2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.
3. Kebutuhan Pribadi secara Integratif
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini dapat diperoleh dari hasrat akan harga
diri. 4.
Kebutuhan Integrasi Sosial Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia. Hal ini didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5.
Kebutuhan akan Pelarian Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari
kenyataan, pelepasan emosi, ketegangan, masalah, dan kebutuhan akan hiburan.
Motif tersebut yang menjadikan khalayak aktif dalam memilih atau menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan motif akan mempengaruhi perbedaan
pola khalayak dalam menggunakan media.
1.5.5 Media Habit
Media yang sangat bervariasi kini dihadapi konsumen berita mungkin berpikir untuk merangsang seleksi aktif sumber berita lebih dari sebelumnya, hanya dengan
kebajikan menyajikan begitu banyak pilihan baru, sebagian besar yang dapat diakses
Universitas Sumatera Utara
setiap saat siang dan malam. Namun, teori baru kehadiran media LaRose Eastin, 2004 telah mengusulkan agar menunjukkan persis yang sebaliknya: Ketika dihadapkan
dengan berbagai pilihan media, konsumen menyimpang dalam pola-pola kebiasaan konsumsi media agar menghemat sumber daya mental dan terlibat dalam seleksi aktif.
Seiring waktu, kebiasaan membangun kekuatan, mungkin dibantu oleh proses pengkondisian klasik di mana konsumen berita kembali ke sumber berita yang mereka
sukai untuk menghilangkan perasaan gelisah karena tidak mengetahui apa yang terjadi di dunia. Kebiasaan bertahan sampai ada perubahan dalam rutinitas sehari-hari mereka
yang lain, misalnya, ketika orang-orang muda meninggalkan rumah untuk pergi ke perguruan tinggi atau bila ada perubahan pada kebutuhan informasi terjadi, mungkin
disebabkan oleh acara berita besar seperti Perang Irak, atau oleh seorang pematangan perubahan. Jika peneliti menggunakan dan Pemenuhan Kepuasan itu untuk bertanya
apakah perilaku konsumsi berita terbaru memenuhi kebutuhan untuk mencari tahu tentang kehidupan sehari-hari, misalnya, responden mungkin dengan beberapa upaya
mengingat hari di masa lalu di mana mereka dianggap secara aktif terakhir media berita mereka pilihan. Atau, jika mereka tidak ingat hari itu semua mereka mungkin muncul
dengan rasionalisasi bagi peneliti: Mereka adalah orang-orang rasional, yang terdengar seperti penjelasan yang masuk akal untuk konsumsi berita, sehingga mereka setuju
dengan itu. Namun, jawaban itu hanya akan cenderung menghasilkan korelasi lemah dengan konsumsi media, konsisten dengan temuan-temuan dari penelitian menggunakan
dan pemenuhan kepuasan. Jawaban yang lebih nyata mungkin sering terjadi bahwa mereka tidak lagi secara aktif berpikir tentang pilihan media berita mereka sangat
banyak.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan perilaku konsumsi media membedakan fenomena ini dari apa yang disebut kepuasan-kepuasan ritualistik yang terakhir masih menganggap pemrosesan
informasi aktif misalnya, untuk memuaskan kebutuhan untuk mengisi waktu berlangsung. Pembentukan kebiasaan media terkait dengan pengembangan kecanduan
media, media yang lebih tepat disebut dependensi, atau penggunaan media bermasalah LaRose Eastin, 2004. Proses ini dikonseptualisasikan dalam kaitannya dengan
mekanisme peraturan diri dari teori kognitif sosial Bandura, 1991, melibatkan diri- pengamatan perilaku, menilai perilaku dalam hubungannya dengan pribadi atau norma-
norma sosial, dan menerapkan insentif reaktif diri untuk mengatur media sendiri konsumsi. Formulasi ini sehingga mengunjungi kembali konseptualisasi awal kebiasaan
dalam menggunakan dan Pemenuhan Kepuasan tradisi, di mana kebiasaan adalah membangun berbeda dari kepuasan-kepuasan dicari kepuasan-kepuasan yang diperoleh.
Kebiasaan perilaku media dapat direncanakan dimulai secara aktif dan secara aktif beralasan pilihan sebagai model yang menggunakan dan kepuasan akan
memilikinya. Namun, dengan pengulangan, perilaku media menjadi kurang tunduk pada pengamatan diri aktif sebagai media melestarikan konsumen energi mental bagi yang
lain, yang lebih mendesak, kekhawatiran sehari-hari. Selama konsumen media hakim tingkat konsumsi mereka secara keseluruhan berada dalam tingkat yang dapat diterima
dan konteks penggunaan media tetap relatif tidak berubah, mereka mungkin berhenti untuk memberikan pertimbangan aktif terhadap pola konsumsi dan akan tidak berlaku
reaktif diri insentif seperti perasaan bersalah dalam upaya untuk mengubah pola penggunaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
1.5.6 Gratification Sought dan Gratification Obtained