Latar Belakang Masalah Konsep jihad dalam pendidikan menurut Dr. Yususf al-Qardhawi

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wajah islam tampak seram di mata masyarakat Barat. Anggapan bahwa Islam tidak toleran dan mendakwahkan agamanya dengan pedang mendapatkan momentum yang pas dengan adanya tragedi 11 september. Sebenarnya, menurut Karen Amstrong, kekerasan dan intoleransi yang ada dalam tubuh umat islam tidak bersumber dari ajaran islam yaitu Al- Qur’an dan As-Sunnah. Islam adalah agama yang cinta damai dan islam sendiri memproklamirkan dirinya sebagai agama yang rahmatan lil alamin, bukan hanya kepada umat islam tapi untuk semua manusia, termasuk kepada alam. Tapi sayangnya, wajah islam yang cinta damai harus tertutupi oleh perikau segelintir penganutnya yang menyimpang, bahkan bertentangan dari pesan moral islam. Di Indonesia, wajah umat santri pun sempat tercoreng oleh berbagai tindakan kekerasan, seperti peledakan bom yang memang biadab itu, yang paling dahsyat itu adalah tragedi bom bali 12 oktober 2002 yang menewaskan hampir 200 manusia, yang terbanyak adalah turis australia. Akibat keganasan ini, tidak saja nama santri yang dikaitkan pada tragedi itu jadi ternoda, citra bangsa Indonesia yang dihuni mayoritas muslim itu pun semakin buram. Seolah-olah kaum santri secara keseluruhan menjadi tertuduh, suatu tuduhan yang tidak dapat diterima. 1 1 A.Syafii Ma’arif . meluruskan makna jihad,jakarta:CMM 2005 cet. pertama. hal 3. Diantara kata yang sering ditakuti, dibenci, disalahpahami, dan dibonsaikan maknanya adalah kata jihad. Dalam literatur Barat umumnya, kata jihad diterjemahkan dengan holy war perang suci, padahal perang hanyalah salah satu dari bentuk jihad. 2 Perang dalam perjalanan sejarah umat manusia memiliki latar belakang yang sangat panjang. Ia dapat disebut sebagai kembaran kehidupan sosial umat manusia dan pasangan yang senantiasa mendampinginya. 3 Bilamana membuka lembaran sejarah umat manusia pada dimensi yang berbeda, kita tidak menemukan satu masa pun yang tidak terdapat satu perang di dalamnya. Kita menemukan berbagai peperangan yang berkecamuk sepanjang sejarah perjalanan umat manusia. 4 Namun akibat kekurangan pemahaman sebagian orang maka perang dianggapdiartikan sebagai satu-satunya makna dari jihad, akibatnya perkataan jihad sering diidentikkan dengan aksi-aksi terorisme seperti pengeboman, pembunuhan, penculikan, bentrokan dan lain-lain sehingga menimbulkan kegelisahan dan ketakutan terutama di kalangan umat non- Muslim. Oleh karenanya, ada banyak salah penerapan ketika jihad diartikan dan dipahami dalam satu makna, yaitu sebuah penawaran alternatif hidup mulia atau mati syahid. Pemahaman inilah yang tentunya banyak melahirkan keadaan dimana jiwa seseorang menjadi lebih sulit dikendalikan dan mendorong seseorang bertindak yang merugikan baik diri maupun agamanya sendiri. Keadaan ini akan terus berlangsung semakin parah ketika seseorang ataupun kelompok menjadikan jihad sebagai bentuk perjuangan senjata, sedangkan dimensi lainnya misalnya hujjah tidak dihitung sebagai jihad. Inilah yang menjadikan orientalis Barat memandang bahwa jihad dalam Islam menjadi stereotip, 2 A.Syafii Ma’arif . meluruskan makna jihad,jakarta:CMM 2005 cet.pertama. hal 173 3 M. T. Misbah Yazdi. Perlukah Jihad ? Meluruskan Salah Paham tentang Jihad dan Terorisme. terj. Akmal Kamil, Jakarta: Al-Huda, 2006, cet. Pertama, hal. vii 4 M. T. Misbah Yazdi. Perlukah Jihad ? Meluruskan Salah Paham tentang Jihad dan Terorisme. terj. Akmal Kamil, Jakarta: Al-Huda, 2006, cet. Pertama, hal. vii dimana jihad seringkali diartikan sebagai perang suci holy war untuk menyebarkan agama Islam. 5 Padahal Nabi Muhammad telah mengajarkanmencontohkan kepada kita selaku umatnya bagaimana sebenarnya cara berjihad di jalan Allah. Salah satunya dengan memacu semangat persatuan, tolong menolong dan persaudaraan sesama muslim. Sesungguhnya golongan orang-orang kafir dan munafik benar-benar murka bila mereka melihat orang mukmin komitmen kepada agamanya dan antusias untuk merealisasikan tuntutan Allah, sebagaimana marah mereka semakin memuncak bila mereka melihat kaum Muslimin bersatu padu, bersaudara, saling menyayangi, saling mencintai dan tolong-menolong dalam bidang amal saleh dan takwa. Inilah fenomena kaum Muslimin yang dapat membangkitkan rasa amarah golongan orang-orang kafir dan munafik. Distorsi makna jihad sebagai kegiatan yang lebih cenderung bermakna fisik yang amat partikular, pada urutannya bukan saja terus menodai citra agama Islam sebagai pembawa rahmat bagi semesta, melainkan juga terus menghantui umat sebagai kekuatan laten yang destruktif dan traumatik, justru dari dalam psikologis umat sendiri. Alhasil, implikasi negatif itu tak lain hanyalah sebuah beban psikologis-historis umat yang malah menambah persoalan, bukan solusi itu sendiri yang cenderung digembor-gemborkan, padahal perjuangan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, tekun, tabah, dan tidak kenal putus asa dapat disebut sebagai jihad. Dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut sebagai perjuangan. 6 Konsepsi islam jihad dengan maknanya yang luas lagi itu berwujud segala rupa perjuangan yang sangat banyak kandungannya dan sangat besar gelanggang usahanya meliputi segala macam pergerakan dan segenap usaha yang dikerjakan karena Allah, dilaksanakan atas kehendaknya dan untuk mencari keridhaaNya semata-mata. 5 Istilah holy war berasal dari sejarah Eropa yang bermakna perang karena alasan-alasan keagamaan. Lihat Ahmadi Sofyan, Islam On Jihad, Jakarta: Lintas Pustaka, 2005, hlm. vi. 6 Ahmadi Sofyan, Islam On Jihad …, hlm. 7. Para ulama telah mencoba mengorek cakupan pengertian jihad itu dengan bermacam-macam istilah qital dan harb dengan batasan-batasannya masing-masing. Namun secara garis besar dapat disimpulkan kepada dua hal yakni: 1. Jihad dalam makna yang umum dan 2. Jihad dengan makna yang khusus 7 Al Qurthuby menjelaskan pengertian jihad ialah semua perbuatan yang menunjukkan kepada usaha mengerjakan sesuatu yang diperintahkan Allah dan meninggalkan diri untuk mentaati Allah serta menolak ajakan hawa nafsu. Dan berperang melawan syetan dengan menolak atas segala godaannya sekaligus ajakannya untuk berbuat zalim dan kufur. Demikian multi dimensinya cakupan pengertian jihad secara populer dalam ajaran islam. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah 122.                         Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Qs.At- Taubah:122 Ayat di atas jelas menunjukkan kepada kita tidak seharusnya untuk semuanya berjihad ke medan perang tapi kita juga diharuskan untuk berjihad dalam pengajaran dan pendidikan, hal ini mengingatkan betapa pentingnya pendidikan dan pengajaran diniyah. Kata nafar dalam ayat diatas jelas menuju kepada pendidikan dan pengajaran yang biasa di gunakan untuk berjihad. 7 Widodo.l Amin,fiqh siasah dalam hubungan internasional Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,1994hal 7 Syaikhul Islam Al- Ghazali berkata:”wajib ada di setiap mesjid atau disuatu tempat seorang faqih yang mengajarkan dien. Demikian juga pada sebuah pemukiman begitu juga wajib bagi setiap faqih menyediakn waktu untuk melawat ke negara-negara tetangga seperti irak, Arab,Kurdi, untuk mengajar untuk mengajar ilmu dien dan ilmu-ilmu syariat . 8 Diantara pendidikan yang baik yaitu menyiapkan jiwa-jiwa yang sanggup berperang ketika tiba masanya untuk itu. Perjuangan yang terakhir ialah perjuangan dengan bersenjata, dengan pedang dan tombak. Sedangkan perjuangan dengan dakwah dan memberikan penjelasan, dan perjuangan dengan Al- qur’an adalah perjuangan yang harus dilakukan sejak hari pertama.dalam surat al-furqan:52         Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. QS. al-furqan:52 Pendidikan yang sedang kita bincangkan adalah termasuk jenis pendidikan ini, yakni berjihad di jalan Allah. 9 Syaikh Yusuf al-Qaradhawi yang juga salah satu penggerak organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam hal ini menyerukan wajibnya mendahulukan pendidikan daripada peperangan, mendahulukan pembentukan pribadi daripada menduduki pos-pos yang penting. 10 Yang dimaksudkan oleh Yusuf al-Qardhawi dengan pendidikan dan pembentukan di sini ialah membina manusia Mu’min yang dapat mengemban misi da’wah; bertanggung jawab menyebarkan risalah Islam; tidak kikir terhadap harta benda; tidak sayang kepada jiwanya dalam melakukan perjuangan di jalan Allah SWT. Pembinaan dan pembentukan manusia seperti itu, merupakan gambaran yang paling tepat bagi generasi Mu’min Yang 8 Yusuf Al-Qaradhawi dkk,berjuang di jalan Allah, jakarta; gema insani press, 1992 hal 51 9 Yusuf Al-Qaradhawi,dkk ,berjuang di jalan Allah, jakarta; gema insani press, 1992 hal 53 10 Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al- Qur’an dan As-Sunnah terj. Baharuddin F. Jakarta: Robbani Press 1996 cet. Pertama, hal. 245 hendak mengemban panji perbaikan dan kebangkitan. Usaha seperti itu harus mendahului perjuangan bersenjata untuk mengubah suatu masyarakat dan mendirikan agama. Jihad pula secara umum adalah suatu usaha yang bersungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu kerja, Ibnu Abbas mendefinisikan jihad sebagai penumpuan seluruh usaha dan tenaga untuk sesuatu perkara. 11 Para ulama dan intelektual Islam mempunyai beberapa pendapat dalam mengartikan jihad, di antaranya : a. Imam mazhab yang empat berpendapat, jihad adalah berperang menggunakan senjata dan membantu orang-orang yang berperang. 12 b. Ibnu Rusyd berpendapat, sesungguhnya kata jihad fi sabilillah apabila disebut secara mutlak maka maksudnya adalah memerangi orang-orang kafir dengan pedang sampai mereka masuk Islam atau membayar jizyah pajak dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk. 13 c. Ibnu Taimiyah menulis, jihad itu hakikatnya ialah berusaha bersungguh- sungguh untuk menghasilkan sesuatu yang diridhai Allah daripada keimanan, amal shaleh dan menolak sesuatu yamg dimurkai Allah dari kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. 14 Sejatinya, kesalehan sejati membawa pada keberagamaan yang toleran, moderat, solider, beradab, dan tidak membelenggu. Dengan demikian, tujuan teologis agama adalah memanusiakan manusia melalui pembebasan yang fitrah secara universal tanpa kecuali. Di situlah makna jihad mesti diletakkan. Yang menarik di sini adalah, hasil penelitian tentang makna jihad, penulis mendapati Ulama salaf mendefinisikan jihad kepada peperangan bahkan sebagian mereka mengartikan jihad itu sebagai qital. Namun menurut 11 Ibnu Qayyim, Zaad al- Ma’ad, Beirut, al-Risalah Publisher, 1998, cet.3, jilid 3, hal.8 12 Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, Solo:Pustaka al- ‘Alaq, 2003, Jilid 9, cet 1, hal.152 13 Ibnu Rusyd, Muqaddimah, Beirut: Dar al-Fiqr, t.t, Jilid 1, hal. 369 14 Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, Beirut: Dar Fiqr, t.t., hal.10-19192 ulama kontemporer, khususnya Dr. Yusuf Al-Qardhawi mereka memperluaskan skop jihad kepada segala usaha yang dilakukan untuk meletakkan kalimah Allah pada tempatnya dalam segala bidang kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya. Penulis melihat perbedaan ini terjadi karena pendekatan yang diambil oleh ulama mengikuti perubahan zaman. Ulama salaf hidup dalam dunia Islam yang dipimpin oleh umat Islam dan mereka tidak menghadapi serangan daripada orang bukan Islam, kecuali serangan itu hanya dalam bentuk militer saja, manakala ulama terkemudian hidup dalam dunia yang diperintah oleh orang bukan Islam atau orang Islam yang telah terpengaruh dengan doktrin dan pemikiran barat pasca runtuhnya khilafah pada tahun 1924, mereka menghadapi serangan musuh-musuh Islam dari berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya. Dari sini penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang jihad dalam skripsi yang berjudul “Konsep Jihad Dalam Pendidikan Menurut DR. Yusuf Al- Qaradhawi ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah