seorang suami memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, yang tidak mampu mencari rizki.
21
Apa yang menjadikan kewajiban suami terhadap istrinya adalah merupakan hak bagi istri dan begitu sebaliknya. Apa yang menjadi kewajiban istri terhadap
suaminya adalah merupakan hak suami.
22
C. Perceraian
“Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU Perkawinan untuk menjelaskan “Perceraian” atau berakhirnya hubungan perkawinan
antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri.
23
Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.
24
Menurut Abu Zakaria Al-Anshari talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang yang semacamnya.
21
Al-Thahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, cet.4, h. 65
22
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989, h. 12-13
23
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fikih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007, cet.2, h.189
24
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.11974 sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2006, cet 3,
h. 206-207
Jadi, talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnnya ikatan perkawinan itu istri tidak halal lagi bagi suaminya, dan ini terjadi
dalam hal talak ba‟in, sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak
yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yang terjadi dalam talak raj‟i.
25
Mengikuti ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 maka penggunaan hak talaq oleh suami hanya diperkenankan apabila mempunyai
alasan sebagai berikut. Perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan:
a Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya. c
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain. e
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri.
f Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan
persengketaan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Dari alasan-alasan yang ditentukan Pasal 19 ini dapat dipahami bahwa ikatan nikah yang idealnya kekal abadi diberi peluang terputusnya dengan perceraian. Salah
satu bentuk perceraian adalah dengan talaq dari suami.
25
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Bogor: Kencana, 2003, cet 1, h. 192
Istri diberi hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang akan menjadi sebab putusnya ikatan perkawinan. Perbuatan hukum tersebut adalah
khul’un namanya.
Unsur pokok yang menentukan bentuk perbuatan hukum ini adalah adanya kesediaan pihak istri membayar sejumlah harta kepada pihak suami. Bayaran ini
disebut „iwad. Putusnya ikatan perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 disebut dengan kata “Perceraian”. Sehingga sama dengan penggunaan hak talaq oleh suami, penggunaan
hak khulu’ oleh istripun hanya diperkenankan apabila mempunyai alasan seperti yang
tersebut dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 itu.
26
Dari berbagai macam definisi diatas, pada dasarnya pengertian talak satu sama lain tidak
terlalu berbeda, dimana talak adalah menghilangkan atau memutuskan tali perkawinan yang sah dan mengakhiri hubungan suami isteri.
Perceraian dalam hukum Islam adalah sesuatu perbuatan yang halal yang mempunyai prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad
SAW, sebagai berikut: “Suatu perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah
talakperceraian. Riwayat Abu Dawud, Ibn Majah dan Al-Hakim.
26
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, h. 120-121
Berdasarkan hadist tersebut, menunjukan bahwa perceraian merupakan alternatif terakhir pintu darurat yang dapat dilalui oleh suami istri bila ikatan
perkawinan rumah tangga tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya. Sifat alternatif terakhir dimaksud, berarti sudah ditempuh berbagai cara dan teknik
untuk mencari kedamaian dinatar kedua belah pihak, baik melalui hakam arbitrator dari kedua belah pihak maupun langkah-langkah dan teknik yang diajarkan oleh
Alquran dan Alhadis.
27
Perceraian Thalak dalam agama Islam diatur dalam Al- Qur‟an dan Al-
Hadits Nabi SAW. Dengan adanya landasan tersebut menegaskan bahwa perceraian dalam Islam dibolehkan atau halal dilakukan bagi pasangan suami istri sebagaimana
yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 229 yaitu:
.
: رق لا ٣٣
Artinya: “Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri
tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas
27
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 73
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang- orang yang zalim”. Q.S. Al-Baqarah: 229.
Firman Allah SWT surat At-Thalaq: 1
. :قاطلا
١
Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada
Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru”.Q.S. At-Thalaq: 1. Firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 231
.
: رق لا ١ ٣
Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang maruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang maruf pula. janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh
ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah As Sunnah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang
diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala se
suatu”. Q.S. Al-Baqarah ayat: 231.
28
Hal tersebut merupakan bentuk keadilan dalam Islam mengenai perceraian, bagi suami istri yang tidak bisa lagi mempertahankan biduk keluarganya sebagaimana
yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 229, At-Thalaq ayat 1 dan surat Al- Baqarah ayat 231 diatas.
Pendapat umum yang ada sampai sekarang dalam lingkungan fiqh Islam bahwa biaya istri yang telah ditalak oleh suaminya itu tidak menjadi tanggungan
suaminya lagi. Pendapat itulah yang terbanyak pengikutnya terutama dalam perceraian si istri yang dianggap salah. Dalam hal ini dianggap si istri tidak bersalah,
maka tinggi yang diperolehnya mengenai biaya hidup ialah pembiayaan hidup selama semasih dalam iddah yang lebih kurang 90 hari itu. Tetapi sesudah masa iddah itu,
suami tidak perlu membiayai lagi bekas istrinya. Bahkan sesudah masa iddah itu bekas istri harus keluar dari rumah suaminya andaikata dia hidup dalam rumah yang
disediakan oleh suaminya.
29
28
Al-Quran Al-Karim, Al-Baqarah ayat 229, 231, dan At-Thalaq ayat 1
29
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Dari segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Ind.Hill-Co, 1990 cet 2, h. 82-83
Pasal 41 UUP juga membicarakan akibat yang ditimbulkan oleh perceraian. Adapun bunyi pasalnya sebagai berikut:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah sebagai berikut: a.
Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai
penguasaan anak,
Pengadilan member
keputusannya. b.
Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan
tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.
Berbeda dengan putusnya perkawinan dengan sebab kematian yang merupakan ketentuan Allah yang tidak bisa ditolak, sebab-sebab lain seperti
perceraian pada dasarnya kesalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri. Terjadinya perceraian misalnya, lebih disebabkan ketidakmampuan pasangan suami
istri tersebut merealisasikan tujuan perkawinan itu sendiri.
30
30
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.11974 sampai KHI,Jakarta: Kencana, 2006 cet 3, h.
219-220
35
BAB III DESKRIPSI UMUM BP4 KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR