67
dan waktu tertentu Hadad, 2003:14. Adapun penjelasan dan penjabaran dengan analisis DEA ini dibagi atas dua bank, yaitu bank konvensional
dan bank syariah. Setelah diketahui tingkat efisiensi masing-masing kelompok bank maka akan dilakukan uji normalitas data dan melakukan
uji beda independent sample t-test.
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank
Konvensional di Indonesia 2008-2012
Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS Constant Return to Scale dengan menggunakan Software MaxDEA,
dapat dilihat tingkat efisiensi 10 bank konvensional di Indonesia pada tabel 4.7. hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi
pada masing-masing bank.
Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia
Tahun 2008-2012 Persen Nama Bank
Tahun
2008 2009
2010 2011
2012
Bank Mandiri 67
79 74
81 85
BRI 90
89 81
83 100
BCA 71
72 65
73 80
BNI 71
78 74
74 78
Bank CIMB Niaga 94
100 99
100 95
Bank Danamon Indonesia 100
100 100
100 100
Panin Bank 100
100 100
100 100
Bank Permata 81
95 92
88 85
BII 87
90 93
93 85
BTN 97
100 100
100 98
Pencapaian rata-rata 85,8
90,3 87,8
89,2 90.6
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
68
Statistik pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hanya terdapat dua bank konvensional yang mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen efisien, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Sedangkan delapan bank lainnya belum mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen inefisien yang meliputi Bank Mandiri 67 persen, Bank Rakyat Indonesia BRI 90 persen, Bank Central Asia BCA 71
persen, Bank Negara Indonesia BNI 71 persen, Bank CIMB Niaga 71 persen, Bank Permata 81 persen, dan Bank Internasional Indonesia BII
87 persen, dan Bank Tabungan Negara BTN 97 persen. Pada tahun 2009 Bank CIMB Niaga dan BTN mampu mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen efisien setelah pada tahun sebelumnya termasuk bank yang inefisien. Bank CIMB Niaga dan BTN mengikuti dua bank lain yang
tetap mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen seperti pada tahun sebelumnya, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Bank
yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen inefisien pada tahun 2009 adalah Bank Mandiri 79 persen, BRI 89 persen, BCA 72 persen,
BNI 78 persen, Bank Permata 95 persen, dan BII 90 persen. Selama tahun 2010 sampai 2012, hanya terdapat dua bank
konvensional yang mampu mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen efisien, yaitu Bank Permata dan Panin Bank. Bank Mandiri belum
mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen meskipun mengalami peningkatan nilai efisiensi setiap tahunnya dengan tingkat efisiensi 74
persen tahun 2010, 81 persen 2011, dan 85 persen tahun 2012. BRI
69
mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2012 setelah pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut berada pada tingkat
efisiensi 81 persen dan 83 persen. BCA mengalami peningkatan efisiensi setiap tahunnya, yaitu sebesar 65 persen tahun 2010, 73 persen 2011,
dan 80 persen tahun 2012. Tahun 2010 dan 2011 BNI hanya mampu berada pada tingkat efisiensi 74 persen, sedangkan tahun 2012 naik
menjadi 78 persen. Bank CIMB Niaga sempat mengalami peningkatan efisiensi menjadi 100 persen di tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya
2010 berada pada tingkat efisiensi 99 persen, namun kembali turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 95 persen. Bank Permata terus
mengalami penurunan tingkat efisiensi selama tahun 2010-2012 dengan tingkat efisiensi 92 persen tahun 2010, 88 persen tahun 2011, dan 85
persen tahun 2012. BII berada pada tingkat efisiensi 93 persen pada tahun 2010 dan 2011, namun harus turun di tahun 2012 dengan tingkat
efisiensi 85 persen. Tahun 2010 dan 2011 BTN mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan
dengan tingkat efisiensi 98 persen. Tabel 4.7 juga menjelaskan bahwa pencapaian rata-rata efisiensi
teknik 10 bank konvensional mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari tahun 2008-2012. Sempat mengalami kenaikan rata-rata efisiensi dari 85,8
persen pada tahun 2008 menjadi 90,3 persen pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 87,8 persen. Pencapaian
rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional kembali mengalami
70
peningkatan menjadi 89,2 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 90,6 persen di tahun 2012.
Bank yang belum memaksimalkan input dan output yang dimilikinya dapat dikatakan sebagai bank yang inefisien. Hal tersebut
berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien belum dapat meraih target yang sebenarnya Harjum Muharam dan Pusvitasari,
2007:100. Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat efisiensi bank
konvensional pada tahun 2008, terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank
Permata, BII, dan BTN. Tabel 4.8 memperlihatkan input-output yang menyebabkan inefisiensi pada masing-masing bank konvensional. Tabel
tersebut menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Nilai actual adalah nilai input-output yang digunakan, target adalah
pencapaian yang diharapkan untuk mencapai tingkat efisiensi relatif, dan potential improvement adalah persentase dari kenaikan yang diharapkan.
Bank Mandiri mengalami inefisiensi pada output pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada Bank Mandiri hanya berjumlah
159.007.051 juta pembiayaan dan 29.599.453 juta pendapatan, padahal target output yang dapat dicapai adalah 278.977.828 juta pembiayaan
dan pendapatan 44.220.785 juta pendapatan. Supaya efisiensinya tercapai, maka dibutuhkan peningkatan sebesar 75,45 persen pembiayaan
dan 49,4 persen pendapatan. Bank selanjutnya adalah BRI, yang
71
mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja serta dua output pembiayaan dan pendapatan. Terjadi pemborosan pada input biaya tenaga
kerja karena target yang diharapkan hanya 4.611.376 juta dari 6.317.638 juta yang telah dikeluarkan, sehingga peningkatan efisiensi yang
dibutuhkan sebesar 37 persen. Sedangkan jumlah output BRI berjumlah 161.061.059 juta pembiayaan dan 30.997.465 juta pendapatan, padahal
target output yang bisa dicapai berjumlah 179.966.700 juta pembiayaan dan 34.485.746 juta pendapatan. Sehingga dibutuhkan kenaikan 11,73
persen pembiayaan dan 34.485.746 persen pendapatan supaya efisiensi outputnya tercapai.
Tabel 4.8 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Mandiri
Simpanan 67
273.565.821 273.565.821
Aset 338.404.265
338.404.265 Biaya Tenaga Kerja
4.095.822 4.095.822
Pembiayaan 159.007.051
278.977.828 75,45
Pendapatan 29.599.453
44.220.785 49,4
BRI
Simpanan 90
201.495.222 201.495.222
Aset 246.026.225
246.026.225 Biaya Tenaga Kerja
6.317.638 4.611.376
37 Pembiayaan
161.061.059 179.966.700
11,73 Pendapatan
30.997.465 34.485.746
11,25 BCA
Simpanan 71
209.534.856 201.203.813
4,14 Aset
244.712.927 244.712.927
Biaya Tenaga Kerja 3.195.721
3.195.721 Pembiayaan
112.846.628 200.352.100
77,54
72
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen
Pendapatan 22.903.592
32.476.530 41,8
BNI
Simpanan 71
163.325.401 163.325.401
Aset 200.390.507
200.390.507 Biaya Tenaga Kerja
3.220.991 3.035.832
6,1 Pembiayaan
112.061.397 156.882.971
40 Pendapatan
19.342.076 27.078.391
40
Bank CIMB Niaga
Simpanan 94
51.559.458 51.559.458
Aset 69.301.394
69.301.394 Biaya Tenaga Kerja
928.439 821.595
13 Pembiayaan
50.667.223 54.067.536
6,71 Pendapatan
7.174.734 8.685.980
21,06
Bank Permata
Simpanan 81
42.803.015 42.803.015
Aset 63.231.511
63.231.511 Biaya Tenaga Kerja
922.019 704.310
30,91 Pembiayaan
34.883.337 43.219.315
23,9 Pendapatan
5.712.412 7.077.492
23,9 BII
Simpanan 87
43.712.226 43.712.226
Aset 53.893.523
53.893.523 Biaya Tenaga Kerja
926.468 918.912
0,82 Pembiayaan
35.375.567 40.523.071
14,55 Pendapatan
6.467.391 7.408.462
14,55 BTN
Simpanan 97
31.507.440 31.507.440
Aset 45.064.428
45.064.428 Biaya Tenaga Kerja
616.761 570.293
8,14 Pembiayaan
32.025.231 33.078.254
0,33 Pendapatan
4.949.590 5.532.400
11,77
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
BCA mengalami inefisiensi pada input simpanan serta output pembiayaan dan pendapatan. Ketidakefisienan input simpanan terjadi
karena penggunannya yang kurang maksimal. Target efisiensi input
73
simpanan dapat diupayakan dengan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen, karena target efisiensi yang dapat dicapai hanya 201.203.813 juta
dari 209.534.856 juta yang dialokasikan. Jumlah output Bank BCA yang mencapai 112.846.628
juta pembiayaan dan 22.903.592 juta pendapatan juga tidak efisien, karena target output yang seharusnya
dicapai adalah 200.352.100 pembiayaan dan 32.476.530 juta pendapatan. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah
sebesar 77,54 persen pembiayaan dan 41,8 persen pendapatan. Bank konvensional lainnya yang mengalami inefisiensi adalah
BNI. Input biaya tenaga kerja yang dialokasikan adalah 3.220.991, padahal target yang dapat dicapai hanya 3.035.832. Maka peningkatan
efisiensi yang dapat dilakukan adalah sbesar 6,1 persen. sedangkan jumlah output BNI adalah 112.061.397 juta pembiayaan dan 19.342.076
juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 156.882.971 juta pembiayaan dan 27.078.391 juta pendapatan. Untuk mencapai tingkat
efisiensi 100 persen maka output pembiayaan dan pendapatan diperlukan peningkatan sebesar masing-masing 40 persen. Bank CIMB Niaga
mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja yang digunakan
adalah 922.019 juta, sedangkan target yang dapat dicapai hanya 821.595 juta. Maka peningkatan yang dibutuhkan sebesar 13 persen. Disisi lain
jumlah outputnya adalah 50.667.223 juta pembiayaan dan 7.174.734 juta pendapatan, padahal target yang bisa dicapai adalah 54.067.536 juta
74
pembiayaan dan 8.685.980 pendapatan. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 6,71 persen pembiayaan dan 21,06 persen pendapatan.
Bank yang mengalami inefisiensi selanjutnya adalah Bank Permata. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja terjadi karena
pemborosan alokasi biaya tenaga kerja, karena target yang dibutuhkan hanya 704.310 juta dari 922.019 juta yang dialokasikan. Sehingga
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 30,91 persen. Output pembiayaan dan pendapatan juga mengalami inefisiensi. Jumlah outputnya
adalah 34.883.337 juta pembiayaan dan 5.712.412 pendapatan, sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar 43.219.315 juta
pembiayaan dan 7.077.492 juta pendapatan. Upaya peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 23,9 persen untuk masing-
masing output. Bank inefisien selanjutnya adalah BII dimana ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya
pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja dialokasikan sebesar 926.468 juta, sedangkan target yang dapat diperlukan hanya
918.912 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,82 persen. Pada sisi output BII, jumlahnya sebesar 35.375.567 juta pembiayaan dan
6.467.391 pendapatan, sedangkan target yang dapat dicapai adalah 40.523.071 juta pembiayaan dan 7.408.462 juta pendapatan. Maka
diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 14,55 persen untuk masing- masing output.
75
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2008 adalah BTN. Ketidakefisienan BTN terletak pada input biaya tenaga
kerja dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar 616.761 juta, sedangkan target
efisiensinya adalah 570.293 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 8,14 persen. Jumlah output BTN adalah 32.025.231 juta
pembiayaan dan 4.949.590 juta pendapatan, sedangkan target outputnya mencapai 33.078.254 juta pembiayaan dan 5.532.400 juta
pendapatan. Sehingga diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 0,33 persen pembiayaan dan 11,77 persen pendapatan.
Bank konvensional yang telah mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2008 adalah Bank Danamon dan Panin Bank. Bank
yang efisien menunjukkan bahwa bank tersebut dapat memaksimalkan input dan outputnya secara optimal. Tabel 4.9 menunjukkan nilai actual,
target, dan potential improvement kedua bank tersebut.
Tabel 4.9 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Danamon
Simpanan 100
74.492.063 74.492.063
Aset 104.842.261
104.842.261 Biaya Tenaga Kerja
2.270.214 2.270.214
Pembiayaan 64.983.038
64.983.038 Pendapatan
14.483.577 14.483.577
Panin Bank
Simpanan 46.253.664
46.253.664
76
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen
Aset 63.231.511
63.231.511 Biaya Tenaga Kerja
100 375.826
375.826 Pembiayaan
36.868.877 36.868.877
Pendapatan 6.215.115
6.215.115
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah bank konvensional yang inefisien menjadi enam bank, setelah pada tahun 2008 terdapat delapan
bank yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi yaitu, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Tabel 4.10
menunjukkan bank-bank konvensional yang mengalami inefisiensi di tahun 2009, dimulai dari Bank Mandiri yang mengalami inefisiensi pada
input simpanan dan output pembiayaan serta pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 299.721.940 juta, sedangkan target yang
diperlukan hanya sebesar 276.640.681 juta. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 8,34 persen. Sedangkan jumlah
output Bank Mandiri berjumlah 179.687.845 juta pembiayaan dan 35.350.256 pendapatan, padahal target yang harus dicapai berjumlah
228.125.643 pembiayaan dan 44.879.496 pendapatan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan efisiensi 29,96
persen untuk masing-masing output.
77
Tabel 4.10 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Mandiri
Simpanan 79
299.721.940 276.640.681
8,34 Aset
373.508.708 373.508.708
Biaya Tenaga Kerja 4.205.057
4.205.057 Pembiayaan
179.687.845 228.125.643
26.96 Pendapatan
35.350.256 44.879.496
26.96
BRI
Simpanan 89
254.168.613 254.168.613
Aset 314.784.430
314.784.430 Biaya Tenaga Kerja
6.587.462 6.587.462
Pembiayaan 205.563.569
230.710.507 12,3
Pendapatan 39.152.486
43.942.076 12,3
BCA
Simpanan 72
244.666.004 203.791.404
20,06 Aset
280.798.049 280.798.049
Biaya Tenaga Kerja 4.048.502
4.048.502 Pembiayaan
123.596.037 171.373.402
38,65 Pendapatan
27.195.614 37.708.368
38,65 BNI
Simpanan 78
190.734.715 172.097.153
10,83 Aset
226.007.100 226.007.100
Biaya Tenaga Kerja 3.631.842
3.631.842 Pembiayaan
120.768.825 154.727.974
28,12 Pendapatan
22.945.002 29.396.938
28,12
Bank Permata
Simpanan 95
45.751.144 45.531.638
0,48 Aset
55.925.613 55.925.613
Biaya Tenaga Kerja 1.131.892
1.131.892 Pembiayaan
41.244.082 43.208.582
4,76 Pendapatan
6.890.972 7.219.196
4,76 BII
Simpanan 90
47.515.274 45.522.752
4,37 Aset
58.701.483 58.701.483
Biaya Tenaga Kerja 977.340
977.340 Pembiayaan
37.491.774 41.869.239
11,67
78
Pendapatan 6.738.269
7.525.016 11,67
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
Ketidakefisienan BRI terletak pada kedua outputnya dengan jumlah 205.563.569 juta pembiayaan dan 43.942.076 juta pendapatan,
padahal target yang dibutuhkan sebesar 230.710.507 juta pembiayaan dan 43.942.076 juta pendapatan. Maka diperlukan peningkatan efisiensi
sebesar 12,23 persen untuk masing-masing output. Input simpanan pada BCA membutuhkan peningkatan efisiensi
sebesar 20,06 persen dikarenakan simpanan yang digunakan berjumlah 244.666.004 juta, sedangkan targetnya adalah sebesar 203.791.404 juta.
Disisi lain output BCA harus meningkatkan efisiensinya sebesar 38,65 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut terjadi
karena jumlah outputnya adalah 123.596.037 juta pembiayaan dan 27.195.614 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai
171.373.402 juta pembiayaan dan 37.708.368 juta pendapatan. Ketidakefisienan BNI terjadi pada input simpanan dan kedua
outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BNI yang dialokasikan adalah 190.734.715 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar
172.097.153 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,83 persen. Kedua output BNI dapat meningkatkan efisiensinya sebesar 28,12
persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar 120.768.825 juta pembiayaan dan
79
22.945.002 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai adalah 154.727.974 juta pembiayaan dan 29.396.938 juta pendapatan.
Bank selanjutnya adalah Bank Permata yang harus meningkatkan efisiensi input simpanannya sebesar 0,48 persen. Hal ini dikarenakan
simpanan yang digunakan mencapai 45.751.144 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.531.638 juta. Di sisi lain jumlah output Bank Permata
adalah sebesar 41.244.082 juta pembiayaan dan 6.890.972 juta pendapatan, sedangkan target outputnya mencapai 43.208.582 juta
pembiayaan dan 7.219.196 juta pendapatan. Maka untuk mencapai efisiensi 100 persen harus melakukan peningkatan sebesar 4,76 persen
baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional inefisien terakhir pada tahun 2009 adalah Bank
BII. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 47.515.274 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.522.752 juta. Maka peningkatan
efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 4,37 persen. Disisi lain output Bank BII berjumlah 37.491.774 juta pembiayaan dan 6.738.269
juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai adalah 41.869.239 juta pembiayaan dan 7.525.016 juta pendapatan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi sebesar 11,67 persen baik untuk pembiayaan maupun untuk pendapatan.
Pada tahun 2009, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen. Tabel 4.11 menunjukkan
nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank tersebut.
80
Tabel 4.11 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank CIMB Niaga
Simpanan 100
86.258.306 86.258.306
Aset 106.877.270
106.877.270 Biaya Tenaga Kerja
1.899.727 1.899.727
Pembiayaan 82.970.344
82.970.344 Pendapatan
13.186.705 13.186.705
Bank Danamon
Simpanan 100
67.782.107 67.782.107
Aset 96.630.214
96.630.214 Biaya Tenaga Kerja
2.102.538 2.102.538
Pembiayaan 60.579.191
60.579.191 Pendapatan
15.883.655 15.883.655
Panin Bank
Simpanan 100
56.307.220 56.307.220
Aset 76.084.862
76.084.862 Biaya Tenaga Kerja
456.866 456.866
Pembiayaan 43.220.220
43.220.220 Pendapatan
7.869.064 7.869.064
BTN
Simpanan 100
40.216.071 40.216.071
Aset 58.480.719
58.480.719 Biaya Tenaga Kerja
704.882 704.882
Pembiayaan 40.732.957
40.732.957 Pendapatan
6.225.485 6.225.485
Tabel 4.12 menjabarkan bahwa pada tahun 2010, terdapat tujuh bank konvensional yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI,
BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, dan BII. Di tahun ini, inefisiensi Bank Mandiri terletak pada input simpanan dan kedua
outputnya pembiayaan dan pendapatan. Simpanan yang dialokasikan
81
berjumlah 332.727.856 juta, sedangkan target simpanannya sebesar 297.309.671 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,91
persen agar sesuai dengan target inputnya. Disisi lain jumlah output Bank Mandiri sebesar 218.992.542 juta pembiayaan dan 38.831.286 juta
pendapatan, padahal target output yang dapat dicapai sebesar 295.946.086 juta pembiayaan dan 52.476.523 juta pendapatan. Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,14 untuk masing-masing output.
