sudah cukup untuk
mengetahui bagaimana penyingkapan diri yang terjadi di dalam keluarga informan tersebut terutama antara Ibu L.S dengan remaja
perempuannya.
Informan 3 Ibu W.Y
Untuk tahap terakhir peneliti menetapkan Ibu W.Y sebagai informan 3 atau terakhir.Seorang ibu yang berusia 41 tahun
merupakan guru disalah satu sekolah SMA Swasta di Medan.Beliau menjadi orangtua tunggal atau ibu tunggal kurang
lebih 3 tahun yang lalu dikarenakan bercerai dengan suaminya. Anak pertama beliau merupakan seorang remaja perempuan yang
berstatus sebagai siswi kelas XI disalah satu SMA swasta di Medan, kemudian anak kedua dari Ibu W.Y juga berstatus sebagai
siswa kelas 6 di sekolah dasar swasta di Medan. Anak bungsu dari beliau juga berstatus sebagai siswa kelas 2 di salah satu sekolah
dasar swasta di Medan namun berbeda dengan anak kedua beliau. Wanita campuran Arab Melayu ini memiliki tinggi badan
sekitar 170 cm dan berkulit putih langsat. Beliau selalu mengikutifashionterbaru dan selalu menggunakan hijab. Tahi lalat
didekat pelipis mata sebelah kanan menambah senyum khas informan saat peneliti menjumpainya beberapa waktu lalu untuk
membuat janji akan melalukan sedikit wawancara tentang penyingkapan diri self disclosure.
Wawancara dilakukan pada Sabtu, 7 Februari 2015 di salah satu cafe di daerah jalan ringroad Medan.Informan 3 termasuk
informan yang paling ramah dan friendly dari kedua informan sebelumnya.Peneliti pun semakin nyaman untuk memulai obrolan
dengan beliau.Kondisi seperti inilah yang sangat memudahkan
Universitas Sumatera Utara
proses wawancara dengan informan. Peneliti mengeluarkan proposal penelitian skripsi dan kemudian diberikan ke informan
yang telah duduk tepat dihadapannya.Ibu yang satu ini ternyata sangat tertarik sekali dengan judul penelitian yang sedang
dilakukan oleh peneliti.Hal ini bisa jadi disebabkan oleh karena beliau termasuk ke dalam orangtua tunggal yang berhasil menjalin
komunikasi idal dengan anak-anaknya. Pertemuan pada malam itu dan perbincangan diantara Ibu W.Y dengan peneliti semakin
mencair karena informan juga memberikan respon feedback yang baik.
Seperti pada wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan-informan sebelumnya, hal yang pertama
sekali diungkapkan oleh Ibu W.Y adalah gambaran tentang situasi hubungan diantara beliau dan remaja perempuannya.
“Walaupun saya memiliki kegiatan yang cukup padat diluar rumah, saya usahakan sebisa mungkin untuk tidak melupakan
keluarga saya terutama anak-anak. Dan itu juga saya ingatkan kepada ketiga anak saya agar apapun kegiatan dan kesibukan
yang mereka punya diluar sana untuk tidak melupakan keluarganya di rumah. Jadi dari dini mereka sudah saya ajarkan
agar selalu mengutamakan keluarga dek.Mulai dari pagi hingga mau tidur selalu saya sempatkan untuk ngobrol dengan satu
diantara mereka.Mau itu obrolan serius ataupun sekedar basa- basi aja. Kayak nanyain masalah sekolah mereka atau kegiatan
tambahan lainnya yang mereka lakukan diluar rumah. Dan obrolan yang intensif biasa saya lakukan dengan anak sulung saya
yang perempuan, karena diakan udah mau beranjak dewasa jadi saya benar-benar dekatkan diri saya dengan dia ketimbang dengan
2 adiknya yang masih kecil-kecil. Bagaimana pun juga dia sebagai anak sulung pasti memiliki tanggungjawab yang lebih dengan
kedua adiknya dek.Yaaa… maklum kan kita udah gak punya papa lagi hehhe.”
Komunikasi berlangsung antar orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna suatu hal yang dikomunikasi secara jelas
Effendy, 1993: 30.Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang yang
saling bereaksi baik secara langsung, verbal maupun non-
Universitas Sumatera Utara
verbal.Pentingnya komunikasi antar pribadi adalah karena prosesnya yang dialogis yang berarti komunikasi diantara dua
orang yang berinteraksi secara aktif.Komunikasi antar pribadi yang paling sering dinilai lebih aktif adalah komunikasi antar pribadi
secara tatap muka. Dengan saling bertatap muka, maka akan terjadi kontak pribadi personal contact.
Komunikasi Ibu W.Y dengan remaja perempuannya termasuk ke dalam komunikasi yang aktif. Hal tersebut dapat
dibuktikan lewat kutipan jawaban Ibu W.Y berikut :
Biasanya saya manfaatkan waktu luang kami berdua, anak saya juga lagi santai nah saya juga. Dengan gitu kami mau ngobrol
intensif pun jadi enak, gak terganggu satu sama lain. Kami mulai sharing masalah yang sederhana misalnya membicarakan sekolah,
nah setelah itu saya mulai ajak ngobrol, disitulah saya membagikan informasi dengannya. intinya cuma sharing aja,
ngobrol face to face.
Penyingkapan diri self disclosuremerupakan kegiatan memberikan informasi tentang perasaan dan pikiran kepada orang
lain yang disampaikan secara verbal. Hubungan seperti ini akan menumbuhkan hubungan interpersonal dan faktor terpenting dalam
hubungan interpersonal adalah hubungan komunikasi.Salah satu hal yang mempengaruhi hubungan komunikasi adalah rasa percaya
trust.Sejak tahap pertama dalam hubungan interpersonal tahap perkenalan sampai pada tahap kedua tahap peneguhan,
“percaya” menentukan efektivitas komunikasi. “Percaya” oleh Jalaludin Rakhmat didefinisikan dengan mengandalkan perilaku
orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.
“Percaya” akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan
penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya. Tanpa adanya percaya tidak akan ada
pengertian, tanpa pengertian terjadi kegagalan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab. Menurut
Deustch 1958, harga diri dan otoritarianisme mempengaruhi kepercayaan Rakhmat, 2004: 130 orang yang memiliki harga diri
positif akan lebih mudah mempercayai orang lain, sebaliknya orang yang mempunyai kepribadian otoriter sukar mempercayai
orang lain.
Iya nak kami selalu berdiskusi dalam hal apapun, mau obrolan yang santai atau obrolan yang serius sekali pun. Karena saya
berusaha apa adanya dengan anak saya, yang penting dia bisa memahami bagaimana status mama nya sekarang. Dan dia pun
menerima kalau saya ajak diskusi atau curhat.Karena saya sudah merasa sangat dekat dengan dia. Jadi mau cerita hal bagaimana
pun saya nyantai aja.Tidak perlu merasa sungkan atau canggung. Mungkin karena saya juga belum begitu tua jadi dia nganggap
saya kayak kawannya sendiri hehe.
Kedekatan interpersonal merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu yang terlibat bergerak dari
komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Lebih lanjut Griffinmenyebutkan bahwa keintiman yang bertahan
lama membutuhkan ketidakberdayaan yang terjadi secara berkesinambungan tetapi juga bermutu dengan cara melakukan
pengungkapan diri yang luas dan dalam. Keintiman di sini, menurut Altman dan Taylor, lebih dari
sekedar keintiman secara fisik; dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional, hingga pada batasan di mana
kita melakukan aktivitas bersama. Artinya, perilaku verbal berupa kata-kata yang digunakan, perilaku nonverbal dalam bentuk
postur tubuh, ekspresiwajah, dan sebagainya, serta perilaku yang berorientasi pada lingkungan seperti ruang antara komunikator,
objek fisik yang ada di dalam lingkungan, dan sebagainya termasuk ke dalam proses penetrasi sosial.
Universitas Sumatera Utara
“Sejauh ini saya selalu terus terang dengan apa yang saya rasakan, terlebih anak saya juga perempuan jadi kalongobrol
lebih enak aja. Mau perasaan gimana pun saya tunjukkan sama dia. Apalagi anak saya ini termasuk sangat dekat sama saya
dibanding sama yang lain. Anak saya selalu memberikan respon yang baik saat saya ajak dia untuk ngobrol. Jadi kami udah kayak
berkawan, enak untuk sharing. Apalagi kan kita sama-sama perempuan. Keterbukaan saya sama dia pun jadi sejalan karena
sedikit banyaknya dia udah tau gimana posisi saya sekarang.
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepatnya dan semua informasi dan data yang dibutuhkan oleh peneliti sudah berhasil
dikumpulkan dari ketiga orang informan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Untuk dapat melihat proses penyingkapan diri self
disclosure yang dilakukan oleh ketiga informan tersebut dapat dengan mudah dilihat pada tabel di bawah ini :
Keterangan Informan 1
Ibu H.L Informan 2
Ibu L.S Informan 3
Ibu W.Y Menjadi ibu
tunggal 3 tahun
1 tahun 3 tahun
DeVito 1997: 62 bahwa keterbukaan diri ialah membagikan informasi pribadi meliputi pikiran, perasaan, pendapat pribadi
dan juga informasi yang disembunyikan pada orang lain.
Basa basi
Sapaan
Mempengaruhi
Membagi
informasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Johnson dalam Supratiknya: 1995: 14 self disclosure adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan individu terhadap
situasi yang sedang dihadapinya serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami
tanggapan individu tersebut. Tanggapan
individu
Sikap suportif
Mengekspresikan
perasaan
Tabel 4.2 Proses Penyingkapan Diri Self Disclosure
Sumber: Peneliti
4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti didukung oleh jawaban yang diberikan para narasumber, proses
penyingkapan diri self disclosure dimulai dari adanya dua orang yang melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun
komunikasi non verbal.Komunikasi yang dilakukan dengan mengharapkan umpan balik feed back dari komunikan untuk
melanjutkan hubungan yang lebih intim dan mendalam. Penyingkapan diri self disclosure yang didasarkan pada
model interaksi manusia yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Teori ini dikenal dengan Jendela Johari Johari
Window. Didalam teori Jendela Johari Johari Window dijelaskan 4
daerah yaitu daerah publik open area, daerah buta blind area, daerah tersembunyi hidden area, dan daerah tidak disadari
Unconsciousness Area. Penjelasan dari masing-masing daerah tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Daerah Publik Public Area
Dapat dijelaskan sebagai informasi yang sudah diketahui oleh orang lain. Seperti pada hubungan ibu tunggal dan anak
remaja perempuan, hal-hal yang sudah diketahui contohnya adalah hari ulang tahun ibu atau anak remaja perempuannya, pekerjaan si
ibu, sekolah si anak, dan lain-lain. Hal-hal yang diketahui dapat berkembang secara vertikal dimana semakin besar daerah ini
terbuka maka akan semakin kecil area tersembunyinya. Dengan kata lain hubungan interpersonal bisa lebih berhasil dan bermakna.
2. Daerah Buta Blind Area
Maksudnya adalah orang lain sadar akan sesuatu tentang kita namun kita sendiri tidak menyadarinya. Pada daerah ini orang
lain tidak mengenal kita sementara kita sendiri mengetahui kemampuan dan potensi yang kita miliki. Sebagai contoh perasaan
takut si anak kepada salah seorang guru matematika di sekolahnya yang dikenal tegas dan keras.Atau rasa minder si ibu terhadap
rekan kerja yang lebih baik, dan sebagainya. Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan berkomunikasi secara lebih
terbuka sehingga dengan mendapatkan umpan balik feed back dari orang lain daerah ini akan menjadi berkurang dan lebih sempit.
3. Daerah Tersembunyi Hidden Area
Dimana berbagi infomasi tentang diri kita yang kita ketahui tapi tertutup bagi orang lain. Contohnya adalah tentang urusan
keuangan atau kesehatan baik si ibu maupun anak remaja perempuan. Sebaiknya informasi tersebut dibagi kepada orang lain
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman orang lain kepada kita, dan juga dengan membagikan informasi tersebut kepada orang
lain maka hubungan kita dengan orang lain menjadi semakin baik,
Universitas Sumatera Utara
sebaliknya jika hal-hal tersebut tidak kita bagikan kepada orang lain sehingga hubungan menjadi terhambat dan payah.
4. Daerah Tidak Disadari Unconsciousness Area
Maksudnya adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain maupun kita sendiri tentang diri kita dalam bersikap dan
berperilaku. Contoh yang dapat kita lihat adalah ketika remaja perempuan mulai tertarik dengan lawan jenisnya atau bisa juga
dilihat emosi ibu yang naik turun akibat telah memasuki masa mati haid.
Ketiga subjek dalam penelitian ini adalah ibu tunggal yang memiliki anak perempuan dalam usia remaja. Dua dari subjek
tersebut menjadi ibu tunggal disebabkan oleh kematian pasangannya.Sementara satu yang lainnya menjadi ibu tunggal
disebabkan karena perceraian.Sebagai ibu tunggal, ketiga subjek tersebut memiliki kualitas dan kuantitas komunikasi yang berbeda-
beda terhadap remaja perempuannya masing-masing. Narasumber 1, Ibu H.L adalah seorang guru berusia 50 tahun dan memiliki
remaja perempuan berusia 17 tahun. Dalam kesehariannya Ibu H.L mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan komunikasi
kepada anaknya.Komunikasi yang terjalin juga berjalan dengan baik dan lancar.Remaja perempuan Ibu H.L selalu memberi respon
yang baik didalam setiap hubungan komunikasi diantara mereka berdua.Hubungan komunikasi diantara keduanya dimulai dengan
pembicaraan yang biasa-biasa saja, membahas hal-hal yang umum dan sederhana.Tingkat keintiman bisa diraih oleh keduanya
disebabkan oleh adanya respon positif sehingga hubungan bisa berkembang.Seiring dengan peningkatan hubungan mereka, hal-hal
yang dibahas sudah merambah kepada tingkat yang lebih tinggi yaitu mulai membicarakan hal-hal yang sifatnya pribadi dan
khusus. Dari kondisi demikian, didapat kesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
penyingkapan diri self disclosure yang dilakukan oleh Ibu H.L dapat dikatakan berhasil dengan cara pengembangan hubungan
relationship development. Didalam komunikasinya mereka menggunakan analogi kulit bawang sehingga hubungan yang intim
dan mendalam dapat terwujud dengan baik. Kondisi hampir serupa juga terjadi pada narasumber 3.Ibu
W.Y adalah guru yang berusia 41 tahun dan memiliki remaja perempuan berusia 16 tahun.Dalam komunikasi yang dilakukan
sehari-harinya Ibu W.Y dan anak remaja perempuannya memiliki waktu yang cukup.Sehingga komunikasi yang terjadi diantara
mereka berjalan dengan lancar. Selain itu faktor kesamaan jenis kelamin juga membuat proses ini berjalan semakin baik. Hal ini
sesuai dengan sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyingkapan diri self disclosure.
Keadaan yang berbeda terjadi terhadap narasumber 2, Ibu L.S. sekitar satu tahun lalu Ibu L.S bercerai dengan suaminya,
kondisi ini menyebabkan Ibu L.S mempunyai tugas rangkap sebagai ayah sekaligus ibu.Didalam kesehariannya Ibu L.S yang
bekerja sebagai pedagang dan memiliki remaja perempuan yang berusia 15 tahun tidak memiliki cukup waktu untuk menjalin
komunikasi dengan remaja perempuannya.Status Ibu L.S sebagai ibu tunggal mengharuskan Ibu L.S bekerja lebih ekstra demi
memenuhi kebutuhannya keluarganya.Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kurangnya kesempatan yang dimiliki olehnya untuk
dapat melakukan komunikasi terhadap remaja perempuannya. Ditambah lagi respon kurang memuaskan dari remaja
perempuannya sehingga pengembangan hubungan relationship development tidak terlaksana. Hubungan berjalan biasa saja dan
pembicaraan yang selalu terjadi diantara keduanya hanya sampai pada hal-hal yang umum.Perkembangan komunikasi dan
peningkatan hubungan juga tidak tercapai.
Universitas Sumatera Utara
Berangkat dari hasil penelitian dan hasil yang sudah didapat serta dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk bisa
menjalin komunikasi yang baik dan meningkatkan hubungan kearah yang lebih intim dan mendalam dibutuhkan umpan balik
feed back dari komunikan. Umpan balik feed back tersebut menjadi awal dari proses penyingkapan diri self disclosure yang
dilanjutkan dengan pengembangan hubungan relationship development. Melalui strategi penetrasi sosial dengan menerapkan
teori jendela Johari, tujuan yang ingin diraih bisa dicapai yaitu terjalinnya keintiman, keakraban, dan hubungan yang mendalam.
85
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan