b. Rising Action Meningkatnya Permasalahan
Untuk menambah permasalahan sebelum menuju pada klimaks cerita, pengarang menghadirkan serentetan peristiwa yang dialami
masing-masing tokoh dalam cerita. Dimulai bagian Pertarungan Sengit sampai pada bagian Gerbang Kematian. Ayyas yang merasa tidak
nyaman akan interogasi pihak kepolisian Rusia akibat perkelahiannya dengan Sergei.
… Dugaan Linor benar. Belum sempat mereka menambah pembicaraan, pintu diketuk berkali-kali. Linor branjak ke pintu dan
mengintip dari lubang pintu. Ia lalu berkata dengan tanpa suara mengisyatatka yang dating adalah polisi. Yelena minta Ayyas
masuk ke kamarnya. Ayyas menurut tanpa membantah sedikit pun, jantungnya berdegup kencang. Ia duduk dengan pasrah. Yang ia
khawatirkan adalah jiwa dua perempuan itu sepakat memfitnah dan mengirimnya ke penjara. Ia sudah mulai tahu bahwas Linor sangat
tidak menyukai dirinya, hanya karena dia seorang muslim. ….
18
Kemudian kekhawatiran Linor atas kematian Sergei yang disebabkan perkelahian dengan Ayyas, di mana Sergei adalah salah satu
anggota dan juga orang kepercayaan seorang bos mafia yakni Boris Melnikov. Ia takut Boris ataupun polisi mengeahui bahwa meninggalnya
Sergei terjadi sewaktu bersama dengan Linor. Karena Linor telah lebih dahulu merekayasa kematian Sergei, seolah-olah kematian sergei tidak
berkaitan sedikit pun dengannya. … “Setelah itu Linor membersihkan bercak darah yang ada di sofa
dengan keterampilan khusus yang dimilikinya. Noda itu pun nyaris hilang, meskipun tidak seratus persen. Linor kembali memeriksa
kamar tamu dan dapur dengan seksama. Setelah ia yakin tidak ada yang mengganjal di dalam hatinya, ia masuk kamar lalu
memejamkan kedua matanya. Ia yakin pagi-pagi sekali akan adas
18
Ibid, h. 131.
polisi yang dating memeriksa. Sebab ia yakin ada yang melaporkan kegaduhan yang terjadi, atau mungkin ada yang melihatnya
membawa Sergei Gadotov yang berdarah keluar dari apartemen. ….”
19
Dan Yelena yang dianiaya oleh pelanggannya kemudian ia dibuang di salah satu sudut jalan kota Moskwa dalam keadaan sekarat sebelum
pada akhirnya ia mendapatkan pertolongan. … Perempuan yang dilempar itu tak lain adalah Yelena. Ia merasa
seluruh tubuhnya remuk. Kedua kakinya tidak bias digerakkan. Tangan kananya ia rasa patah, sedangkan tangan kirinya susah ia
gerakkan. Kepalanya ia rasakan nyeri luar biasa.
Salju terus turun. Gedung-gedung menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat. Yelena merasa sekarat. Belum pernah
dalam hidupnya ia mengalami penyiksaan dan penghinaan seperti yang ia alami saat itu. Ia diperlakukan tidak sebagaimana layaknya
manusia oleh tiga orang lelaki hidung belang. Ia dicambuk, dipukul dan ditendang bergantian selama berjam-jam. Empat kali ia
pingsan. Dan begitu bangun ia kembali disiksa, dihina dan diperlakukan tidak sebagai manusia. Setiap kali ia berteriak minta
tolong atau minta ampun, para penyiksanya itu semakin senang dan semakin beringas menghajarnya. Sampai akhirnya ia pingsan yang
keempat kalinya. Ketika bangun ia sudah berada di dalam mobil kemudian dilempar begitu saja ke pinggir jalan seperti kotoran. ….
20
Paparan Rising Action berikut petikan beberapa narasi di dalam novel yang penulis jabarkan adalah bagian-bagian di mana permasalahan
di antara tokoh semakin melebar, sebelum mulai memasuki puncak permasalahan atau klimak.
c. Klimaks Puncak Konflik
Setelah melewati rising action, konflik atau permasalahan yang dihadapi masing-masing tokoh semakin kompleks dan tajam. Dan
19
Ibid, h.130.
20
Ibid, h. 162-163.
semakin banyak narasi tentang konflik yang mengundang ketegangan dan rasa penasaran.
Gerak masalah yang tadinya di rising action masih simpangsiur, pada bagian ini sudah semakin jelas arahnya. Dengan kata lain pembaca
diajak pengarang untuk bisa mereka muara dari cerita dalam novel sebelum sampai pada ending penyelesaian.
Ayyas pada bagian ini mulai merasakan ketidak nyamanan hidup sehari-hari di apartemen bersama dengan Yelena dan Linor. Penyebabnya
adalah ulah Linor yang terus berupaya meruntuhkan keimanan Ayyas dan juga berencana untuk mencelakakannya. Linor pun mencoba menjebak
Ayyas sebagai tertuduh dalam sebuah kasus pemboman yang telah direncanakan olehnya yang mana hal itu dilandaskan pada rasa
kebenciannya kepada Islam menurut doktrin Yahudi yang ia terima. … “Memang sudah nasibnya, pemuda Indonesia itu harus mati”
kata Linor dalam hati. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melaksanakan keputusan rapat bersama Ben Salomon dan agen-
agen lainnya. Tugasnya tidak susah, hanya meletakkan tas ransel yang telah diisi bahan-bahan untuk membuat bom di kamar Ayyas.
Tas itu harus ia letakkan di kamar Ayyas, tentu saja tanpa sepengetahuan Ayyas. Dan harus diletakkan beberapa jam sebelum
polisi pemerintah Rusia menggerebek kamar Ayyas.
Rencana Ben Salomon sangat detil dan kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Yang akan diledakkan adalah lobi
Metropole Hotel yang terletak di jantung kota Moskwa, tepatnya di kawasan Teatralnaya, yang tak jauh dari Kremlin. Lobi itu akan
dibom bertepatan dengan datangnya seorang pejabat penting Inggris. Akan ada korban, tapi pejabat itu akan dijaga untuk tetap
selamat meskipun luka. Yang diinginkan bukan matinya pejabat itu, tapi efek dari bom itu.
Dengan adanya pemboman itu, seluruh dunia akan mengutuk aksi pemboman itu. Dan pihak kemanan Rusia akan
mencari pelaku pemboman itu. Di sinilah Ben Salomon dan anaak buahnya mempermainkan dunia. Seorang anak buah Ben Salomon