35 Lokasi 6 Prapanca berat debunya paling rendah di banding semua lokasi, yaitu
0.011 gcm
2
gambar 4.1, dengan jumlah kendaraan 196 per jam, lebih tinggi di banding lokasi 5 Kertamukti, 8 jl Bendi dan 9 Tegal Rotan Gambar 4.2. Pada lokasi
pengambilan sampel ini, terdapat variasi tanaman lain yang mempunyai kerapatan cukup tinggi. Jarak tanaman dari sumber pencemaran jalan raya lebih jauh dengan
kecepatan angin mencapai 72 mdtk. Diduga banyaknya tanaman di lokasi 6 Prapanca dapat mengurangi kandungan debu di sekitarnya, karena tumbuhan mempunyai
kemampuan untuk menyerap debu Fahn, 1991. Menurut Fitter dan Hay, 1994, konsentrasi pencemar pada suatu tempat tertentu, akan tergantung atas sejumlah faktor-
faktor lingkungan, salah satunya termasuk jarak dari sumber polusi.
4.2. Kondisi Fisik Daun dan Partikulat Debu
Kondisi fisik daun berbeda-beda untuk setiap lokasi lampiran 2. Jika dibandingkan dengan tanaman kontrol, daun di lokasi perlakuan tampak berwarna lebih
hijau gelap, jumlah stomata sedikit lebih rendah rendah dan berat debu tinggi. Hal itu merupakan salah satu respon tanaman terhadap adanya pencemaran.
Terdapat perbedaan warna daun pada 11 lokasi penelitian. Warna daun lebih kusam di lokasi 7 Trakindo Lampiran 2, diduga tertutup oleh debu karena berat debu
pada permukaan daunnya tinggi dibanding lokasi lain Gambar 4.1. Kerapatan kendaraan juga tinggi dibanding lokasi lain Gambar 4.2. Debu yang menempel pada
permukaan daun diduga mempengaruhi penyerapan cahaya dan O
2
yang merupakan faktor penting dalam sintesa klorofil Agrios, 1957 dalam Karmelya, 1998. Data fisik
di sekitar lokasi menunjukkan kecepatan angin pada lokasi ini 30 mdtk. Makin rendah kecepatan angin, penyebaran bahan pencemar semakin rendah, sehingga konsentrasi
pencemar semakin besar. Gambar daun pada lokasi 6 Prapanca menunjukkan perbedaan, daun terlihat
lebih cerah di banding lokasi Trakindo Lampiran 2. Berat debu di permukaan daun
36 juga rendah dibanding lokasi lain Gambar 4.1, tetapi kerapatan kendaraan pada lokasi
ini lebih tinggi dibanding lokasi 5 Kertamukti, 8 Jl. Bendi dan 9 Tegal Rotan Gambar 4.2. Lokasi ini mempunyai kerapatan tanaman cukup tinggi yang menyebabkan bahan
pencemar seperti debu dan asap gas yang berasal dari kendaraan bermotor langsung terserap oleh kerimbunan tanaman yang terdapat di sekitar lokasi. Karena tumbuhan
mempunyai kemampuan menyerap debu. Pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus kondisi fisik daun juga tertutup debu dan
berwarna lebih gelap di banding tanaman kontrol lampiran 2. Hal ini terjadi akibat banyaknya kendaraan yang melintasi lokasi. Hasil perhitungan kerapatan kendaraan di
lokasi tersebut menunjukkan jumlah kendaraan lebih rendah dibanding lokasi 2 Fuji Film Pondok Indah, 3 Cirendeu, 4 Pom Bensin PI dan 7 Trakindo Gambar 4.1. Belum
termasuk jumlah kendaraan di dalam terminal bis. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan angka yang telah didapat, dapat berubah jauh lebih tinggi, dikarenakan
data tersebut hanya mencerminkan keadaan sesaat. Nilai korelasi jumlah stomata-debu menunjukkan r = -0,50 dapat diartikan cukup mempunyai hubungan lampiran 3.
Menurut Kozlowski dan Mudd, 1975 kerusakan tidak tampak bukanlah istilah yang tepat karena perubahan anatomi dari respon tumbuhan terhadap pencemaran dapat
dilihat melalui mikroskop. Beberapa daun dari 11 lokasi perlakuan seperti lokasi 7 Trakindo mengalami keadaan dimana zat hijau daun berkurang, diperkirakan karena
tertutup debu sehingga kemampuan dalam fotosisntesis menjadi berkurang di sebut klorosis daun. Keadaan ini disebabkan karena pemaparan sejumlah kecil pencemar
dalam jangka panjang Steubing, 1978 dalam Karmelya, 1998. Dimana bahan-bahan pencemar akan mempengaruhi jaringan daun yang menyebabkan kloroplas pecah dan
klorofil akan menyebar dalam sitoplasma.
4.3. Karakteristik Stomata