Rising Action Meningkatnya Permasalahan

semakin banyak narasi tentang konflik yang mengundang ketegangan dan rasa penasaran. Gerak masalah yang tadinya di rising action masih simpangsiur, pada bagian ini sudah semakin jelas arahnya. Dengan kata lain pembaca diajak pengarang untuk bisa mereka muara dari cerita dalam novel sebelum sampai pada ending penyelesaian. Ayyas pada bagian ini mulai merasakan ketidak nyamanan hidup sehari-hari di apartemen bersama dengan Yelena dan Linor. Penyebabnya adalah ulah Linor yang terus berupaya meruntuhkan keimanan Ayyas dan juga berencana untuk mencelakakannya. Linor pun mencoba menjebak Ayyas sebagai tertuduh dalam sebuah kasus pemboman yang telah direncanakan olehnya yang mana hal itu dilandaskan pada rasa kebenciannya kepada Islam menurut doktrin Yahudi yang ia terima. … “Memang sudah nasibnya, pemuda Indonesia itu harus mati” kata Linor dalam hati. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melaksanakan keputusan rapat bersama Ben Salomon dan agen- agen lainnya. Tugasnya tidak susah, hanya meletakkan tas ransel yang telah diisi bahan-bahan untuk membuat bom di kamar Ayyas. Tas itu harus ia letakkan di kamar Ayyas, tentu saja tanpa sepengetahuan Ayyas. Dan harus diletakkan beberapa jam sebelum polisi pemerintah Rusia menggerebek kamar Ayyas. Rencana Ben Salomon sangat detil dan kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Yang akan diledakkan adalah lobi Metropole Hotel yang terletak di jantung kota Moskwa, tepatnya di kawasan Teatralnaya, yang tak jauh dari Kremlin. Lobi itu akan dibom bertepatan dengan datangnya seorang pejabat penting Inggris. Akan ada korban, tapi pejabat itu akan dijaga untuk tetap selamat meskipun luka. Yang diinginkan bukan matinya pejabat itu, tapi efek dari bom itu. Dengan adanya pemboman itu, seluruh dunia akan mengutuk aksi pemboman itu. Dan pihak kemanan Rusia akan mencari pelaku pemboman itu. Di sinilah Ben Salomon dan anaak buahnya mempermainkan dunia. Seorang anak buah Ben Salomon akan masuk ke Metropole Hotel dengan menyamar berpenampilan persis seperti Ayyas. Hasil rekaman dari Linor sangat membantu penyamaran itu. Setelah itu anak buah Ben Salomon akan menampakkan diri kepada pihak keamanan di dekat apartemen di mana Ayyas menginap, sehingga pihak keamanan akan sangat mudah menarik benang merah. …. 21 Sementara Yelena mengalami perang batin yang hebat antara memilih berhenti menjalani profesinya sebagai wanita penghibur dan terbebas dari cengkraman Olga Nikolayenko, atau melanjutkan profesinya supaya aman dari ancaman Olga. Sebab ia sendiri sudah jenuh dengan dunia gelapnya dan ingin hidup normal sebagaimana biasa umumnya orang. Namun di lain pihak pengaruh Olga Nikolayenko di dunia hitam begitu luas, dan itu akan berujung pada kecelakaan dirinya bila ia menolak untuk kembali bekerjasama dengan Olga. … “Aku minta saran pada kalian, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku sebaiknya bertahan, dan meminta perlindungan polisi? Ataukah aku lari saja dari sini sejauh-jauhnya, tapi kemana? Olga Nikolayenko juga memiliki jaringan di hampir seluruh kota besar di Rusia. Aku tidak tahu harus bagaimana?” Yelena bercerita dengan berlinang air mata. Ayyas mendengarkan dengan hati iba.dasn Linor yang biasanya dingin dasn tidak mudah kasihan, kali ini dia agak tersenth. Ia bisa membayangkan betapa menderitanya Yelena selama ini. Kelihatannya dia ceria, hidup glamor dan mewah. Tetapi ia sesungguhnya ia bagai binatang piaraan Olga Nikolayenko. Dan Yelena tidak bisa berbuat sekehendak hatinya. Ia harus mengikuti aturan main yang dibuat Olga. Yelena tidask berbeda denngan sapi erah yang terus diperah segala-galanya. Susunya, keringatnya, darahnya dan dagingnya oleh Olga Nikolayenko. …. 22 Begitupun Linor, ia memasuki ranah persoalan yang juga sama halnya dengan kedua tokoh di atas. Di awali dengan munculnya sisi 21 Ibid, h. 262-263. 22 Ibid, h. 285.