Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Instalhar Sisjang

4. Alat pengusir tikus 5. Alat pemadam kebakaran 6. Alat pengambilan sample

3.6.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Instalhar Sisjang

Instalhar dan Sisjang merupakan pelaksana fungsi pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan produksi dan laboratorium agar siap digunakan setiap saat. Kegiatan lainnya yaitu penanganan limbah industri, penyiapan utilitas guna mendukung kegiatan produksi dan perencanaan kebutuhan suku cadang untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh kegiatan pemeliharaan dan perbaikan akan dilaporkan kepada Kalafi Ditkesad. Fasilitas pendukung utility yang ada di Lafi Ditkesad adalah: Pengolahan air baku farmasi, instalasi listrik, instalasi boiler steam, instalasi udara bertekanan, Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL dan sistem pengaturan udara AHS. Penanggung jawab pengolahan fasilitas utility ini adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Kainstalhar Sisjang. Fasilitas utility terdiri dari: 1. Listrik Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 1000 kW. Pada saat ini belum digunakan generator. Tetapi pada produksi steril diperlukan adanya aliran listrik secara terus-menerus sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan generator. 2. Pengolahan Air Air merupakan salah satu aspek kritis vital dalam pelaksanaan CPOB. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar, terutama untk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus dan lain-lain. Tujuan dari sistem pengolahan air untuk produksi adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air yang telah ditetapkan priyambodo, 2007. Kualifikasi air terdiri atas: a. Grade I : Raw Water Fungsi : Untuk Pemadam Kebakaran, menyiram tanaman dan lain- lain, contoh: air sumur, PDAM b. Grade II : Potable Water PW Fungsi : Cuci pakaian, cuci alat non steril, pembersihan ruangan, cuci tangan, kamar mandi. c. Grade III : Purified Water Aquademineralisata Fungsi : Cuci akhir container, produksi siruptabletcoating d. Grade IV : Water for injection Fungsi : Cuci akhir container steril, cuci vialampul, produksi steril dan laboratorium Air yang digunakan di Lafi Ditkesad yaitu sumber air bersih yang didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum PDAM yang kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun nonsteril. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena banyaknya kandungan logam pada air tanah. a. Pengolahan Air Demineralisata Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum PDAM kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang tertanam di dalam tanah ground tank kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang diolah menjadi air demineralisata mengalami beberapa tahap: 1 Saringan Pasir sand filter Menyaring secara fisik menggunakan pasir silika dan berfungsi untuk mengikat partikel-partikel yang terbawa oleh air selama pengolahan air di PDAM. 2 Saringan Karbon carbon filter Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, kontaminan organik dan unsur klor yang ditambahkan pada pengolahan air di PDAM. 3 Resin Kation Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada air dan kemudian akan digantikan dengan ion hidrogen. 4 Resin Anion Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan kandungan Total Dissolved Solid TDS kurang dari 8 ppm dan silika kurang dari 0,1 ppm. Setelah mengalami beberapa tahap pemurnian, air demineralisata ditampung dan dialirkan ke ruangan- ruangan produksi dan laboratorium untuk digunakan. 5 Tanki penampung Air demineralisata ditampung dalam tangki penampung untuk dialirkan ke ruangan-ruangan produksi untuk digunakan sesuai dengan keperluan. 6 Partikel yang lolos pada penyaringan sebelumnya akan tertahan pada filter 0,2 µm. b. Air Suling Instalasi air suling merupakan kelanjutan dari instalasi air demineralisata yang dihubungkan dengan alat pemroses aquadest, dengan alat ini dihasilkan air suling. 3. Boiller Steam Proses pemanasan pada produksi Lafi Ditkesad digunakan uap panas yang berasal dari steam atau boiller. Penggunaan uap panas lebih dipilih daripada penggunaan api untuk pemanasan. Hal ini dipertimbangkan karena banyaknya penggunaan pelarut organik yang mudah menguap dan terbakar, dengan penggunaan uap panas resiko bahaya kebakaran lebih kecil. Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan alat- alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya. 4. Udara Bertekanan Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang memerlukan udara bertekanan seperti mesin stripping udara bertekanan digunakan untuk menggerakkan pisau pemotong strip. 5. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair. Pada produksi obat Non Betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi Non Betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Pada produksi Betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu-debu disedot oleh blower dari ruangan yang berdebu seperti ruang strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin Betalaktam dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl. Sedangkan limbah cair produksi obat Non Betalaktam tidak mengalami proses destruksi. Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam dialirkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan PAC Poly Alumunium Chloride dengan kekuatan 50 kg1000 L pada bak koagulan dan polimer elektrolit dan poli anionik dengan kekuatan 1 kg1000L pada bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan pada bak aerasi dengan cara mengembangbiakkan bakteri aerob SGP 50 di dalamnya agar dapat menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap sebagai berikut : a. Bak Sedimentasi Awal Air limbah yang masuk dari produksi β-laktam dari bak destruksi maupun non β-laktam dan laboratorium akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak sedimentasi pertama. Pada bak sedimentasi pertama terjadi proses pengendapan kembali dengan proses fisika. Air limbah dari bak ini akan mengalir ke bak ekualisasi. b. Bak Ekualisasi Bak penampungan air limbah yang mengalir dari bak sedimentasi awal, di bak ini mengalami proses fisika atau pencampuran endapan air limbah. Bak equalisasi dipasang dua alat: 1 Pumppompa Berfungsi untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata baik pada jam kerja ataupun di luar jam kerja serta mengalirkan air limbah dari bak ekualisasi ke bak aerasi secara otomatis. 2 Pengaduk Fungsinya untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap. c. Bak Aerasi Aeration Tank Pada Bak Aerasi terjadi proses biologi. Bak ini dilengkapi dengan dua alat yaitu: 1 Diffuser Berfungsi untuk mengaduk air limbah supaya tidak ada yang mengendap 2 Aerator Berfungsi untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah dan juga ditanam bakteri aerob jenis SGP-50 yang berguna untuk dekomposisi limbah organik dengan bantuan oksigen. Prosesnya 18-24 jam. Sebagai nutrisi berupa pupuk NPK urea. d. Bak Clarifier sedimentasi kedua Dasar bak ini bentuknya miring ke satu arah supaya memungkinkan pengendapan lumpur yang terbawa atau tersuspensi dalam air limbah. Air dari bak aerasi bila diffuser tidak aktif, air akan mengalir ke dalam lubang kecil dalam bentuk tersuspensi. Bila diffuser aktif, pengendapan atau lumpur akan masuk kembali ke bak aerasi. e. Bak Koagulasi Pada bak ini terjadi proses kimia dimana terdapat dua alat yaitu: 1 Dozing pump Berfungsi untuk menambahkan koagulan PAC Poli Ammonium Clorida yang berfungsi untuk mengikat protein rantai panjang yang masih ada dalam air limbah. 2 Pengaduk f. Bak Flokulasi Limbah yang berasal dari bak koagulasi mengalir ke bak flokulasi melalui pipa besar. Pada bak flokulasi menggunakan zat kimia yaitu poli elektrolitpolimer anionik dengan konsentrasi 25 gram polianionik dalam 50 L air 0,05. Dengan adanya polimer anionik, air akan mengendap dan bagian yang beningbersih akan mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring dan air yang masih mengandung endapan akan mengalir ke bak sedimentasi ketiga. g. Bak Sedimentasi Ketiga Bagian bawahnya berbentuk kerucut dan ditambah saringan-saringan yang berfungsi sebagai penyaring endapan kemudian cairan ini akan masuk ke bak penampungan cairan lalu dipompa kembali ke bak ekualisasi. h. Bak Kontrol Air yang terdapat dalam bak ini diperiksa kadar COD Chemical Oxygen Demand, BOD Biological Oxygen Demand dan TDS Total Dissolve Solid dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka air dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum. Sebagai kontrol pada bak ini dipelihara ikan bila ikannya mati berarti air belum bebas dari pencemar sehingga harus diolah lagi. 6. Air Handling System AHS Air Handling System AHS adalah sistem pengaturan udara yang berfungsi mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban. Parameter ini dapat mempengaruhi kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga terdapat parameter lainnya antara lain air change pertukaran udara, tekanan udara, kontaminasi mikroba dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan aliran udara kering, bersih dan dingin yang tepat untuk tiap-tiap ruangan produksi. Pada ruang kelas C dan D terdapat prefilter dan medium filter, sedangkan pada ruangan kelas A selain terdapat prefilter, medium filter dan HEPA filter juga dilengkapi dengan LAF Laminar Air Flow. Pengendalian udara di kelas B sama dengan pengendalian di kelas A, namun tanpa Laminar Air Flow. Pada ruang produksi tablet dan sirup kering tekanan udara ruangan akan lebih negatif dari tekanan udara pada koridor. Sebaliknya, untuk ruang produksi sirup cair tekanan udara di ruang produksi akan lebih positif dibandingkan koridor hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi, karena aliran udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke yang lebih rendah. Pada ruang produksi Betalaktam, tekanan udara di dalam ruang produksi harus lebih rendah daripada koridor supaya tidak terjadi pencemaran partikel Betalaktam ke daerah koridor yang dilewati personil. Pengumpul debu dust collector adalah suatu pembersih yang bekerja dengan cara menghisap debu-debu yang terdapat pada ruang-ruang produksi. Untuk wet dust collector air washer dilakukan pencampuran aliran udara yang berdebu dengan air Roto Klon. Hasil olahan air washer tersebut selanjutnya dibawa ke IPAL untuk diolah lebih lanjut, khusus untuk hasil olahan air washer dari produksi Betalaktam terlebih dahulu melewati destruktor. Berikut komponen dari Air Handling System AHS : a. Cooling Coil Berfingsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban udara yang akan didistribusikan ke ruangan produksi. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan output udara, sesuai dengan spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan. b. Static Pressure Fan blower Merupakan bagian dari AHU yang berfungsi untuk menggerakkan udara disepanjang sistem distribusi yang terhubung dengannya c. Filter Filter berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikal dan mikroorganisme partikel asing yang mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi. Filter biasanya ditempatkan di dalam rumah filter filter house yang di desain sedemikian rupa agar mudah untuk dibersihkan atau diganti. Filter yang digunakan untuk AHU dibagi menjadi beberapa tipe yaitu pre- filter efisiensi penyaringan 35, medium filter efisiensi penyaringan 95 dan HEPA High Efficiency Particulat Air efisiensi 99,997. d. Ducting Secara umum, ducting merupakan sebuah sistem saluran udara tertutup yang meghubungkan blower dengan ruangan produksi yang terdiri dari udara masuk ducting supply dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi dan masuk kembali ke AHU ducting return. e. Dumper Berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang dipindahkan ke dalam ruangan produksi. Cara Kerja AHS, sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan secara singkat yaitu suplai udara dalam sistem tata udara berasal dari udara luar udara terbuka dikenal istilah fresh air. Volume fresh air yang masuk ke sistem ditentukan oleh volume damper yang telah terpasang. Udara tersebut disaring pada saringan pertama pre filter yang mampu menangkap partikel yang berukuran ≥ 1 µm. Udara tersebut akan disaring kembali untuk yang kedua kalinya oleh medium filter yang mampu menangkap partikel yang berukuran ≥ 0.5 µm. Selanju tnya oleh Cooling Coil udara tersebut diatur suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Tahap selanjutnya udara akan melewati Heating Coil yang berfungsi untuk mengatur kelembaban sesuai dengan yang dikehendaki. Udara yang sudah terkondisi tersebut akan dihembuskan oleh fan coil ke kelas C dan D. Fan Coil berfungsi sebagai pengatur jumlah sirkulasi udara air change yang dalam kerjanya dikombinasikan dengan sistem damper. Udara bersih yang dihembuskan ke kelas D 100 berasal dari fresh air yang diproses. Suplai udara untuk ruang kelas A dan B merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus menerus melalui filter-filter yang digunakan. Untuk mencukupi suplai oksigen di kelas A dan B, dimasukkan udara segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20. Sistem ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran udara untuk kelas D kemudian langsung disalurkan melewati HEPA filter ke kelas A dan B.

3.6.7 Pengolahan Dokumen