karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku sehingga sikap akan banyak mewarnai perilaku seseorang Ali, 2011.
Dalam konteks sikap ini, menurut Stephen R. Covey 1989 ada tiga teori determinan yang diterima secara luas, baik secara sendiri maupun kombinasi untuk
menjelaskan sikap manusia, yaitu : 1. Determinan genetis genetic determininism, berpandangan bahwa sikap individu
diturunkan oleh sikap kakek neneknya malalui DNA. 2. Determinan psikis psychic determininism, berpandangan bahwa sikap individu
merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya.
3. Determinan lingkungan Environmental determininism, berpandangan bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat
individu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu tersebut.
c. Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
1. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan objek. 2. Menanggapi Responding
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
3. Menghargai Valuing Menghargai diartikan subjek, atau seseorang yang memberikan nilai positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung Jawab Responsible Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya resiko lain Notoatmodjo, 2010.
d. Pembentukan Sikap Manusia
Menurut Notoatmojdo 2010, sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar
adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang
satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku tiap individu sebagai anggota masyarakat.
Menurut Azwar 2012, pembentukan sikap manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
a. Pengalaman Pribadi Pengalaman yang telah ada ataupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial. Tanggapan akan menjadi dasar pembentukan sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan
Universitas Sumatera Utara
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis, baik yang akan membentuk sikap positif maupun sikap negatif.
Middlebrook 1974 mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan
lebih mendalam dan lebih berbekas. b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang
kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus
bagi kita Significant Other, akan banyak mempengaruhi sikap kita seperti orang tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, isteri atau suami.
c. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh sikap kita terhadap berbagai permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
f. Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian dapat
merupakan sikapyang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan lebih tahan
lama.
2.2.4 Tindakan atau Praktik Practice
Menurut Notoatmodjo 2010, praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik Terpimpin Guided Response Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
Universitas Sumatera Utara
b. Praktik secara Mekanisme Mechanism Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tidakan mekanis. c. Adopsi Adoption
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
2.3 Stakeholders
2.3.1 Pengertian Stakeholders Pemangku Kepentingan
Stakeholders adalahorang atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam program kesehatan masyarakat dan bagaimana mereka mengimplementasikan
program tersebut yang meliputi warga yang peduli, perwakilan pemerintah, perwakilan layanan kesehatan dan sosial lainnya, anggota dewan pemerintah,
perwakilan keagamaan dan anggota asosiasi profesional Rowits, 2011.
2.3.2 Peran Stakeholders dalam Pengembangan Desa Siaga Aktif
Menurut Ismawati 2010, pemangku kepentingan yaitu pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas sektoral, unsur-unsur organisasiikatan profesi, Pemuka
masyarakat, tokoh agama, PKK, LSM, dunia usahaswasta. 1. Di tingkat Kecamatan dan Desa
a. Camat selaku penanggung jawab wilayah kecamatan 1 Mengkoordinasikan pengembangan dan penyelenggaraan Desa Siaga.
Universitas Sumatera Utara
2 Memberikan dukungan kebijakan dan pendanaan, terutama dalam rangka pembinaan kelestarian kader.
3 Melakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan kinerja Desa Siaga, antara lain melalui fasilitasi atau membantu kader berwirausaha, pemberian
penghargaan terhadap kader Desa Siaga. b. LurahKepala Desa
1 Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Desa Siaga.
2 Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan puskesmaspustuposkesdes dan berbagai UKBM yang ada.
3 Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan UKBM yang ada.
4 Menindaklanjuti hasil kegiatan Desa Siaga bersama LKMD. 5 Melakukan pembinaan untuk terselengganya kegiatan Desa Siaga secara
teratur dan lestari. c. Tim Penggerak PKK
1 Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKBM di Desa Siaga.
2 Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatkan UKBM yang ada.
3 Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi tokoh masyarakatkonsil kesehatan kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
4 Menggali sumberdaya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga. 5 Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
6 Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga.
d. Organisasi KemasyarakatanLSMDunia UsahaSwasta 1 Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam penyelenggaraan Desa
Siaga. 2 Memberi dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Desa Siaga. 2. Di Tingkat KabupatenKota
a. Berperan serta dalam Tim Pengembangan Desa Siaga tingkat KabupatenKota.
b. Memberikan dukungan manusia, dana, dll untuk pengembangan dan kelestarian Desa Siaga serta revitalisasi Puskesmas dan Rumah Sakit.
3. Di Tingkat Propinsi a. Berperan serta dalam Tim Pengembangan Desa Siaga Tingkat Provinsi.
b. Memberikan dukungan manusia, dana, dll untuk pengembangan dan kelestarian Desa Siaga serta revitalisasi Puskesmas dan Rumah Sakit dan
Dinas Kesehatan KabupatenKota. 4. Di Tingkat Pusat
a. Berperan aktif dalam Tim Pengembangan Desa Siaga Tingkat Pusat.
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan dukungan sumberdaya manusia, dana, dll untuk pelaksanaan peran Pusat dalam pengembangan Desa Siaga.
2.3.3 Peran Pelaku Perubahan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Ife 2002 : 231 dalam Adi I. R., 2008 menyatakan bahwa peran pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Peran Fasilitatif a. Pelaku perubahan harus memiliki keterampilan melakukan animasi sosial
yang menggambarkan kemampuan petugas untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasisme masyarakat, termasuk didalamnya adalah
mengaktifkan, menstimulasi dan mengembangkan motivasi warga untuk bertindak.
b. Salah satu peran dari pemberdaya masyarakat adalah untuk menyediakan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur
dan aktivitas komunitas tersebut. Dukungan itu sendiri tidak selalu bersifat akstrinsik ataupun dukungan materiil, tetapi juga dapat bersifat intrinsik.
2. Peran Edukasional a. Pelaku perubahan harus mampu membangkitkan kesadaran masyarakat dalam
upaya agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan struktural mereka, maka warga harus mau menjalin hubungan antar satu
dengan lainnya, hal ini menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat. b. Pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat harus
meyampaikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh komunitas
Universitas Sumatera Utara
sasarannya. Ife 2002:243 menyatakan bahwa hanya dengan memberikan informasi yang relevan mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi
komunitas sasaran tidak jarang dapat menjadi peran yang bermakna terhadap komunitas tersebut Adi, I. R., 2008.
3. Peran Kepemimpinan Seorang stakeholders identik dengan seorang pemimpin yang harus memiliki
konsep kepemimpinan yaitu Ing Ngarso sung Tulodho artinya didepan sebagai teladan, IngMadyo Mangun Karso artinya ditengah menggerakkan dan Tut Wuri
Handayani artinya dibelakang memberikan dorongan Pamungkas S. G., 2012. 2.4
Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan
diatas dirangkum dalam suatu penjelasan teori seperti diuraikan berikut ini. Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai
warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya MDGs, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan yaitu
memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS serta menyehatkan
lingkungan. Salah satu upaya Indonesia untuk mencapai target tersebut dengan Pengembangan Desa Siaga Aktif yang merupakan pengembangan dari Desa Siaga.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Desa Siaga aktif terdiri dari 4 tahap, yakni pratama, madya, purnama dan mandiri. Kriteria peningkatan tahap pengembangan Desa Siaga Aktif
tergantung dari berjalan atau tidak secara berkala Forum Masyarakat Desa, jumlah UKBM yang aktif, pelayanan kesehatan dasar, serta jumlah rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih sehat. Stakeholders merupakan orang atau organisasi yang memiliki kepentingan
dalam program kesehatan masyarakat dan bagaimana mereka mengimplementasikan program tersebut yang meliputi warga yang peduli, perwalikilan pemerintah,
perwakilan layanan kesehatan dan sosial lainnya, anggota dewan pemerintah, perwakilan keagamaan dan anggota asosiasi profesional. Seorang stakeholders yang
memiliki kredibilitas ikut berpengaruh yang dapat menyakinkan sebagian besar masyarakat bahwa ada masalah kesehatan yang harus segera di tanggulangi.
Menurut Green dalam Notoatmodjo 2010, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosialekonomi.
b. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yang mencakup sarana
dan prasarana atau fasilitas kesehatan dalam pengembangan Desa Siaga Aktif antara lain adanya Poskesdes, adanya kelompok donor darah, adanya ambulans
Universitas Sumatera Utara
desa, adanya posyandu balita dan lanjut usia, adanya kelompok dana sosial ibu hamil atau tabulin.
c. Faktor-faktor penguat reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang meliputi sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang bertujuan agar tokoh masyarakat tersebut mampu berperilaku contoh model perilaku
sehat bagi masyarakat.
Gambar 2.2 Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2010 Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan 2. Sikap
3. Kepercayaan 4. Nilai
5. Pendidikan 6. Sosial Ekonomi
7. Tindakan
Faktor Pemungkin : 1. Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Faktor Penguat Sikap dan Perilaku dari :
1. Sikap Petugas Kesehatan
dan Tokoh Masyarakat. 2. Paparan Informasi
Perilaku Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori dari Lawrence Green, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa definisi konsep dalam penelitian ini adalah variabel independen variabel bebas merupakan perilaku
stakeholders yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Variabel confounding terdiri dari umur, pendidikan, sarana prasarana dan paparan informasi. Variabel
dependen yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif.
Perilaku Stakeholders
1. Pengetahuan 2. Sikap
3. Tindakan
Pengembangan Desa Siaga Aktif
Variabel Confounding
1. Umur 2. Pendidikan
3. SaranaPrasaran 4. Paparan Informasi
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei observasional dengan pendekatan potong lintang cross sectional yaitu penulusuran sesaat,artinya terhadap subjek yang diteliti
tidak diberi perlakuan dan pengukuran dilakukan terhadap variabel dependen dan independen dengan satu kali pengukuran Hidayat, 2011.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. Alasan pemilihan lokasi karena jumlah desa siaga aktif mayoritas pada strata pratama yaitu
248 desa 78, strata madya 70 desa 22, sedangkan strata purnama dan mandiri tidak ada. Dari 1.396 posyandu yang ada hanya 663 47,49 yang aktif, dan
Kabupaten Deli Serdang masih menghadapi masalah kesehatan yang berkaitan dengan kematian ibu, bayi dan balita.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan mulai bulan Januari sampai Juli 2013. Tahapan dilaksanakan mulai pra survei, pembuatan proposal penelitian, konsultasi
dosen pembimbing, penelitian lapangan dan laporan akhir tesis.
Universitas Sumatera Utara