2. Bagian perencanaan pembelian menetapkan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan defekta dan daftar pareto penjualan, dengan memperhatikan
jumlah kebutuhan pertumbuhan perbulan. 3. Menentukan pemasok untuk barang-barang yang akan dibeli dengan
mempertimbangkan legalitas pemasok, kecepatan pelayanan atau pengiriman barang, hargapotonga harga yang diberikan dan kondisi pembayaran yang
ditawarkan.
1.4.3.2. Prosedur Pembelian
Prosedur pembelian di apotek Kimia Farma No. 106 dilakukan sebagai berikut: 1. Bagian pengadaan barang di apotek Kimia Farma No.106 membuat defekta
untuk kebutuhan stok obat dalam buku pesanan. 2. Bagian pembelian merekapitulasi defekta dan membuatnya dalam bentuk Bon
Pemesanan Barang Apotek BPBA dan dikirim kepada bagian pengadaan di BM Palang Merah.
3. Bagian pengadaan di BM Palang Merah mengirim Surat Pemesanan atau SP kepada Pedagang Besar Farmasi PBF
4. PBF mengirim barang dan faktur kepada masing-masing apotek Kimia Farma
1.4.3.3. Prosedur Penerimaan Barang
Penerimaan barang dilakukan penanggung jawab menurut prosedur berikut: 1. Penanggung jawab menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat
Pengantar BarangFaktur. 2. Penanggung jawab memeriksa kualitas barang sesuai surat pesanan, dilakukan
pemeriksaan secara fisik seperti jumlah, ukuran, jenis, registrasi, label, tanggal daluarsa dan bentuk barang, apakah sesuai atau tidak.
3. Penanggung jawab membubuhkan tanda tangan, stempel apotek Kimia Farma pada faktur asli
4. Mencatat barang masuk pada kartu stok barang masing-masing.
1.4.3.4. Penyimpanan
Penyimpanan dapat dilakukan di etalase dan ruang racikan. Cara penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan yang
disusun menurut abjad dengan sistem FIFO First In First Out atau FEFO First Expired First Out.
Sontalina Sitorus : Laporan Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang terpisah dari obat-obat lain dan terkunci, vaksin dan suppositoria disimpan
dalam lemari pendingin. Penyimpanan baha baku dipisahkan dari obat-obat lain dalam wadah
tertutup rapat dan diberi etiket atau label yang jelas. Bahan baku obat dalam dipisahkan dengan bahan baku obat luar.
1.4.3.5. Pelayanan
Pelayanan penjualan di apotek Kimia Farma meliputi pelayanan resep tunai, resep kredit, pelayanan obat bebas, kosmetika, dan alat-alat kesehatan.
Pelayanan Resep
Pelayanan terhadap resep dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Penerimaan Resep
Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep: nama, alamat, nomor SIP dan tanda tanganparaf dokter, penulisan R, nama pasien, umur dan alamat,
pemberian No R, penetapan harga, dan pemeriksaan ketersediaan obat. 2. Perjanjian dan Pembayaran
Pengambilan obat semua atau sebahagian, adatidaknya penggantian obat atas persetujuan dokter, pembayaran tunai atau kredit, pembuatan kuitansi dan
salinan resep. 3. Peracikan
Penyiapan etiketpenandaan obat dan kemasan, peracikan obat, penyajian hasil akhir peracikan
4. Pemeriksaan Akhir Kesesuaian
hasil peracikan denga resep, kesesuaian salinan resep dengan resep
asli, kebenaran kuitansi. 5. Penyerahan Obat dan Pemberian Info
Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang: nama obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, cara
penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul. 6. Layanan Purna Jual
Komunikasi dan informasi setiap waktu dan penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter.
Sontalina Sitorus : Laporan Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Pelayanan Penjualan Bebas
Pelayanan penjualan bebas dilakukan sebagai berikut: 1. Petugas di ruang penjualan menerima permintaan barang dari pasien dan
menginformasikan harga. 2. Jika pasien yang datang dengan keluhan menderita penyakit maka Apoteker
Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker membantu memilih obat yang sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan dengan disertai informasi tentang obat yang
digunakan. 3. Bila harga sesuai maka barang diserahkan dan pasien membayarnya.
Sontalina Sitorus : Laporan Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN
2.1. Pentingnya Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan
Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik nasional maupun di pasar internasional global. Untuk
memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggan, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih
baik, harganya lebih murah, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik daripada pesaingnya. Produk dengan mutu jelek, harga yang
mahal, penyerahan produk yang lambat bisa membuat pelanggan tidak puas, walaupun dengan tingkatan yang berbeda.
Pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk barang dan jasa. Pengukuran aspek mutu bermamfaat bagi pimpinan bisnis
yaitu: 1.
Mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau bekerjanya proses bisnis.
2. Mengetahui di mana harus dilakukan perubahan dalam upaya melakukan
perbaikan secara terus-menerus untuk memuaskan pelanggan, terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh para pelanggan.
3. Menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan.
Salah satu cara untuk mengukur sikap pelanggan ialah dengan menggunakan kuesioner. Organisasi bisnisperusahaan harus mendesain
kuesioner kepuasan pelanggan yang secara akurat dapat memperkirakan persepsi pelanggan tentang mutu barang dan jasa.
2.2 Menentukan Kebutuhan Pelanggan 2.2.1 Pentingnya Mengenali Dimensi atau Karakteristik Produk
Dua metode yang dirancang untuk mengindentifikasi dimensi mutu yang penting dari barang atau jasa, yaitu pendekatan pengembangan dimensi mutu.
Pendekatan ini menghendaki pemberi jasa provider membentuk dimensi mutu dari barang atau jasa dan pendekatan insiden kritis critical incident approach
dan melibatkan pelanggan di dalam menentukan dimensi mutu
Sontalina Sitorus : Laporan Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008