Perumusan masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan

Demokrat dan PPD, pasangan H.Herman Sani SH, Msi – Saiman Amp yang didukung oleh PPP, dan terakhir pasangan H.Ahmad Syah Harrofie, SH,MH – H.Ilyas RB yang didukung oleh PPDK, PNI Marhaenisme dan PPIB, mereka inilah yang akan saling merebut 308.959 konstituen yang tersebar di 892 TPS di 13 Kecamatan seluruh daerah pemilihan di Kabupaten Rokan Hilir 8 • Bagaimana mekanisme yang dilakukan internal Partai Golkar dan partai koalisi dalam menentukan calon bupati yang akan di usung dalam pilkada Rokan Hilir, serta bagaimana proses koalisi tersebut dapat terjadi? yang diusung oleh Partai Golongan Karya beserta beberapa partai lain yang berkoalisi. Untuk itu Partai Golkar sebagai pengusung calon Bupati H. Annas Maa’mun – H. Suyatno memegang peranan yang besar dalam upaya-upaya meloloskan pasangan calonnya untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Rohil periode 2006-2011, dan perlu dicermati juga bagaimana proses koalisi yang terjadi antar partai-partai yang mendukung pasangan tersebut.

I.2. Perumusan masalah

Berangkat dari pemaparan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berilkut: • Strategi dan Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan DPD Partai Golkar Kabupaten Rokan Hilir dalam proses pemenangan H. Annas Maa’mun sebagai Bupati pada Pilkada Rokan Hilir tahun 2006? 8 Komisi Pemilihan Umum Daerah Rokan Hilir Universitas Sumatera Utara

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dan adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan DPD Partai Golkar Kabupaten Rokan Hilir dalam proses pemenangan H. Annas Maa’mun sebagai Bupati dalam Pilkada Rokan Hilir 2006. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya koalisi antar partai yang mendukung H. Annas Maa’mun sebagai Bupati dalam Pilkada Rokan Hilir 2006.

I.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu untuk peneliti itu sendiri dan terlebioh lagi untuk masyarakat luas. Untuk itu menurut penulis manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, tentunya penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri untuk membaca dan membuat karya tulis ilmiah. Melalui penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang di teliti. 2. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah penelitian di bidang Ilmu Politik, khususnya di bidang political marketing dan partai politik. Universitas Sumatera Utara

I.5. Kerangka Teori

Teori merupakan seperangkat proporsi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proporsi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab akibat. Namun, karena di dalam teori juga megandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diobservasi. 9 Organisasi yang mempunyai fungsi sebagai penyalur artikulasi dan agregasi kepentingan publik yang paling mapan adalah partai politik. Urgensi partai politik semakin menggeliat manakala kita hubungkan dengan kepentingan publik yang perlu didengar oleh pemerintah bahkan terlebih lagi oleh parlemen. Penggunaan teori penting kiranya dalam menelaah suatu masalah atau fenomena sehingga masalah atau fenimena tesebut dapat diterangkan secara eksplisit dan sistematis. Adapun teori-teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : I.5.1. Partai Politik I.5.1.1. Pengertian Partai Politik 10 Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikut sertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan Partai politik menjadi terligitamasi adanya ketika demokrasi langsung mustahil untuk dilakukan di negara modern saat ini sehingga partai politik merupakan sarana untuk menyalurkan aspirasi publik yang agak sulit diagregasi dan diartikulasi ketika ruang geografi dan kuantitas penduduk semakin besar. 9 . M. Arif. Nasution, dkk, Metode Penelitian Sosial, Medan, Fisip USU Press, 2008, Hal.76-77. 10 Leo Agustono, Perihal Ilmu Politik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal 100. Universitas Sumatera Utara berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Maka dari itu dewasa ini di negara-negara baru pun partai politik sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. 11 Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik. Dari sediikit gambaran diatas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa partai politik sejatinya memang merupakan “jembatan” antara rakyat dan pemerintah. Selain itu, partai politik juga merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang penting dalam membangun politik yang lebih berkualitas dan beradab. 12 Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik, bab I pasal 1 ayat pertama 13 Maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa yang diartikan dengan partai politik adalah suatu kelompok manusia yang terorganisir secara teratur baik dalam hal : “Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara secara sukarela dan membela kepentingan politik anggota, masyrakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” 11 . Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Poltik, Jakarta: Yayasan Obor, 1998, hal. 159. 12 . Ibid, hal. 161. 13 . Undang-undang Pemilu dan Partai Politik,, Jakarta, Gradien Mediatama, 2008, hal 213. Universitas Sumatera Utara pandangan, tujuan maupun tata cara rekruitmen keanggotaan, dengan tujuan pokok yakni menguasai, merebut ataupun mempertahankan kekuasaannya dalam pemerintahan secara konstitusional.

I.5.1.2. Tujuan Partai Politik

Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik. Tujuan pembentukan suatu Partai politik, disamping yang utama adalah merebut, mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukan. a. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang orangnya menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan keputusan politik atau output pada umumnya; b. Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu terhadap kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang otoritas terutama dalam keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam tangan Partai Politik yang bersangkutan. c. Berperan untuk dapat memadu streamlining tuntutan-tuntutan yang masih mentah raw opinion, Sehingga Partai Politik bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan mencanangkan isu-isu politik political issue yang dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat secara luas.

I.5.1.3. Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program yang disusun berdasar ideologi yang mereka anut. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pengertian fugsi partai lainnya, ialah 14 Keempat, partai politik membuka ruang bagi lahirnya partisipasi politik. Partisipasi dalam konteks ini menjurus kegiatan warga negara dalam mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik dan juga dalam ikut menentukan : pertama, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik. Partai politik sebagai instrumen penting dalam negara demokrasi berfungsi untuk melakukan penyaluran nilai, norma, aturan, atau kebiasaan politik yang benar pada konstituennya, lebih umum lagi pada warga masyarakat. Adapun beberapa cara dalam melakukan sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik, ialah: 1 sosialisasi politik formal; 2 sosialisasi politik non-formal; dan 3 sosialisasi politik informal. Kedua, partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Salah satu tugas partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan inspirasi warga masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern, pendapat dan inspirasi masyarakat akan hilang tak berbekas apabila ditampung dan digabung dengan pendapat dan inspirasi orang lain yang senada. Fungsi ketiga partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen politik. Oleh karena tujuan utama dari partai politik adalah turut terlibat dalam politik praktis kepemerintahan, maka sudah barang tentu salah satu fungsi partai adalah melakukan rekrutmen guna mengisi posisi yang dubutuhkan dalam lembaga negara. Rekrutmen politik minimal melaksanakan seleksi dan pemilihan serta mengangkat seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam partai politik dan pemerintahan. Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. 14 . Leo Agustino, Op cit, hal 104-105. Universitas Sumatera Utara kepemimpinan pemerintah. Karena partai politik dibayangkan oleh warga negara atau konstituennya dapat menyalurkan masukan-masukan tersebut, sehingga aspirasi dan partisipasi publik dapat didengar oleh pemerintah yang berkuasa.dan, dalam titik tertentu harapannya adalah, pemerintah mau melakukan revisi atau formulasi kebijakan atas masukan-masukan yang telah diberikan oleh warga masyarakat. Kelima, partai politik sebagai sarana pengelola konflik. Dalam suasana demokrasi; persaingan dan perbedaan pendapat dalammasyarakat merupakan hal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik harus mampu untuk mengakomodasi dan memandu pelbagai perbedaan di dalam masyarakat untuk mencapai titik temunya dalam dialog, sehingga menguntungkan kedua belah pihak yang bertikai. Strategi yang dapat digunakan untuk melerai perbedaan atau konflik yang tengah terjadi adalah dengan cara pencarian solusi melalui kompromi atau pun dialog. Kompromi politik baru dapat dilakukan oleh partai politik bila kedua belah pihak atau lebih yang bertikai mau membuka diri dan bersedia duduk bersama dan berniat untuk menyelsaikan konflik. Keenam, fungsi dari partai politik adalah melakukan kontrol politik. Kontrol politik sangat dibutuhkan dalam negara demokratis. Ia tidak saja sebagai sarana untuk menyediakan nuansa checks and balances yang aktual, tetapi juga, kontrol politik, berupa kegiatan dalam menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpngan yang dilakukan oleh pemerintah berkuasa. Adanya partai politik, dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja terutama dalam konteks nilai-nilai esensial sebuah demokrasi. Terlbih lagi, jika kita menghubungkannya dengan perspektif teori demokrasi, pada dasarnya mengatakan bahwa, kedudukan partai politik dalam hubungan ini lebih condong mengarah kepada Universitas Sumatera Utara wacana ilmu sistem politik. Dan di sisi lain, mengatakan bahwa kehadiran partai politik dilihat sebagai sarana untuk berpartisipasi.

I.5.1.4 Kampanye

Kampanye merupakan proses penyampaian program dari masing-masing partai politik maupun pasangan calon melalui pesan-pesan politik yang bertujuan untuk mengubah persepsi, sikap, dan prilaku pemilih. Perubahan yang dimaksud tentu diupayakan dari tidak memilihnya menjadi memilihnya. Pada kesempatan kampanye para kandidat menyampaikan visi dan misinya yang diarahkan menyentuh kepentingan daerah yang bersangkutan. Pemilih yang masih menaruh harapan besar terhadap visi misi para kandidat tentu akan menjadi pertimbangan utama bagi pemilih. 15 Selain itu, kampanye juga merupakan sebuah tindakan politik bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok , kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian, Dalam sistem politik demokrasi , kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi . Isu politik atau program kandidat pada dasarnya bukanlah suatu yang terpisah dari masyarakat. Artinya, untuk memahami program kandidat tidak cukup hanya mengamati persoalan-persoalan politik yang sedang berkembang, melainkan harus 15 . Ambo Upe, Sosiologi Politik Kontemprer, Jakarta, Prestasi Pustakarya, 2008, hal 220. Universitas Sumatera Utara dilihat dari bagaimana pandangan masyarakat masyarakat terhadap program yang ditawarkan. Apakah pemilih mempunyai perhatian besar atau sebaliknya, apakah bersikap positif atau justru bersikap negatif. Dengan demikian, kesadaran politik pemlih dalam menyikapi berbagai jualan politik para kandidat menjadi sangat penting dalam menentukan pilihannya.

I.5.2.1. Bentuk dan Jenis Kampanye

Kampanye umumnya dilakukan dengan slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau suara, simbol-simbol, pada sistem politik otoliter kampanye sering bisa dilakukan kedalam bentuk tindakan intimidasi , propaganda atau dakwah .

I.5.2.2. Tujuan Kampanye

Kampanye pada awalnya dijalankan untuk sebuah rekayasa Pencitraan kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu.Gagasan atau isu yang disampaikan bertujuan untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok masyarakat agar ikut dalam partisipasi politik atau dengan kata lain memilih partai ataupun perseorangan yang melakukan kampanye itu. Melalui kampanye ini partai-partai atau orang yang terlibat dalam partai tersebut memperkenalakan apa yang menjadi visi dan misi mereka dan apa yang menjadi tujuan mereka. Selain itu kampanye bertujuan untuk merngajak individu ataupun kelompok masyarakat untuk mendukung dalam tercapainya tujuan partai ataupun perseorangan yang melakukan kampanye. Universitas Sumatera Utara

I.5.2.3. Isu Kampanye

Dalam setiap pelaksanaan kampanye selalu didukung dengan adanya isu-isu kampanye. Isu kampanye dipahami sebagai segala sesuatu yang berupa janji politik para kandidat termasuk sebelum masa kampanye. Isu kampanye pada dasarnya selalu bernada ingin melakukan perubahan, namun perubahan yang dinginkan oleh masyarakat belum juga dirasakan. 16 Tim sukses berfungsi menjembatani kandidat dengan pemilih, tim sukses juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi pemilih atas dasar ikatan Masyarakat pemilih masih melihat isu kampanye hanya sekedar janji ataupun sekedar promosi politik belaka. Dengan demikian, jika isu kampanye yang disampaikan tidak terealisasi dengan baik, maka sudah pasti masyarakat akan pesimis dengan janji-janji politik atau isu kampanye pada momen- momen pemilihan berikutnya.

I.5.2.4. Juru Kampanye

Juru Kampanye merupakan tim kampanye yang terdaftar di KPUD yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik. Juru kampanye juga dimaksudkan kepada siapa saja yang aktif dalam menyampaikan program-program pasangan calon, baik pada saat masa kampanye maupun diluar masa kampanye yang telah ditentukan. Juru kampanye baik yang resmi maupun tidak resmi, berjenjang dari tingkat provinsi sampai pada pelosok-pelosok desa. Distribusi tim sukses tersebut memiliki hubungan atau ikatan emosional dengan konstituen dimana mereka berada. 16 . Ibid, hal 222. Universitas Sumatera Utara emosional antara tim sukses dengan para pemilih. 17 Teori koalisi partai politik telah lama berkembang di negara-negara Eropa khususnya dan negara-negara dengan sistem parlementer pada umumnya. Dalam sistem pemerintahan presidensil yang multipartai, kaolisi adalah suatu keniscayaan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakikat koalisi sendiri adalah membentuk pemerintahan yang kuat strong government, mandiri autonomous, dan tahan lama durable. Ikatan emosional tersebut merupakan faktor penting dalam proses kampanye.

I.5.3. Teori Koalisi Partai Politik

18 Hingga detik ini, koalisi antara partai politik tidak ada yang ideal, tidak ada satu pun koalisi yan digalang para elit yang menghasilkan paduan yang kuat, mandiri, dan tahan lama. Namun seringkali koalisi yang dibangun membingungkan. Kompleksnya kekuatan politik, aktor dan ideologi menjadi faktor yang menyulitkan. Secara teoritis, koalisi partai hanya akan berjalin bila dibangun di atas landasan pemikiran yang realistis dan layak. 19 Menurut studi Huang Wang, seorang peneliti dari New York University, yang menyatakan bahwa di dalam setiap masyarakat kerap terdapat berbagai kerjasama dalam suatu pengelompokan yang tepat proper subset dari aktor-aktor – baik berupa kelompok-kelompok sosial melalui organisasi atau individu-individu untuk bertarung menghadapi aktor-aktor lainnya jika terdapat tiga aktor atau lebih. Pengelompokan aktor-aktor itu bisa disebut dengan koalisi. 20 17 . Ibid, hal 224. 18 Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan dan Militerisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000, hal. 22 19 Ibid.,hal. 22 Melihat dari hasil penelitian Huang Wang, besar kemungkinan rencana munculnya wacana koalisi antar 20 http:tuhan.multiply.comjournalitem39Koalisi_Politik , diakses pada 07 Juli 2009 pukul 01.30 WIB Universitas Sumatera Utara organisasi dimulai dari ide-ide dari individu yang ada elit-elit kedua organisasi yang ada. Varian koalisi di Indonesia memang tidak terbangun berdasarkan landasan yang kuat. Dalam teori, koalisi partai politik hanya akan berjalan jika dibangun dengan pemikiran yang realistis dan rasional yang dapat dilakukan kedua pihak. Koalisi tidak sekadar dimaknai sebagai pertemanan akan tetapi harus dibangun dengan sasaran yang jelas. Teori koalisi tidak terlepas dari adanya kepentingan elit dibelakangnya. Kepentingan elit yang bermain dalam menemukan arah koalisi ini menyebabkan terkadang tidak dapat dijabarkan di tingkatan bawah konstituen. Menurut William Riker dalam bukunya The Theory of Political Coalition, koalisi partai politik dimaknai sebagai, “....three-or-more-person game, the main activity of the players is to select not only strategies, but patners. Patners once they become such, then select a strategy”. 21 Jadi suatu koalisi harus menyusun strategi yang sesuai dengan aktivitas para aktor dan partner koalisi. Di sini suatu platform bersama menjadi pijakan suatu koalisi dalam menghadapi aktor-aktor yang menjadi lawan mereka. Jadi koalisi memerlukan adanya rekan partner, lawan adversaries dan strategi. Koalisi partai politik tidak Pada saat rekanan partner ini bergabung, dan bekerjasama hanya dengan sejumlah aktor lain, dan bertarung mengadapi aktor-aktor lainnya di luar mereka, setiap koalisi pada dasarnya mencari pengaruh langsung di antara aktor-aktor tanpa adanya mediasi yang berbentuk material oleh karenanya bersifat politis. 21 http:tuhan.multiply.comjournalitem39Koalisi_Politik , diakses pada 07 Juli 2009 pukul 01.30 WIB. Lihat juga The Theory of Political Coalition Universitas Sumatera Utara didasarkan pada tujuan-tujuan yang bersifat material misalnya uang melainkan tujuan-tujuan yang bersifat politis. Tokoh politik pada membicarakan koalisi pada umumnya adalah dalam rangka merebut kekuasaan, baik pada tingkatan legislatif maupun eksekutif. Pembentukan koalisi partai politik akan lebih banyak memberikan manfaat bagi perkembangan demokrasi dan terhadap efektivitas kebijakan. Substansi politik adalah sarana bagi pencapaian tujuan bersama, yang berarti semakin kita dapat mengagregasikan dukungan, antara lain dalam bentuk koalisi “permanen” yang tidak oportunitis akan semakin besar kemungkinan untuk mencapai tujuan bersama itu, khususnya dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Koalisi yang banyak terbangun di Indonesia merupakan koalisi yang cair dan rapuh. Koalisi yang seharusnya terbangun adalah koalisi yang permanen, dimana koalisi permanen. merupakan koalisi yang terbentuk dari adanya nilai-nilai bersama, tujuan politik yang sama dengan adanya konsensus dan kontral politik untuk mempertahankan koalisi. Bukanlah koalisi pragmatis yang hanya berdasarkan kepentingan sesaat untuk merebut kekuasaan. Koalisi permanen ini memang tidak bisa dibentuk dengan sembarangan. Mengacu pada teori Arend Lijphart, setidaknya terdapat empat teori koalisi yang bisa diterapkan di Indonesia, Pertama, minimal winning coalition dimana prinsip dasarnya adalah maksimalisasi kekuasaan. Dengan cara sebanyak mungkin memperoleh kursi di kabinet dan mengabaikan partai yang tidak perlu untuk diajak berkoalisi. Kedua, minimum size coalition, dimana partai dengan suara terbanyak akan mencari partai yang lebih kecil untuk sekadar mencapai suara mayoritas. Ketiga, bargaining proposition, yakni koalisi dengan jumlah partai paling sedikit untuk memudahkan Universitas Sumatera Utara proses negosiasi. Dasar dari teori ini adalah memudahkan proses tawar-menawar dan negosiasi karena anggota atau rekanan koalisi hanya sedikit. Keempat, minimal range coalition, dimana dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecenderungan ideologis untuk memudahkan partai-partai dalam berkoalisi dan membentuk kabinet. Dasar dari teori ini adalah kedekatan pada kecenderungan ideologis. Kelima, minimal connected winning coalition, dimana dasar berpijak teori ini adalah bahwa partai- partai berkoalisi karena masing-masing memiliki kedekatan dalam orientasi kebijakannya. 22 KIRI KANAN Untuk memahami pola-pola koalisi yang mungkin terbentuk maka partai- partai disusun dalam spektrum ideologi sebagai berikut : A 21 B 12 C 33 D 26 E 8 TOTAL = 100 Huruf A sampai E menunjukkan partai politik yang disusun berdasarkan kecenderungan ideologi. Sedangkan angka-angka yang dalam tanda kurung adalah persentasi perolehan kursi di parlemen. Partai A berada pada spektrum ideologi kiri, sedangkan E berada pada spektrum ideologi kanan, sementara partai C adalah partai dengan ideologi tengah. Sebagaimana pada spektrum ideologi Eropa, maka disebelah kiri C adalah partai-partai Nasionalis-Sekuler, sedangkan pada sebelah kanan C terletak partai-partai Nasionalis-Religius, demikian juga semakin ke kiri akan semakin sekuler dan radikal. 22 http:theindonesianinstitute.comindex.php20080915264Koalisi-untuk-Pemerintahan-yang- kuat.html , diakses pada hari Kamis 11 September 2008 pukul 23.00 WIB. Lihat juga pada Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan, dan Militerisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000, hal. 23 Universitas Sumatera Utara Dalam teori politik, koalisi adalah peranti paling efektif meraih kekuasaan. Koalisi diperlukan untuk menggalang dukungan dalam membentuk pemerintahan oleh partai pemenang pemilu, di sisi lain dibutuhkan dalam rangka membangun dan memperkuat oposisi bagi partai-partai politik yang duduk di parlemen namun tidak ikut memerintah. Dalam sistem presidensial sebagai pesan dari UUD 1945, eksekutif dan legislatif adalah dua lembaga terpisah yang tidak bisa saling menjatuhkan satu sama lain. Koalisi tidak terelakkan karena sistem politik politik multipartai melahirkan aroma sistem parlementer. Koalisi antarparpol dengan demikian menjadi semacam motor penggerak bagi terpilihnya kandidat pemimpin, koalisi hanya dimaknai sebatas intrumen merebut kekuasaan. Cairnya koalisi yang diperagakan oleh parpol saat ini menunjukkan hilangnya demarkasi ideologis dan visi yang ditukarkan dengan mata uang kepentingan. Padahal, secara ideal, koalisi dapat berjalan efektif manakala terjadi titik temu di level paradigmatik, yaitu, ideologi, visi-misi, kultur dan corak kebangsaannya. Teori ini digunakan dalam penelitian untuk menganalisis kebijakan koalisi dan pelaksanaan serta implikasinya. Hubungan teori di atas dengan perumusan masalah adalah bahwa koalisi yang terjadi dalam sebuah pertarungan politik adalah election pemilihan sangat menentukan arah pengambilan keputusan dalam proses rekrutmen politik mulai dari penjaringan sampai penetapannya yang dilakukan. Ini dikarenakan dalam koalisi terdapat lebih dari satu elemen kepentingan yang bermain. Oleh karena itu diperlukan kesepatakan bersama dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama. Universitas Sumatera Utara

I.6. Metode Penelitian

Metode penelitian didefenisikan sebagai ajaran mengenai cara-cara yang digunakan dalam memproses penelitian. Metode berguna untuk memberikan ketepatan, kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi. 23 Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan penekanan pada deskriptif dan analitis. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu yang baru sedikit diketahui, metode kualitatif juga dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit di ungkap oleh metode kuantitatif. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan untuk mencapai kebenaran ilmiah, yakni : jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

I.6.1. Jenis Penelitian

24 Dengan metode dan pendekatan penelitian ini penulis dimaksudkan agar dapat melihat dan memahami mengenai peran partai Golkar dalam proses pemenangan H. Annas Maa’mun pada Pilkada Rokan Hilir Tahun 2006.

I.6.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan informasi yang menyangkut masalah penelitian ini maka penulis melakukan penelitian di DPC partai Golkar Rokan Hilir. 23 . Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: CV. Mandar Majuy, 1996, hal. 17. 24 . Ansem Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Tata Langkah dan Teknik- teknik Teorisasi Data, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, hal.5. Universitas Sumatera Utara

I.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun data yang akan dikumpulkan dalam upaya pengumpulan data di bagi menjadi dua yaitu : 1. Data Primer Data primer diperoleh dari wawancara langsung yang dilakukan penulis dengan pengurus partai Golkar yang terlibat dalam proses pemenangan H. Annas Maa’mun agar memperoleh data yang benar dan akurat. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yang antara lain mengumpulkan buku-buku, koran, majalah, dan bahan-bahan lainnya yang dianggap berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis sebagai bahan tambahan untuk melengkapi keakuratan dari data primer.

I.6.4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskripsi dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Data yang terkumpul melalui wawancara dan dokumentasi akan dianalisis secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti. Permasalahan yang akan diteliti akan menjawab tujuan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

I.7. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan terdiri dari beberapa bab. Adapun tiap bab terdiri dari : BAB I : Pendahuluan Bab I ini berisi tentang latar balakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode peneltian, dan sistematika penulisan. BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini berisikan tentang Profil Partai Golkar Kabupaten Rokan Hilir dan calon Bupati yang di usung Partai Golkar dan Koalisinya. BAB III : Panyajian dan Analisis Data Bab ini berisi data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai peran Partai Golkar dan Partai Koalisi dalam proses pemenangan H. Annas Maa’mun pada Pilkada 2006, yang kemudian akan dianalisis oleh penulis mengenai peran partai Golkar tersebut. BAB IV : Penutup Bab IV ini adalah bagian terakhir dari penulisan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang berguna bagi penulis secara khusus dan berguna bagi organisasi secara umum. Universitas Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI

II.1 Sejarah dan Kelahiran Golkar

Dokumen yang terkait

KOALISI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN PILKADA (Study Kasus Koalisi DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Tahun 2010)

2 21 35

PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK KADER (Studi Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur)

0 9 37

STRATEGI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DALAM PEMENANGAN PILKADA (Studi Pada Pilkada di Kabupaten Bangkalan 2008-2013)

0 8 2

Analisis Manajemen Isu Partai Politik (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Isu Tim Pemenangan Yuro dalam Pilkada Karanganyar Periode 2013-2018)

0 6 7

Analisis Manajemen Isu Partai Politik Analisis Manajemen Isu Partai Politik (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Isu Tim Pemenangan YURO dalam Pilkada Karanganyar Periode 2013-2018).

0 1 13

Analisis Manajemen Isu Partai Politik Analisis Manajemen Isu Partai Politik (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Isu Tim Pemenangan YURO dalam Pilkada Karanganyar Periode 2013-2018).

0 0 18

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 17

PENDAHULUAN Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

2 11 6

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 12

PILKADA SERENTAK EKSKLUSI PARTAI POLITIK

0 0 11