Peranan Organisasi Internasional dalam Mengatasi Pencemaran Lintas

Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 Mengingat waktu terjadinya pencemaran udara lintas batas semakin lama dan dampak yang ditimbulkan semakin buruk, Menteri-menteri Lingkungan Hidup ASEAN menyepakati formula Asean Cooperation Plan on Transboundary Pollution, 1995 32 1. Pencemaran udara lintas batas; seterusnya disingkat dengan ASEAN CPTP. ASEAN CPTP memuat tiga bidang program, yaitu : 2. Pergerakan bahan berbahaya dan beracun lintas batas; 3. Pencemaran lintas batas bersumber dari kapal.

B. Peranan Organisasi Internasional dalam Mengatasi Pencemaran Lintas

Batas Akibat Kebakaran Hutan Negara-negara mulai menyadari bahwa makin banyaknya bidang-bidang kehidupan yang memerlukan kerjasama dan pengaturan secara bersama pula, sehingga hubungan bilateral maupun multilateral saja tidak lagi mencukupi. Dengan demikian makin dirasakan perlunya melembagakan kerjasama itu dengan membentuk organisasi internasional. Secara umum, istilah organisasi internasional mempunyai pengertian ganda, yakni dapat digunakan dalam arti luas dan dalam arti sempit. 33 32 Lihat Asean Cooperation Plan on Transboundary Pollution, ASEAN Secretariat, November 1995. 33 Hasnil Basri Siregar, 1998, Perkembangan Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, hlm. 4 Organisasi internasional digunakan untuk menunjuk setiap organisasi yang melintasi batas- batas negara, baik yang bersifat publik maupun privat. Sedangkan organisasi internasional dalam arti sempit, hanya menunjuk setiap organisasi internasional yang bersifat publik. Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 Dalam hal peranan organisasi internasional dalam mengatasi pencemaran lintas batas, penulis membatasi organisasi-organisasi internasional yang mana hanya membahas ASEAN saja dikarenakan ASEAN merupakan organisasi internasional yang bersifat regional dan beberapa negara-negara anggota dari ASEAN merasa dirugikan dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Masalah perlindungan lingkungan hidup dalam lingkup ASEAN adalah merupakan bidang kerjasama yang mendapatkan tempat yang sangat penting, yang tidak kalah pentingnya dengan kerjasama dalam bidang-bidang kerjasama yang lain seperti bidang ekonomi. 34 Masalah lingkungan kini merupakan isu yang sudah menjadi keprihatinan dalam hubungan internasional. Isu lingkungan telah bergeser dari isu pinggiran menjadi lebih ke pusat perhatian dunia dan menimbulkan kesadaran bahwa persoalan ini merupakan faktor yang memiliki dampak luas di berbagai segi kehidupan. Dewasa ini orang tidak ragu lagi menjadikan lingkungan sebagai salah satu problem utama hubungan internasional dikawasan tersebut. Karena persoalan lingkungan mulai menjadi sumber konflik antar negara anggota di kawasan ASEAN. 35 Kebakaran hutan merupakan masalah lingkungan yang telah mendapat perhatian ASEAN sejak tahun 1981 diselenggarakan pertemuan pertama menteri- menteri lingkungan ASEAN di Manila yang melahirkan deklarasi pertama lingkungan hidup ASEAN. Dalam Manila Declaration on the ASEAN 34 Lihat Arif, Pencemaran Transnasional Akibat Kebakaran Hutan Di Indonesia Dalam Hubungannya Dengan Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Negara Studi Pada Kebakaran Hutan di Sumatera dan Kalimantan. Tesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 2000, hlm. 58 35 Bambang Cipto, 2006, Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Pustaka Pelajar : Yogyakarta, hlm.243 Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 Environment tahun 1981 yang merupakan deklarasi pertama dalam bidang lingkungan hidup ASEAN ini, disebutkan dasar dari pentingnya arti lingkungan hidup dalam kerangka ASEAN, yang antara lain disebutkan : To ensure the protection of the ASEAN environment and the sustainability of its natural resources so that it can continued development with the aim of eradicating poverty and attaining the highest possible quality of life for the people of the ASEAN countries. Sejak dijadikannya masalah lingkungan hidup menjadi agenda penting dalam kerangka kerjasama regional ASEAN telah dihasilkan beberapa deklarasi penting dalam berbagai tingkatan pertemuan. Diantara deklarasi yang dihasilkan pada tahun 1985, yaitu melalui ASEAN ACNN yang tercermin dalam pasal 6 ayat 1 dan 2. Kemudian keteguhan sikap dan keinginan yang kuat dari negara- negara ASEAN untuk berpartisipasi didalam Resolusi Singapore tahun 1992, Resolusi Bandar Seri Begawan tahun 1994 dan ASEAN CPTP tahun 1995. Dalam Bandar Sri Begawan ini juga ditetapkan bahwa pada tahun 1995 adalah merupakan Tahun Lingkungan ASEAN ASEAN Environment Year. Resolusi ini juga menyepakati suatu Harmonisasi Standar Kualitas Lingkungan Harmonised Environmental Quality Standard bagi ambang batas kualitas udara dan sungai dengan pencapaian hasil yang dikehendaki pada tahun 2010. Sasaran yang ingin dicapai melalui ASEAN CPTP di bidang pencemaran udara lintas batas adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis asal dan sebab-sebab, sifat dan cakupan peristiwa- peristiwa asap di tingkat lokal dan regional ; Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 2. Mencegah dan mengendalikan sumber asap pada tingkat nesional dan regional dengan menerapkan teknologi yang berwawasan lingkungan dan dengan penguatan kemampuan analisis, minimalisasi dan pengendalian asap di tingkat nasional dan regional ; dan 3. Mengembangkan dan melaksanakan rencana tanggap darurat di tingkat nasional dan regional. Untuk mencapai ketiga sasaran tersebut,ASEAN menyepakati dua strategi, yaitu strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. 36 1. Deteksi tepat waktu, pencegahan kebakaran hutan melalui system peringatan dini, penyebaran petugas-petugas dan penyiapan masyarakat lokal ; Strategi jangka pendek adalah mencegah terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia, terutama dibidang kegiatan pengolahan usaha perkayuan, pertanian dan transmigrasi. Untuk itu langkah-langkah yang perlu diambil adalah : 2. Pelanggaran pembakaran biomassa yang pada umumnya dilaksanakan melalui proyek-proyek pembangunan selama musim panas, terutama di wilayah-wilayah yang dipengaruhi oleh musim panas ; 3. Selama terjadinya kabut asap, meminimalisasi terjadinya pencemaran yang bersal dari sumber-sumber lokal, mengaktifkan jaringan komunikasi untuk berbagai informasi dan mengaktifkan kegiatan-kegiatan bersama yang diperlukan ; dan 4. Mendorong investasi di bidang alternative penggunaan biomassa. 36 Jurnal hukum lingkungan, Log.Cit., Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 Strategi jangka panjang adalah mendorong sektor-sektor ekonomi untuk tidak melakukan praktek-praktek pembakaran dalam kegiatan land clearing, tetapi menerapkan metode-metode pengolahan lahan secara berwawasan lingkungan. Selanjutnya, didalam wilayah-wilayah yang mudah terbakar, misalnya wilayah dengan kandungan batubara dan lahan gambut, kegiatan investasi harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat. Negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan sebagai berikut : 1. Menetapkan “focal point” ditiap-tiap negara mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Melakukan inventarisasi sumber-sumber daya yang ada ; b. Menetapkan mekanisme penyebaran informasi regional ; c. Mengidentifikasi jenis informasi untuk disebarluaskan ; 2. Memperluas peran the ASEAN specialized Meteorological Center ASMC untuk mengembangkan model pergerakan udara agar dapat memprediksi alur dan penyebaran asap ; 3. Menetapkan prosedur pelaporan dan penyiagaan kebakaran hutan oleh aparat di bidang kehutanan dan yang tekait ; 4. Mengembangkan baku mutu udara bersama dan mengharmonisasikan teknik-teknik sampling ; 5. Mengembangkan sebuah system peringkat bahaya kebakaran regional ; 6. Berbagi pengetahuan dan teknologi pencegahan dan minimalisasi kebakaran hutan dan sumber-sumber emisi lainnya ; Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 7. Menetapkan sebuah mekanisme kerjasama penanggulangan kebakaran hutan dan sumber emisi lainnya dan titik sumber ; 8. Memperluas peran “the ASEAN Institute of Forest Management” AIFM untuk memperkuat kapasitas negara anggota melalui pelatihan pengelolaan kebakaran hutan ; 9. Meningkatrkan kemampuan nasional dan regional dalam mengatasi kebakaran hutan dan sumber-sumber emisi lainnya. Selain itu, ASEAN telah sepakat mendayagunakan lembaga-lembaga dilingkungan ASEAN guna mengatasi pencemaran udara lintas batas, yaitu : 1. The ASEAN Specialized Meterological Centre ASMC; 2. ASEAN Institute of forest Management AIFM ; 3. ASEAN Working Group on Forestry, ASEAN-EC Joint Consultative Committee JCC Subcommittee on Forest, dan Brunai-Indonesia- Malaysia- Phillippines BIMP, East ASEAN Growth Areas EAGA Subcommitte on forest. Jika dilihat dari inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh ASEAN, konsep penghindaran atau pencegahan pencemaran sedikit banyak telah diserap oleh ASEAN. Hal ini tampak dari Asean Cooperation Plan on Transboundary Pollution yang tercermin dari langkah-langkah komponennya baik itu yang bersifat strategis maupun yang bersifat aktifitas. Dalam kenyataannya perhatian besar yang diberikan oleh negara-negara anggota ASRAN terutama dalam kelompok sub-regional Indonesia-Malaysia- Singapura dan Brunai Darussalam, sulit dijalankan pada taraf operasional di lapangan. Disamping faktor jarak antara pusat pengendalian dengan lokasi Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional, 2008. USU Repository © 2009 kebakaran yang terbilang jauh, juga masih ditambah lagi dengan masalah-masalah lintas batas dan berbagai prosedur lintas jurisdiksi yang terkadang membutuhkan waktu dalam pengambilan keputusan.

C. Sikap Negara-negara Korban Pencemaran Lintas Batas