Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank

67 dan waktu tertentu Hadad, 2003:14. Adapun penjelasan dan penjabaran dengan analisis DEA ini dibagi atas dua bank, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Setelah diketahui tingkat efisiensi masing-masing kelompok bank maka akan dilakukan uji normalitas data dan melakukan uji beda independent sample t-test.

1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank

Konvensional di Indonesia 2008-2012 Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS Constant Return to Scale dengan menggunakan Software MaxDEA, dapat dilihat tingkat efisiensi 10 bank konvensional di Indonesia pada tabel 4.7. hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi pada masing-masing bank. Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2012 Persen Nama Bank Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Mandiri 67 79 74 81 85 BRI 90 89 81 83 100 BCA 71 72 65 73 80 BNI 71 78 74 74 78 Bank CIMB Niaga 94 100 99 100 95 Bank Danamon Indonesia 100 100 100 100 100 Panin Bank 100 100 100 100 100 Bank Permata 81 95 92 88 85 BII 87 90 93 93 85 BTN 97 100 100 100 98 Pencapaian rata-rata 85,8 90,3 87,8 89,2 90.6 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 68 Statistik pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hanya terdapat dua bank konvensional yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen efisien, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Sedangkan delapan bank lainnya belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen inefisien yang meliputi Bank Mandiri 67 persen, Bank Rakyat Indonesia BRI 90 persen, Bank Central Asia BCA 71 persen, Bank Negara Indonesia BNI 71 persen, Bank CIMB Niaga 71 persen, Bank Permata 81 persen, dan Bank Internasional Indonesia BII 87 persen, dan Bank Tabungan Negara BTN 97 persen. Pada tahun 2009 Bank CIMB Niaga dan BTN mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen efisien setelah pada tahun sebelumnya termasuk bank yang inefisien. Bank CIMB Niaga dan BTN mengikuti dua bank lain yang tetap mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen seperti pada tahun sebelumnya, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen inefisien pada tahun 2009 adalah Bank Mandiri 79 persen, BRI 89 persen, BCA 72 persen, BNI 78 persen, Bank Permata 95 persen, dan BII 90 persen. Selama tahun 2010 sampai 2012, hanya terdapat dua bank konvensional yang mampu mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen efisien, yaitu Bank Permata dan Panin Bank. Bank Mandiri belum mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen meskipun mengalami peningkatan nilai efisiensi setiap tahunnya dengan tingkat efisiensi 74 persen tahun 2010, 81 persen 2011, dan 85 persen tahun 2012. BRI 69 mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2012 setelah pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut berada pada tingkat efisiensi 81 persen dan 83 persen. BCA mengalami peningkatan efisiensi setiap tahunnya, yaitu sebesar 65 persen tahun 2010, 73 persen 2011, dan 80 persen tahun 2012. Tahun 2010 dan 2011 BNI hanya mampu berada pada tingkat efisiensi 74 persen, sedangkan tahun 2012 naik menjadi 78 persen. Bank CIMB Niaga sempat mengalami peningkatan efisiensi menjadi 100 persen di tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya 2010 berada pada tingkat efisiensi 99 persen, namun kembali turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 95 persen. Bank Permata terus mengalami penurunan tingkat efisiensi selama tahun 2010-2012 dengan tingkat efisiensi 92 persen tahun 2010, 88 persen tahun 2011, dan 85 persen tahun 2012. BII berada pada tingkat efisiensi 93 persen pada tahun 2010 dan 2011, namun harus turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 85 persen. Tahun 2010 dan 2011 BTN mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan dengan tingkat efisiensi 98 persen. Tabel 4.7 juga menjelaskan bahwa pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari tahun 2008-2012. Sempat mengalami kenaikan rata-rata efisiensi dari 85,8 persen pada tahun 2008 menjadi 90,3 persen pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 87,8 persen. Pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional kembali mengalami 70 peningkatan menjadi 89,2 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 90,6 persen di tahun 2012. Bank yang belum memaksimalkan input dan output yang dimilikinya dapat dikatakan sebagai bank yang inefisien. Hal tersebut berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien belum dapat meraih target yang sebenarnya Harjum Muharam dan Pusvitasari, 2007:100. Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat efisiensi bank konvensional pada tahun 2008, terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII, dan BTN. Tabel 4.8 memperlihatkan input-output yang menyebabkan inefisiensi pada masing-masing bank konvensional. Tabel tersebut menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Nilai actual adalah nilai input-output yang digunakan, target adalah pencapaian yang diharapkan untuk mencapai tingkat efisiensi relatif, dan potential improvement adalah persentase dari kenaikan yang diharapkan. Bank Mandiri mengalami inefisiensi pada output pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada Bank Mandiri hanya berjumlah 159.007.051 juta pembiayaan dan 29.599.453 juta pendapatan, padahal target output yang dapat dicapai adalah 278.977.828 juta pembiayaan dan pendapatan 44.220.785 juta pendapatan. Supaya efisiensinya tercapai, maka dibutuhkan peningkatan sebesar 75,45 persen pembiayaan dan 49,4 persen pendapatan. Bank selanjutnya adalah BRI, yang 71 mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja serta dua output pembiayaan dan pendapatan. Terjadi pemborosan pada input biaya tenaga kerja karena target yang diharapkan hanya 4.611.376 juta dari 6.317.638 juta yang telah dikeluarkan, sehingga peningkatan efisiensi yang dibutuhkan sebesar 37 persen. Sedangkan jumlah output BRI berjumlah 161.061.059 juta pembiayaan dan 30.997.465 juta pendapatan, padahal target output yang bisa dicapai berjumlah 179.966.700 juta pembiayaan dan 34.485.746 juta pendapatan. Sehingga dibutuhkan kenaikan 11,73 persen pembiayaan dan 34.485.746 persen pendapatan supaya efisiensi outputnya tercapai. Tabel 4.8 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Mandiri Simpanan 67 273.565.821 273.565.821 Aset 338.404.265 338.404.265 Biaya Tenaga Kerja 4.095.822 4.095.822 Pembiayaan 159.007.051 278.977.828 75,45 Pendapatan 29.599.453 44.220.785 49,4 BRI Simpanan 90 201.495.222 201.495.222 Aset 246.026.225 246.026.225 Biaya Tenaga Kerja 6.317.638 4.611.376 37 Pembiayaan 161.061.059 179.966.700 11,73 Pendapatan 30.997.465 34.485.746 11,25 BCA Simpanan 71 209.534.856 201.203.813 4,14 Aset 244.712.927 244.712.927 Biaya Tenaga Kerja 3.195.721 3.195.721 Pembiayaan 112.846.628 200.352.100 77,54 72 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Pendapatan 22.903.592 32.476.530 41,8 BNI Simpanan 71 163.325.401 163.325.401 Aset 200.390.507 200.390.507 Biaya Tenaga Kerja 3.220.991 3.035.832 6,1 Pembiayaan 112.061.397 156.882.971 40 Pendapatan 19.342.076 27.078.391 40 Bank CIMB Niaga Simpanan 94 51.559.458 51.559.458 Aset 69.301.394 69.301.394 Biaya Tenaga Kerja 928.439 821.595 13 Pembiayaan 50.667.223 54.067.536 6,71 Pendapatan 7.174.734 8.685.980 21,06 Bank Permata Simpanan 81 42.803.015 42.803.015 Aset 63.231.511 63.231.511 Biaya Tenaga Kerja 922.019 704.310 30,91 Pembiayaan 34.883.337 43.219.315 23,9 Pendapatan 5.712.412 7.077.492 23,9 BII Simpanan 87 43.712.226 43.712.226 Aset 53.893.523 53.893.523 Biaya Tenaga Kerja 926.468 918.912 0,82 Pembiayaan 35.375.567 40.523.071 14,55 Pendapatan 6.467.391 7.408.462 14,55 BTN Simpanan 97 31.507.440 31.507.440 Aset 45.064.428 45.064.428 Biaya Tenaga Kerja 616.761 570.293 8,14 Pembiayaan 32.025.231 33.078.254 0,33 Pendapatan 4.949.590 5.532.400 11,77 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 BCA mengalami inefisiensi pada input simpanan serta output pembiayaan dan pendapatan. Ketidakefisienan input simpanan terjadi karena penggunannya yang kurang maksimal. Target efisiensi input 73 simpanan dapat diupayakan dengan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen, karena target efisiensi yang dapat dicapai hanya 201.203.813 juta dari 209.534.856 juta yang dialokasikan. Jumlah output Bank BCA yang mencapai 112.846.628 juta pembiayaan dan 22.903.592 juta pendapatan juga tidak efisien, karena target output yang seharusnya dicapai adalah 200.352.100 pembiayaan dan 32.476.530 juta pendapatan. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 77,54 persen pembiayaan dan 41,8 persen pendapatan. Bank konvensional lainnya yang mengalami inefisiensi adalah BNI. Input biaya tenaga kerja yang dialokasikan adalah 3.220.991, padahal target yang dapat dicapai hanya 3.035.832. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sbesar 6,1 persen. sedangkan jumlah output BNI adalah 112.061.397 juta pembiayaan dan 19.342.076 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 156.882.971 juta pembiayaan dan 27.078.391 juta pendapatan. Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen maka output pembiayaan dan pendapatan diperlukan peningkatan sebesar masing-masing 40 persen. Bank CIMB Niaga mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja yang digunakan adalah 922.019 juta, sedangkan target yang dapat dicapai hanya 821.595 juta. Maka peningkatan yang dibutuhkan sebesar 13 persen. Disisi lain jumlah outputnya adalah 50.667.223 juta pembiayaan dan 7.174.734 juta pendapatan, padahal target yang bisa dicapai adalah 54.067.536 juta 74 pembiayaan dan 8.685.980 pendapatan. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 6,71 persen pembiayaan dan 21,06 persen pendapatan. Bank yang mengalami inefisiensi selanjutnya adalah Bank Permata. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja terjadi karena pemborosan alokasi biaya tenaga kerja, karena target yang dibutuhkan hanya 704.310 juta dari 922.019 juta yang dialokasikan. Sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 30,91 persen. Output pembiayaan dan pendapatan juga mengalami inefisiensi. Jumlah outputnya adalah 34.883.337 juta pembiayaan dan 5.712.412 pendapatan, sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar 43.219.315 juta pembiayaan dan 7.077.492 juta pendapatan. Upaya peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 23,9 persen untuk masing- masing output. Bank inefisien selanjutnya adalah BII dimana ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja dialokasikan sebesar 926.468 juta, sedangkan target yang dapat diperlukan hanya 918.912 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,82 persen. Pada sisi output BII, jumlahnya sebesar 35.375.567 juta pembiayaan dan 6.467.391 pendapatan, sedangkan target yang dapat dicapai adalah 40.523.071 juta pembiayaan dan 7.408.462 juta pendapatan. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 14,55 persen untuk masing- masing output. 75 Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2008 adalah BTN. Ketidakefisienan BTN terletak pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar 616.761 juta, sedangkan target efisiensinya adalah 570.293 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 8,14 persen. Jumlah output BTN adalah 32.025.231 juta pembiayaan dan 4.949.590 juta pendapatan, sedangkan target outputnya mencapai 33.078.254 juta pembiayaan dan 5.532.400 juta pendapatan. Sehingga diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 0,33 persen pembiayaan dan 11,77 persen pendapatan. Bank konvensional yang telah mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2008 adalah Bank Danamon dan Panin Bank. Bank yang efisien menunjukkan bahwa bank tersebut dapat memaksimalkan input dan outputnya secara optimal. Tabel 4.9 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement kedua bank tersebut. Tabel 4.9 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Danamon Simpanan 100 74.492.063 74.492.063 Aset 104.842.261 104.842.261 Biaya Tenaga Kerja 2.270.214 2.270.214 Pembiayaan 64.983.038 64.983.038 Pendapatan 14.483.577 14.483.577 Panin Bank Simpanan 46.253.664 46.253.664 76 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Aset 63.231.511 63.231.511 Biaya Tenaga Kerja 100 375.826 375.826 Pembiayaan 36.868.877 36.868.877 Pendapatan 6.215.115 6.215.115 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah bank konvensional yang inefisien menjadi enam bank, setelah pada tahun 2008 terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi yaitu, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Tabel 4.10 menunjukkan bank-bank konvensional yang mengalami inefisiensi di tahun 2009, dimulai dari Bank Mandiri yang mengalami inefisiensi pada input simpanan dan output pembiayaan serta pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 299.721.940 juta, sedangkan target yang diperlukan hanya sebesar 276.640.681 juta. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 8,34 persen. Sedangkan jumlah output Bank Mandiri berjumlah 179.687.845 juta pembiayaan dan 35.350.256 pendapatan, padahal target yang harus dicapai berjumlah 228.125.643 pembiayaan dan 44.879.496 pendapatan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan efisiensi 29,96 persen untuk masing-masing output. 77 Tabel 4.10 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Mandiri Simpanan 79 299.721.940 276.640.681 8,34 Aset 373.508.708 373.508.708 Biaya Tenaga Kerja 4.205.057 4.205.057 Pembiayaan 179.687.845 228.125.643 26.96 Pendapatan 35.350.256 44.879.496 26.96 BRI Simpanan 89 254.168.613 254.168.613 Aset 314.784.430 314.784.430 Biaya Tenaga Kerja 6.587.462 6.587.462 Pembiayaan 205.563.569 230.710.507 12,3 Pendapatan 39.152.486 43.942.076 12,3 BCA Simpanan 72 244.666.004 203.791.404 20,06 Aset 280.798.049 280.798.049 Biaya Tenaga Kerja 4.048.502 4.048.502 Pembiayaan 123.596.037 171.373.402 38,65 Pendapatan 27.195.614 37.708.368 38,65 BNI Simpanan 78 190.734.715 172.097.153 10,83 Aset 226.007.100 226.007.100 Biaya Tenaga Kerja 3.631.842 3.631.842 Pembiayaan 120.768.825 154.727.974 28,12 Pendapatan 22.945.002 29.396.938 28,12 Bank Permata Simpanan 95 45.751.144 45.531.638 0,48 Aset 55.925.613 55.925.613 Biaya Tenaga Kerja 1.131.892 1.131.892 Pembiayaan 41.244.082 43.208.582 4,76 Pendapatan 6.890.972 7.219.196 4,76 BII Simpanan 90 47.515.274 45.522.752 4,37 Aset 58.701.483 58.701.483 Biaya Tenaga Kerja 977.340 977.340 Pembiayaan 37.491.774 41.869.239 11,67 78 Pendapatan 6.738.269 7.525.016 11,67 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 Ketidakefisienan BRI terletak pada kedua outputnya dengan jumlah 205.563.569 juta pembiayaan dan 43.942.076 juta pendapatan, padahal target yang dibutuhkan sebesar 230.710.507 juta pembiayaan dan 43.942.076 juta pendapatan. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,23 persen untuk masing-masing output. Input simpanan pada BCA membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 20,06 persen dikarenakan simpanan yang digunakan berjumlah 244.666.004 juta, sedangkan targetnya adalah sebesar 203.791.404 juta. Disisi lain output BCA harus meningkatkan efisiensinya sebesar 38,65 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut terjadi karena jumlah outputnya adalah 123.596.037 juta pembiayaan dan 27.195.614 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 171.373.402 juta pembiayaan dan 37.708.368 juta pendapatan. Ketidakefisienan BNI terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BNI yang dialokasikan adalah 190.734.715 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 172.097.153 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,83 persen. Kedua output BNI dapat meningkatkan efisiensinya sebesar 28,12 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar 120.768.825 juta pembiayaan dan 79 22.945.002 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai adalah 154.727.974 juta pembiayaan dan 29.396.938 juta pendapatan. Bank selanjutnya adalah Bank Permata yang harus meningkatkan efisiensi input simpanannya sebesar 0,48 persen. Hal ini dikarenakan simpanan yang digunakan mencapai 45.751.144 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.531.638 juta. Di sisi lain jumlah output Bank Permata adalah sebesar 41.244.082 juta pembiayaan dan 6.890.972 juta pendapatan, sedangkan target outputnya mencapai 43.208.582 juta pembiayaan dan 7.219.196 juta pendapatan. Maka untuk mencapai efisiensi 100 persen harus melakukan peningkatan sebesar 4,76 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional inefisien terakhir pada tahun 2009 adalah Bank BII. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 47.515.274 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.522.752 juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 4,37 persen. Disisi lain output Bank BII berjumlah 37.491.774 juta pembiayaan dan 6.738.269 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai adalah 41.869.239 juta pembiayaan dan 7.525.016 juta pendapatan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi sebesar 11,67 persen baik untuk pembiayaan maupun untuk pendapatan. Pada tahun 2009, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen. Tabel 4.11 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank tersebut. 80 Tabel 4.11 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank CIMB Niaga Simpanan 100 86.258.306 86.258.306 Aset 106.877.270 106.877.270 Biaya Tenaga Kerja 1.899.727 1.899.727 Pembiayaan 82.970.344 82.970.344 Pendapatan 13.186.705 13.186.705 Bank Danamon Simpanan 100 67.782.107 67.782.107 Aset 96.630.214 96.630.214 Biaya Tenaga Kerja 2.102.538 2.102.538 Pembiayaan 60.579.191 60.579.191 Pendapatan 15.883.655 15.883.655 Panin Bank Simpanan 100 56.307.220 56.307.220 Aset 76.084.862 76.084.862 Biaya Tenaga Kerja 456.866 456.866 Pembiayaan 43.220.220 43.220.220 Pendapatan 7.869.064 7.869.064 BTN Simpanan 100 40.216.071 40.216.071 Aset 58.480.719 58.480.719 Biaya Tenaga Kerja 704.882 704.882 Pembiayaan 40.732.957 40.732.957 Pendapatan 6.225.485 6.225.485 Tabel 4.12 menjabarkan bahwa pada tahun 2010, terdapat tujuh bank konvensional yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, dan BII. Di tahun ini, inefisiensi Bank Mandiri terletak pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Simpanan yang dialokasikan 81 berjumlah 332.727.856 juta, sedangkan target simpanannya sebesar 297.309.671 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,91 persen agar sesuai dengan target inputnya. Disisi lain jumlah output Bank Mandiri sebesar 218.992.542 juta pembiayaan dan 38.831.286 juta pendapatan, padahal target output yang dapat dicapai sebesar 295.946.086 juta pembiayaan dan 52.476.523 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,14 untuk masing-masing output. Tabel 4.12 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Mandiri Simpanan 74 332.727.856 297.309.671 11,91 Aset 408.771.732 408.771.732 Biaya Tenaga Kerja 4.541.164 4.541.164 Pembiayaan 218.992.542 295.946.086 35,14 Pendapatan 38.831.286 52.476.523 35,14 BRI Simpanan 81 328.778.818 297.722.969 10,43 Aset 395.394.177 395.394.177 Biaya Tenaga Kerja 6.811.989 6.811.989 Pembiayaan 241.064.755 295.910.730 22,75 Pendapatan 43.160.319 52.979.962 22,75 BCA Simpanan 65 277.533.692 232.135.821 19,55 Aset 323.349.321 323.349.321 Biaya Tenaga Kerja 4.204.951 4.204.951 Pembiayaan 154.001.943 235.582.617 52,97 Pendapatan 28.998.395 44.359.945 52,97 BNI Simpanan 190.455.122 183.132.629 4 82 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Aset 241.408.219 241.408.219 Biaya Tenaga Kerja 74 3.862.743 3.862.743 Pembiayaan 133.222.846 179.932.540 35,06 Pendapatan 22.964.053 31.015.554 35,06 Bank CIMB Niaga Simpanan 115.349.204 98.881.669 16,65 Aset 142.921.719 142.921.719 Biaya Tenaga Kerja 99 1.849.727 1.849.727 Pembiayaan 102.074.749 103.460.905 1,35 Pendapatan 20.818.413 21.101.123 1,35 Bank Permata Simpanan 92 57.791.510 57.791.510 Aset 73.570.333 73.570.333 Biaya Tenaga Kerja 1.119.968 1.119.968 Pembiayaan 50.589.480 54.987.965 8,7 Pendapatan 7.070.415 8.494.677 20,14 BII Simpanan 93 59.507.744 56.465.283 5,39 Aset 71.624.563 71.624.563 Biaya Tenaga Kerja 1.137.429 1.137.429 Pembiayaan 49.695.623 53.722.271 8,1 Pendapatan 7.688.299 8.311.253 8,1 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 BRI mengalami inefisiensi yang terletak pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 328.778.818 juta, padahal targetnya hanya sebesar 297.722.969 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,43 persen. Sedangkan jumlah output BRI adalah 241.064.755 juta pembiayaan dan 43.160.319 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai sebesar 295.910.730 juta pembiayaan dan 52.979.962 juta 83 pendapatan. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan sebesar 22,75 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Ketidakefisienan pada BCA terletak pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan mencapai 277.533.692 juta, sedangkan target inputnya hanya sebesar 232.135.821 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 19,55 persen. Pada sisi lain jumlah output pembiayaannya adalah sebesar 154.001.943 juta, sedangkan jumlah output pendapatannya adalah sebesar 28.998.395. Jumlah output tersebut jauh dari target yang seharusnya dapat dicapai, yaitu 235.582.617 juta pembiayaan dan 44.359.945 juta pendapatan. untuk mencapai efisiensi 100 persen, maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 52,97 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. BNI mengalami pemborosan pada input simpanan, dikarenakan ada perbedaan antara nilai actual dan nilai target. Jumlah simpanan yang digunakan adalah sebesar 190.455.122 juta, padahal target inputnya hanya berjumlah 183.132.629 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4 persen. Kedua output BNI juga tidak efisien, karena jumlah outputnya hanya 133.222.846 juta pembiayaan dan 22.964.053 juta pendapatan. Padahal target outputnya mencapai 179.932.540 juta pembiayaan dan 31.015.544 juta pendapatan. Hal yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,06 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. 84 Bank CIMB Niaga menjadi bank inefisien selanjutnya dengan membutuhkan peningkatan efisiensi 16,65 persen untuk input simpanan dikarenakan penggunaan simpanan sebesar 115.349.204 juta, padahal targetnya hanya 98.881.669 juta. Kedua outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 102.074.749 juta pembiayaan dan 20.818.413 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai sebesar 103.460.905 juta pembiayaan dan 21.101.123 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,35 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. Bank inefisien selanjutnya adalah Bank Permata dengan jumlah output 50.589.480 juta pembiayaan dan 7.070.415 juta pendapatan, sedangkan target yang dapat dicapai sebesar 54.987.965 juta pembiayaan dan 8.494.677 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 8,7 persen untuk pembiayaan, dan 20,14 persen untuk pendapatan. Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2010 adalah BII. Input simpanan yang digunakan BNI adalah 59.507.744 juta, sedangkan target inputnya sebesar 56.465.283 juta. Maka yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi input simpanan sebesar 5,39 persen. Pada output BII, jumlah outputnya adalah 49.695.623 juta pembiayaan dan 7.688.299 pendapatan. Jumlah tersebut tidak seusai dengan target outputnya yang mencapai 53.722.271 juta pembiayaan dan 8.311.253 juta pendapatan. Maka yang harus diupayakan adalah 85 peningkatan efisiensi sebesar 8,1 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Tahun 2010 jumlah bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen berkurang dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya tiga bank. Tabel 4.13 menunjukkan tiga bank konvensional yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen dengan nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.13 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Danamon Simpanan 100 79.541.163 79.541.163 Aset 113.860.553 113.860.553 Biaya Tenaga Kerja 2.545.038 2.545.038 Pembiayaan 75.090.482 75.090.482 Pendapatan 40.744.621 40.744.621 Panin Bank Simpanan 100 75.054.982 75.054.982 Aset 106.507.838 106.507.838 Biaya Tenaga Kerja 550.017 550.017 Pembiayaan 57.549.199 57.549.199 Pendapatan 8.931.165 8.931.165 BTN Simpanan 100 45.332.650 45.332.650 Aset 68.334.110 68.334.110 Biaya Tenaga Kerja 728.772 728.772 Pembiayaan 48.624.640 48.624.640 Pendapatan 10.472.735 10.472.735 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 86 Pada tahun 2011, tidak terjadi perubahan jumlah dan nama bank yang inefisien, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Untuk penjabaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14. Bank Mandiri tidak menggunakan input simpanannya secara maksimal, hal tersebut terlihat dengan jumlah simpanan yang tidak sesuai target inputnya. Jumlah input simpanan yang dialokasikan sebesar 380.236.178 juta, padahal target inputnya adalah 373.097.399 juta. Hal yang mesti diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 1,91 persen. Disisi lain, output Bank Mandiri berjumlah 273.806.876 juta pembiayaan dan 44.885.941 juta pendapatan, padahal target yang seharusnya dicapai adalah 339.128.660 pembiayaan dan 62.864.930 pendapatan. Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 23,85 persen pembiayaan dan 40,05 persen pendapatan. Tabel 4.14 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Mandiri Simpanan 81 380.236.178 373.097.399 1,91 Aset 491.224.513 491.224.513 Biaya Tenaga Kerja 5.097.336 5.097.336 Pembiayaan 273.806.876 339.128.660 23,85 Pendapatan 44.885.941 62.864.930 40,05 BRI Simpanan 83 372.083.736 365.023.933 1,93 Aset 456.381.943 456.381.943 Biaya Tenaga Kerja 7.695.139 7.695.139 Pembiayaan 283.877.226 340.326.898 19,88 87 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Pendapatan 53.195.127 63.773.106 19,88 BCA Simpanan 73 323.457.283 295.536.564 9,44 Aset 378.651.728 378.651.728 Biaya Tenaga Kerja 4.820.533 4.820.533 Pembiayaan 202.268.609 278.058.376 37,47 Pendapatan 32.660.092 53.185.947 62,84 BNI Simpanan 74 224.901.974 224.901.974 Aset 289.458.487 289.458.487 Biaya Tenaga Kerja 4.313.755 4.313.755 Pembiayaan 158.164.744 214.770.605 35,79 Pendapatan 27.152.113 39.018.679 43,7 Bank Permata Simpanan 88 79.258.385 79.258.385 Aset 101.537.861 101.537.861 Biaya Tenaga Kerja 1.403.686 1.403.686 Pembiayaan 65.859.107 74.988.831 13,86 Pendapatan 8.971.378 14.001.685 56,07 BII Simpanan 93 70.075.044 70.075.044 Aset 90.740.977 90.740.977 Biaya Tenaga Kerja 1.386.973 1.386.973 Pembiayaan 62.574.123 67.379.396 7,68 Pendapatan 9.168.357 12.084.129 31,8 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 BRI mengalami inefisiensi pada input simpanan dengan jumlah yang dialokasikan sebesar 372.083.736 juta, padahal target efisiensi inputnya sebesar 365.023.933 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,93 persen. Kedua output BRI juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 283.877.226 juta pembiayaan dan 340.326.898 juta pendapatan, 88 padahal target outputnya mencapai 340.326.898 juta pembiayaan dan 63.773.106 juta pendapatan. BCA merupakan bank konvensional yang tingkat efisiensinya paling rendah di tahun 2011. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BCA berjumlah 323.457.283 juta, sedangkan target inputnya berjumlah 295.536.564 juta. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 9,44 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya sebesar 202.268.609 juta pembiayaan dan 32.660.092 juta pendapatan. Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai 278.058.376 juta pembiayaan dan 53.185.947 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 37,47 persen pembiayaan dan 62,84 persen pendapatan. Bank selanjutnya adalah BNI yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada BNI adalah sebesar 158.164.744 juta pembiayaan dan 27.152.113 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 214.770.605 juta pembiayaan dan 39.018.679 pendapatan. Maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,79 persen untuk pembiayaan dan 43,7 persen untuk pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output adalah 65.859.107 juta pembiayaan dan 14.001.685 juta pendapatan, sedangkan target yang 89 perlu dicapai sebesar 74.988.831 juta pembiayaan dan 14.001.685 juta pendapatan Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 adalah BII. Ketidakefisienan BII terjadi pada kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Output BII berjumlah 62.574.123 juta pembiayaan dan 9.168.357 juta pendapatan. jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai 67.379.396 juta pembiayaan dan 12.084.129 pendapatan. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 7,36 persen pembiayaan dan 12.084.129 persen pendapatan. Pada sisi bank konvensional yang efisien, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun 2011. Tabel 4.15 menunjukkan bank-bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen beserta nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.15 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank CIMB Niaga Simpanan 100 127.652.056 127.652.056 Aset 164.238.923 164.238.923 Biaya Tenaga Kerja 2.009.404 2.009.404 Pembiayaan 120.194.922 120.194.922 Pendapatan 23.178.882 23.178.882 Bank Danamon Simpanan 87.993.957 87.993.957 90 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Aset 127.128.138 127.128.138 Biaya Tenaga Kerja 100 2.695.073 2.695.073 Pembiayaan 86.699.835 86.699.835 Pendapatan 18.009.027 18.009.027 Panin Bank Simpanan 100 85.536.601 85.536.601 Aset 118.991.272 118.991.272 Biaya Tenaga Kerja 726.948 726.948 Pembiayaan 70.817.519 70.817.519 Pendapatan 11.632.924 11.632.924 BTN Simpanan 100 58.649.604 58.649.604 Aset 89.253.345 89.253.345 Biaya Tenaga Kerja 911.559 911.559 Pembiayaan 59.337.756 59.337.756 Pendapatan 8.995.123 8.995.123 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 Pada tahun 2012, bank konvensional yang mengalami inefisiensi adalah Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII dan BTN sesuai dengan Tabel 4.16. Input simpanan Bank Mandiri mengalami inefisiensi karena input simpanannya berjumlah 435.458.912 juta, padahal target inputnya hanya 433.606.868 juta. Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 0,42 persen. Sedangkan output Bank Mandiri berjumlah 339.973.690 juta pembiayaan dan 48.535.454 juta pendapatan, padahal target seharusnya mencapai 400.731.101 juta pembiayaan dan 57.084.103 juta pendapatan. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 91 17,87 persen untuk output pembiayaan dan 17,61 persen untuk output pendapatan. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yakni pembiayaan dan pendapatan. Jumlah simpanan yang dialokasikan berjumlah 370.278.094 juta, padahal target inputnya hanya 348.173.878. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,35 persen. sedangkan jumlah outputnya adalah sebesar 256.713.553 juta pembiayaan dan 38.541.400 juta pendapatan, sedangkan target outputnya mencapai 324.488.653 juta pembiayaan dan 48.012.516 juta pendapatan. Maka upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 26,4 persen untuk output pembiayaan dan 24,57 persen untuk output pandapatan. Tabel 4.16 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Mandiri Simpanan 85 435.458.912 433.606.868 0,42 Aset 561.164.590 491.224.513 Biaya Tenaga Kerja 6.228.024 6.228.024 Pembiayaan 339.973.690 400.731.101 17,87 Pendapatan 48.535.454 57.084.103 17,61 BCA Simpanan 80 370.278.094 348.173.878 6,35 Aset 436.741.456 436.741.456 Biaya Tenaga Kerja 5.694.720 5.694.720 Pembiayaan 256.713.553 324.488.653 26,4 Pendapatan 38.541.400 48.012.516 24,57 92 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen BNI Simpanan 78 249.027.580 249.027.580 Aset 324.781.709 324.781.709 Biaya Tenaga Kerja 5.055.376 5.055.376 Pembiayaan 192.656.744 247.426.692 28,42 Pendapatan 29.517.085 37.908.430 28,42 Bank CIMB Niaga Simpanan 95 144.144.127 144.144.127 Aset 192.705.029 192.705.029 Biaya Tenaga Kerja 2.572.600 2.572.600 Pembiayaan 133.605.301 141.359.657 5,8 Pendapatan 19.644.480 20.784.631 5,8 Bank Permata Simpanan 85 97.884.824 97.060.718 0,85 Aset 132.150.360 132.150.360 Biaya Tenaga Kerja 1.850.141 1.850.141 Pembiayaan 86.955.200 101.757.967 17,02 Pendapatan 11.534.387 14.279.142 23,8 BII Simpanan 85 85.469.916 85.069.117 0,47 Aset 111.548.790 111.548.790 Biaya Tenaga Kerja 1.662.817 1.662.817 Pembiayaan 74.318.622 87.081.526 17,17 Pendapatan 10.198.769 12.628.675 23,82 BTN Simpanan 98 75.782.530 75.782.530 Aset 111.875.325 111.875.325 Biaya Tenaga Kerja 1.011.747 1.011.747 Pembiayaan 75.410.705 76.649.222 1,64 Pendapatan 9.673.959 9.832.840 1,64 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2 Tabel 4.16 menunjukkan bahwa BNI belum mampu menghasilkan output secara maksimal. Jumlah outputnya sebesar 192.656.744 juta pembiayaan dan 29.517.085 juta pendapatan, padahal target yang harus 93 dicapai sebesar 247.426.692 juta pembiayaan dan 37.908.430 juta pendapatan. Maka perbaikan efisiensinya adalah sebesar 28,42 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional yang inefisien di tahun 2012 selanjutnya adalah Bank CIMB Niaga dengan jumlah output sebesar 133.605.301 juta pembiayaan dan 19.644.480 juta pendapatan, padahal target yang dapat dicapai sebesar 141.359.657 juta pembiayaan dan 20.784.631 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 5,8 persen untuk output pembiayaan dan pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 97.884.824 juta, padahal target inputnya hanya 97.060.718 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,85 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah 86.955.200 juta pembiayaan dan 11.534.387 juta pendapatan, padahal target outputnya sebesar 101.757.967 juta pembiayaan dan 14.279.142 juta pendapatan. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 17,02 persen untuk output pembiayaan dan 23,8 persen untuk output pendapatan. Bank konvensional inefisien selanjutnya adalah BII dengan inefisiensi yang terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 85.469.916 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 85.069.117 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,47 persen. 94 sedangkan output BII berjumlah 74.318.622 juta pembiayaan dan 10.198.769 juta pendapatan, padahal target outputnya mencapai 87.081.526 juta pembiayaan dan 12.628.675 juta pendapatan. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 17,17 persen pembiayaan dan 23,82 persen pendapatan. Bank inefisien terakhir di tahun 2012 adalah BTN yang membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,64 persen untuk kedua outputnya pembiayaan dan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar 75.410.705 juta pembiayaan dan 9.673.959 juta pendapatan, berbeda dengan target outputnya sebesar 76.649.222 juta pembiayaan dan 9.832.840 juta pendapatan. Sedangkan bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen di tahun 2012 adalah BRI, Bank Danamon, dan Panin Bank. Tabel 4.17 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.17 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen BRI Simpanan 100 436.084.418 436.084.418 Aset 547.591.919 547.591.919 Biaya Tenaga Kerja 9.348.523 9.348.523 Pembiayaan 347.953.020 347.953.020 Pendapatan 69.178.558 69.178.558 95 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi Juta Rupiah Juta Rupiah Improvement Persen Persen Bank Danamon Simpanan 100 90.605.236 90.605.236 Aset 130.391.429 130.391.429 Biaya Tenaga Kerja 3.063.563 3.063.563 Pembiayaan 91.532.966 91.532.966 Pendapatan 18.780.212 18.780.212 Panin Bank Simpanan 100 101.503.070 101.503.070 Aset 141.788.920 141.788.920 Biaya Tenaga Kerja 935.938 935.938 Pembiayaan 91.765.984 91.765.984 Pendapatan 11.725.984 11.725.984 Sumber: Data diolah Output MaxDEA 5.2

2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI BANK SYARI’AH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 13 20

Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

0 11 166

Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada bank Muamalat Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BRI Syariah Periode 2010-2012)

0 10 143

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

ANALISISKINERJA KEUANGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

2 12 83

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah Dan Bank Umum Konvensional Dengan Metode Data Evelopment Analysis (Dea) Periode 2010-2014.

0 4 16

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah Dan Bank Umum Konvensional Dengan Metode Data Evelopment Analysis (Dea) Periode 2010-2014.

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)(periode tahun 2008 - 2012).

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)(periode tahun 2008 - 2012).

0 1 11

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)(periode tahun 2008 - 2012).

0 1 10