Tabel 4.12 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Mandiri
Simpanan 74
332.727.856 297.309.671
11,91 Aset
408.771.732 408.771.732
Biaya Tenaga Kerja 4.541.164
4.541.164 Pembiayaan
218.992.542 295.946.086
35,14 Pendapatan
38.831.286 52.476.523
35,14 BRI
Simpanan 81
328.778.818 297.722.969
10,43 Aset
395.394.177 395.394.177
Biaya Tenaga Kerja 6.811.989
6.811.989 Pembiayaan
241.064.755 295.910.730
22,75 Pendapatan
43.160.319 52.979.962
22,75 BCA
Simpanan 65
277.533.692 232.135.821
19,55 Aset
323.349.321 323.349.321
Biaya Tenaga Kerja 4.204.951
4.204.951 Pembiayaan
154.001.943 235.582.617
52,97 Pendapatan
28.998.395 44.359.945
52,97 BNI
Simpanan 190.455.122
183.132.629 4
82
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen
Aset 241.408.219
241.408.219 Biaya Tenaga Kerja
74 3.862.743
3.862.743 Pembiayaan
133.222.846 179.932.540
35,06 Pendapatan
22.964.053 31.015.554
35,06
Bank CIMB Niaga
Simpanan 115.349.204
98.881.669 16,65
Aset 142.921.719
142.921.719 Biaya Tenaga Kerja
99 1.849.727
1.849.727 Pembiayaan
102.074.749 103.460.905
1,35 Pendapatan
20.818.413 21.101.123
1,35
Bank Permata
Simpanan 92
57.791.510 57.791.510
Aset 73.570.333
73.570.333 Biaya Tenaga Kerja
1.119.968 1.119.968
Pembiayaan 50.589.480
54.987.965 8,7
Pendapatan 7.070.415
8.494.677 20,14
BII
Simpanan 93
59.507.744 56.465.283
5,39 Aset
71.624.563 71.624.563
Biaya Tenaga Kerja 1.137.429
1.137.429 Pembiayaan
49.695.623 53.722.271
8,1 Pendapatan
7.688.299 8.311.253
8,1
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
BRI mengalami inefisiensi yang terletak pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang
digunakan adalah sebesar 328.778.818 juta, padahal targetnya hanya sebesar 297.722.969 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
10,43 persen. Sedangkan jumlah output BRI adalah 241.064.755 juta pembiayaan dan 43.160.319 juta pendapatan, padahal target yang dapat
dicapai sebesar 295.910.730 juta pembiayaan dan 52.979.962 juta
83
pendapatan. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan sebesar 22,75 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan.
Ketidakefisienan pada BCA terletak pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang
digunakan mencapai 277.533.692 juta, sedangkan target inputnya hanya sebesar 232.135.821 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
19,55 persen. Pada sisi lain jumlah output pembiayaannya adalah sebesar 154.001.943 juta, sedangkan jumlah output pendapatannya adalah sebesar
28.998.395. Jumlah output tersebut jauh dari target yang seharusnya dapat dicapai, yaitu 235.582.617 juta pembiayaan dan 44.359.945 juta
pendapatan. untuk mencapai efisiensi 100 persen, maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 52,97 persen baik untuk pembiayaan
maupun pendapatan. BNI mengalami pemborosan pada input simpanan, dikarenakan
ada perbedaan antara nilai actual dan nilai target. Jumlah simpanan yang digunakan adalah sebesar 190.455.122 juta, padahal target inputnya hanya
berjumlah 183.132.629 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4 persen. Kedua output BNI juga tidak efisien, karena jumlah
outputnya hanya 133.222.846 juta pembiayaan dan 22.964.053 juta pendapatan. Padahal target outputnya mencapai 179.932.540 juta
pembiayaan dan 31.015.544 juta pendapatan. Hal yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,06 persen
masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan.
84
Bank CIMB Niaga menjadi bank inefisien selanjutnya dengan membutuhkan peningkatan efisiensi 16,65 persen untuk input simpanan
dikarenakan penggunaan simpanan sebesar 115.349.204 juta, padahal targetnya hanya 98.881.669 juta. Kedua outputnya juga mengalami
inefisiensi dengan jumlah 102.074.749 juta pembiayaan dan 20.818.413 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai sebesar 103.460.905
juta pembiayaan dan 21.101.123 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,35 persen masing-masing untuk
pembiayaan dan pendapatan. Bank inefisien selanjutnya adalah Bank Permata dengan jumlah output 50.589.480 juta pembiayaan dan
7.070.415 juta pendapatan, sedangkan target yang dapat dicapai sebesar 54.987.965 juta pembiayaan dan 8.494.677 juta pendapatan. Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 8,7 persen untuk pembiayaan, dan 20,14 persen untuk pendapatan.
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2010 adalah BII. Input simpanan yang digunakan BNI adalah 59.507.744
juta, sedangkan target inputnya sebesar 56.465.283 juta. Maka yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi input simpanan sebesar
5,39 persen. Pada output BII, jumlah outputnya adalah 49.695.623 juta pembiayaan dan 7.688.299 pendapatan. Jumlah tersebut tidak seusai
dengan target outputnya yang mencapai 53.722.271 juta pembiayaan dan 8.311.253 juta pendapatan. Maka yang harus diupayakan adalah
85
peningkatan efisiensi sebesar 8,1 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan.
Tahun 2010 jumlah bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen berkurang dibanding tahun sebelumnya
menjadi hanya tiga bank. Tabel 4.13 menunjukkan tiga bank konvensional yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen dengan nilai actual,
target, dan potential improvement.
Tabel 4.13 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Danamon
Simpanan 100
79.541.163 79.541.163
Aset 113.860.553
113.860.553 Biaya Tenaga Kerja
2.545.038 2.545.038
Pembiayaan 75.090.482
75.090.482 Pendapatan
40.744.621 40.744.621
Panin Bank
Simpanan 100
75.054.982 75.054.982
Aset 106.507.838
106.507.838 Biaya Tenaga Kerja
550.017 550.017
Pembiayaan 57.549.199
57.549.199 Pendapatan
8.931.165 8.931.165
BTN
Simpanan 100
45.332.650 45.332.650
Aset 68.334.110
68.334.110 Biaya Tenaga Kerja
728.772 728.772
Pembiayaan 48.624.640
48.624.640 Pendapatan
10.472.735 10.472.735
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
86
Pada tahun 2011, tidak terjadi perubahan jumlah dan nama bank yang inefisien, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan
BII. Untuk penjabaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14. Bank Mandiri tidak menggunakan input simpanannya secara maksimal, hal
tersebut terlihat dengan jumlah simpanan yang tidak sesuai target inputnya. Jumlah input simpanan yang dialokasikan sebesar 380.236.178
juta, padahal target inputnya adalah 373.097.399 juta. Hal yang mesti diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 1,91 persen.
Disisi lain, output Bank Mandiri berjumlah 273.806.876 juta pembiayaan dan 44.885.941 juta pendapatan, padahal target yang seharusnya dicapai
adalah 339.128.660 pembiayaan dan 62.864.930 pendapatan. Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 23,85 persen
pembiayaan dan 40,05 persen pendapatan.
Tabel 4.14 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Mandiri
Simpanan 81
380.236.178 373.097.399
1,91 Aset
491.224.513 491.224.513
Biaya Tenaga Kerja 5.097.336
5.097.336 Pembiayaan
273.806.876 339.128.660
23,85 Pendapatan
44.885.941 62.864.930
40,05 BRI
Simpanan 83
372.083.736 365.023.933
1,93 Aset
456.381.943 456.381.943
Biaya Tenaga Kerja 7.695.139
7.695.139 Pembiayaan
283.877.226 340.326.898
19,88
87
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen
Pendapatan 53.195.127
63.773.106 19,88
BCA
Simpanan 73
323.457.283 295.536.564
9,44 Aset
378.651.728 378.651.728
Biaya Tenaga Kerja 4.820.533
4.820.533 Pembiayaan
202.268.609 278.058.376
37,47 Pendapatan
32.660.092 53.185.947
62,84 BNI
Simpanan 74
224.901.974 224.901.974
Aset 289.458.487
289.458.487 Biaya Tenaga Kerja
4.313.755 4.313.755
Pembiayaan 158.164.744
214.770.605 35,79
Pendapatan 27.152.113
39.018.679 43,7
Bank Permata
Simpanan 88
79.258.385 79.258.385
Aset 101.537.861
101.537.861 Biaya Tenaga Kerja
1.403.686 1.403.686
Pembiayaan 65.859.107
74.988.831 13,86
Pendapatan 8.971.378
14.001.685 56,07
BII
Simpanan 93
70.075.044 70.075.044
Aset 90.740.977
90.740.977 Biaya Tenaga Kerja
1.386.973 1.386.973
Pembiayaan 62.574.123
67.379.396 7,68
Pendapatan 9.168.357
12.084.129 31,8
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
BRI mengalami inefisiensi pada input simpanan dengan jumlah yang dialokasikan sebesar 372.083.736 juta, padahal target efisiensi
inputnya sebesar 365.023.933 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,93 persen. Kedua output BRI juga mengalami inefisiensi dengan
jumlah 283.877.226 juta pembiayaan dan 340.326.898 juta pendapatan,
88
padahal target outputnya mencapai 340.326.898 juta pembiayaan dan 63.773.106 juta pendapatan.
BCA merupakan bank konvensional yang tingkat efisiensinya paling rendah di tahun 2011. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input
simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BCA berjumlah 323.457.283 juta, sedangkan target inputnya
berjumlah 295.536.564 juta. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 9,44 persen. Pada sisi outputnya,
jumlahnya sebesar 202.268.609 juta pembiayaan dan 32.660.092 juta pendapatan. Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang
mencapai 278.058.376 juta pembiayaan dan 53.185.947 juta
pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 37,47 persen pembiayaan dan 62,84 persen pendapatan.
Bank selanjutnya adalah BNI yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada BNI
adalah sebesar 158.164.744 juta pembiayaan dan 27.152.113 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 214.770.605 juta
pembiayaan dan 39.018.679 pendapatan. Maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,79 persen untuk
pembiayaan dan 43,7 persen untuk pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada kedua outputnya
pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output adalah 65.859.107 juta pembiayaan dan 14.001.685 juta pendapatan, sedangkan target yang
89
perlu dicapai sebesar 74.988.831 juta pembiayaan dan 14.001.685 juta pendapatan
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 adalah BII. Ketidakefisienan BII terjadi pada kedua outputnya
pembiayaan dan pendapatan. Output BII berjumlah 62.574.123 juta pembiayaan dan 9.168.357 juta pendapatan. jumlah tersebut tidak
sesuai dengan target outputnya yang mencapai 67.379.396 juta pembiayaan dan 12.084.129 pendapatan. Maka upaya yang harus
dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 7,36 persen pembiayaan dan 12.084.129 persen pendapatan.
Pada sisi bank konvensional yang efisien, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun
2011. Tabel 4.15 menunjukkan bank-bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen beserta nilai actual, target,
dan potential improvement.
Tabel 4.15 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank CIMB Niaga
Simpanan 100
127.652.056 127.652.056
Aset 164.238.923
164.238.923 Biaya Tenaga Kerja
2.009.404 2.009.404
Pembiayaan 120.194.922
120.194.922 Pendapatan
23.178.882 23.178.882
Bank Danamon
Simpanan 87.993.957
87.993.957
90
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen
Aset 127.128.138
127.128.138 Biaya Tenaga Kerja
100 2.695.073
2.695.073 Pembiayaan
86.699.835 86.699.835
Pendapatan 18.009.027
18.009.027
Panin Bank
Simpanan 100
85.536.601 85.536.601
Aset 118.991.272
118.991.272 Biaya Tenaga Kerja
726.948 726.948
Pembiayaan 70.817.519
70.817.519 Pendapatan
11.632.924 11.632.924
BTN
Simpanan 100
58.649.604 58.649.604
Aset 89.253.345
89.253.345 Biaya Tenaga Kerja
911.559 911.559
Pembiayaan 59.337.756
59.337.756 Pendapatan
8.995.123 8.995.123
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
Pada tahun 2012, bank konvensional yang mengalami inefisiensi adalah Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII
dan BTN sesuai dengan Tabel 4.16. Input simpanan Bank Mandiri mengalami inefisiensi karena input simpanannya berjumlah 435.458.912
juta, padahal target inputnya hanya 433.606.868 juta. Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 0,42 persen. Sedangkan
output Bank Mandiri berjumlah 339.973.690 juta pembiayaan dan 48.535.454 juta pendapatan, padahal target seharusnya mencapai
400.731.101 juta pembiayaan dan 57.084.103 juta pendapatan. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar
91
17,87 persen untuk output pembiayaan dan 17,61 persen untuk output pendapatan.
Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yakni pembiayaan dan pendapatan. Jumlah simpanan yang
dialokasikan berjumlah 370.278.094 juta, padahal target inputnya hanya 348.173.878. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,35 persen.
sedangkan jumlah
outputnya adalah
sebesar 256.713.553
juta pembiayaan dan 38.541.400 juta pendapatan, sedangkan target
outputnya mencapai 324.488.653 juta pembiayaan dan 48.012.516 juta pendapatan. Maka upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan
peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 26,4 persen untuk output pembiayaan dan 24,57 persen untuk output pandapatan.
Tabel 4.16 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Mandiri
Simpanan 85
435.458.912 433.606.868
0,42 Aset
561.164.590 491.224.513
Biaya Tenaga Kerja 6.228.024
6.228.024 Pembiayaan
339.973.690 400.731.101
17,87 Pendapatan
48.535.454 57.084.103
17,61 BCA
Simpanan 80
370.278.094 348.173.878
6,35 Aset
436.741.456 436.741.456
Biaya Tenaga Kerja 5.694.720
5.694.720 Pembiayaan
256.713.553 324.488.653
26,4 Pendapatan
38.541.400 48.012.516
24,57
92
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen BNI
Simpanan 78
249.027.580 249.027.580
Aset 324.781.709
324.781.709 Biaya Tenaga Kerja
5.055.376 5.055.376
Pembiayaan 192.656.744
247.426.692 28,42
Pendapatan 29.517.085
37.908.430 28,42
Bank CIMB Niaga
Simpanan 95
144.144.127 144.144.127
Aset 192.705.029
192.705.029 Biaya Tenaga Kerja
2.572.600 2.572.600
Pembiayaan 133.605.301
141.359.657 5,8
Pendapatan 19.644.480
20.784.631 5,8
Bank Permata
Simpanan 85
97.884.824 97.060.718
0,85 Aset
132.150.360 132.150.360
Biaya Tenaga Kerja 1.850.141
1.850.141 Pembiayaan
86.955.200 101.757.967
17,02 Pendapatan
11.534.387 14.279.142
23,8 BII
Simpanan 85
85.469.916 85.069.117
0,47 Aset
111.548.790 111.548.790
Biaya Tenaga Kerja 1.662.817
1.662.817 Pembiayaan
74.318.622 87.081.526
17,17 Pendapatan
10.198.769 12.628.675
23,82 BTN
Simpanan 98
75.782.530 75.782.530
Aset 111.875.325
111.875.325 Biaya Tenaga Kerja
1.011.747 1.011.747
Pembiayaan 75.410.705
76.649.222 1,64
Pendapatan 9.673.959
9.832.840 1,64
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa BNI belum mampu menghasilkan output secara maksimal. Jumlah outputnya sebesar 192.656.744 juta
pembiayaan dan 29.517.085 juta pendapatan, padahal target yang harus
93
dicapai sebesar 247.426.692 juta pembiayaan dan 37.908.430 juta pendapatan. Maka perbaikan efisiensinya adalah sebesar 28,42 persen
baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional yang inefisien di tahun 2012 selanjutnya adalah
Bank CIMB Niaga dengan jumlah output sebesar 133.605.301 juta pembiayaan dan 19.644.480 juta pendapatan, padahal target yang dapat
dicapai sebesar 141.359.657 juta pembiayaan dan 20.784.631 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 5,8 persen
untuk output pembiayaan dan pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada input simpanan dan
kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 97.884.824 juta, padahal target inputnya hanya
97.060.718 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,85 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah 86.955.200 juta pembiayaan
dan 11.534.387 juta pendapatan, padahal target outputnya sebesar 101.757.967 juta pembiayaan dan 14.279.142 juta pendapatan. Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 17,02 persen untuk output pembiayaan dan 23,8 persen untuk output pendapatan.
Bank konvensional inefisien selanjutnya adalah BII dengan inefisiensi yang terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya
pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 85.469.916 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 85.069.117
juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,47 persen.
94
sedangkan output BII berjumlah 74.318.622 juta pembiayaan dan 10.198.769 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai
87.081.526 juta pembiayaan dan 12.628.675 juta pendapatan. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar
17,17 persen pembiayaan dan 23,82 persen pendapatan. Bank inefisien terakhir di tahun 2012 adalah BTN yang
membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,64 persen untuk kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah
outputnya sebesar 75.410.705 juta pembiayaan dan 9.673.959 juta pendapatan, berbeda dengan target outputnya sebesar 76.649.222 juta
pembiayaan dan 9.832.840 juta pendapatan. Sedangkan bank konvensional yang mampu mencapai tingkat
efisiensi teknik 100 persen di tahun 2012 adalah BRI, Bank Danamon, dan Panin Bank. Tabel 4.17 menunjukkan nilai actual, target, dan potential
improvement.
Tabel 4.17 Nilai
Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen BRI
Simpanan 100
436.084.418 436.084.418
Aset 547.591.919
547.591.919 Biaya Tenaga Kerja
9.348.523 9.348.523
Pembiayaan 347.953.020
347.953.020 Pendapatan
69.178.558 69.178.558
95
Nama Bank Tingkat
Actual Target
Potential Efisiensi
Juta Rupiah Juta Rupiah
Improvement Persen
Persen Bank Danamon
Simpanan 100
90.605.236 90.605.236
Aset 130.391.429
130.391.429 Biaya Tenaga Kerja
3.063.563 3.063.563
Pembiayaan 91.532.966
91.532.966 Pendapatan
18.780.212 18.780.212
Panin Bank
Simpanan 100
101.503.070 101.503.070
Aset 141.788.920
141.788.920 Biaya Tenaga Kerja
935.938 935.938
Pembiayaan 91.765.984
91.765.984 Pendapatan
11.725.984 11.725.984
Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2
2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank