1. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan saran dan rekomendasi
serta mencegah maladministrasi dalam pelaksanaan pelayanan public 2.
Mendorong penyelenggara negara dan pemerintahan agar lebih efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme 3.
Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaraan hukum masyarakat dan supremasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran serta keadilan
4. Mendorong terwujudnya sistem pengaduan masyarakat yang terintegrasi
berbasis teknologi informasi
C. Struktur Organisasi Ombudsman Republik Indonesia
Menurut Peraturan Ombudsman RI No.4 Tahun 2010, Struktur Organisasi Ombudsman Republik Indonesia terdiri atas:
a. Ketua, Wakil, dan Anggota Ombudsman;
Ketua Ombudsman terdiri atas 1 satu orang Ketua merangkap anggota, kemudian 1 satu orang Wakil Ketua merangkap anggota dan 7
tujuh orang anggota. Dalam hal Ketua Ombudsman berhalangan, Wakil Ketua Ombudsman menjalankan tugas dan kewenangan Ketua
Ombudsman. b.
Sekretariat Jenderal; Ombudsman dibantu oleh sebuah sekretariat yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris
Jenderal. Sekretaris
Jenderal diangkat
dan
diberhentikan oleh Presiden. Adapun Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Jenderal dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang kepegawaian. c.
Asisten Ombudsman ; dan Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Ombudsman dibantu
oleh asisten
Ombudsman. Asisten
Ombudsman diangkat
atau diberhentikan oleh Ketua Ombudsman berdasarkan persetujuan rapat
anggota Ombudsman. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian serta tugas dan tanggung jawab
asisten Ombudsman diatur dengan Peraturan Ombudsman. d.
Perwakilan Ombudsman Perwakilan Ombudsman adalah kantor Ombudsman di provinsi atau
kabupatenkota yang
mempunyai hubungan
hierarkis dengan
Ombudsman.
D. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik Indonesia berfungsi mengawasi tugas penyelenggaraan negara untuk melindungi masyarakat berkenaan dengan
pelayanan kepada masyarakat. Tugas yang harus dilakukan oleh Ombudsman meliputi kegiatan melayani, menerima dan menindaklanjuti laporan dari
masyarakat berkaitan dengan keluhan terhadap pelayanan umum oleh penyelenggara negara, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-
lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat dan badan kemasyarakatan dalam rangka memaksimalkan fungsi, tugas dan wewenang Ombudsman,
sosialisasi Ombudsman, mempersiapkan jaringan, organisasi dan tenaga Ombudsman Daerah, melakukan tugas-tugas lain untuk mencapai tujuan
Ombudsman Republik Indonesia maupun melakukan investigasi atas inisiatif sendiri.
59
Ombudsman Republik Indonesia berwenang menerima laporan dan mempelajari laporan tersebut apakah termasuk dalam ruang lingkup
kewenangan, meminta keterangan secara lisan atau tertulis kepada para pihak, memeriksa dan meminta dokumen-dokumen serta meminta fotocopy,
membuat rekomendasi dan bila perlu mengumumkan kepada publik. Ombudsman juga dapat menyampaikan saran-saran kepada pihak-pihak
terkait misalnya Presiden, Kepala Daerah atau DPR dalam rangka perbaikan peraturan atau perbaikan layanan umum.
Selain kewenangan di atas Ombudsman menyampaikan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi sebagai tindaklanjut apabila terdapat laporan
yang merupakan wewenang Mahkamah Konstitusi.
Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman bertugas:
59
Antonius Sujata, dkk, Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang, Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002, h. 22.
a. Menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
b. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;
d. Melakukan investigasi
atas prakarsa
sendiri terhadap
dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan;
f. Membangun jaringan kerja;
g. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan
h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang- undang.
Selanjutnya dalam menjalankan fungsi dan tugas, menurut ketentuan Pasal 8 UU No. 38 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,
Ombudsman berwenang:
a. Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dan Pasal 7, Ombudsman berwenang: b.
Meminta keterangan secara lisan danatau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman; c.
Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
d. Meminta klarifikasi danatau salinan atau photocopy dokumen yang
diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
e. Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan Laporan; f.
Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;
g. Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi danatau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;
h. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
Rekomendasi.
Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Ombudsman berwenang:
a. Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan
Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi danatau prosedur pelayanan publik;
b. Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat danatau
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah danatau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.
Berkaitan dengan mekanisme pengawasan oleh Ombudsman, menurut ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia, menyatakan bahwa :
1 Ombudsman memeriksa Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
2 Dalam hal Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdapat kekurangan, Ombudsman memberitahukan secara tertulis kepada Pelapor
untuk melengkapi Laporan;
3 Pelapor dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal Pelapor menerima pemberitahuan dari Ombudsman harus
melengkapi berkas Laporan;
4 Dalam hal Laporan tidak dilengkapi dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Pelapor dianggap mencabut Laporannya.
Selanjutnya ketentuan Pasal 26 menyatakan :
1 Dalam hal berkas Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dinyatakan lengkap, Ombudsman segera melakukan pemeriksaan
substantif;
2 Berdasarkan hasil pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Ombudsman dapat menetapkan bahwa Ombudsman:
a. tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan; atau
b. berwenang melanjutkan pemeriksaan.
Berdasarkan ketentuan
tersebut, pada
dasarnya mekanisme
pengawasan Ombudsman adalah diawali dengan adanya laporan, untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Ombudsman. Jadi apabila tidak adanya
laporan, maka pengawasan Ombudsman bersifat pasif.
Dalam memeriksa Laporan tersebut Ombudsman tidak hanya mengutamakan kewenangan yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan,
namun Ombudsman dituntut untuk mengutamakan pendekatan persuasif kepada para pihak agar penyelenggara negara dan pemerintahan mempunyai
kesadaran sendiri dapat menyelesaikan Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan menggunakan pendekatan
ini berarti tidak semua laporan harus diselesaikan melalui mekanisme rekomendasi.
Hal ini yang membedakan Ombudsman dengan lembaga penegak hukum atau pengadilan dalam menyelesaikan laporan. Dalam melakukan
pemeriksaan atas laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil terlapor dan saksi untuk dimintai keterangannya. Apabila terlapor dan saksi
telah dipanggil tiga kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah, Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian Negara
Republik Indonesia untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa subpoena power. Penjelasan UU 372008.
Untuk menegakkan UU 372008, diatur pula mengenai pemberian sanksi administratif dan pidana. Sanksi administrastif diberlakukan bagi
terlapor dan atasan terlapor yang tidak melaksanakan rekomendasi Ombudsman, sedangkan sanksi pidana diberlakukan bagi setiap orang yang
menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan.
Di berbagai negara, rekomendasi Ombudsman hanya bersifat mengikat secara moral morally binding, di Indonesia bersifat mengikat secara
hukum legally binding. Apabila ada warga negara Indonesia atau penduduk yang merasa ada pelayanan publik yang tidak baik, maka berhak
menyampaikan laporan kepada Ombudsman secara gratis dengan ketentuan:
- Disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
- Laporan pengaduan harus disertai kronologi kasus yang dijabarkan
secara jelas dan sistematis serta ditandatangani.
- Mencantumkan identitas diri, antara lain fotokopi KTP SIMpaspor.
- Melampirkan fotokopi data pendukung secukupnya.
- Laporan pengaduan tertulis dapat dikirim melalui pos, diantar langsung ke kantor Ombudsman Republik Indonesia, atau melalui
website www.ombudsman.go.id
64
BAB IV KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS
PELAYANAN PUBLIK DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA
A. Ombudsman Republik Indonesia Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia
Amandemen UUD 1945 menetapkan lembaga-lembaga negara di pemerintahan pusat adalah :
60
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR 2. PresidenWakil Presiden dan Kementerian Negara;
3. Dewan Perwakilan Rakyat DPR; 4. Dewan Perwakilan Daerah DPD;
5. Badan Pemeriksa Keuangan BPK; 6. Mahkamah Agung MA;
7. Mahkamah Konstitusi MK. Lembaga-lembaga negara di pemerintahan daerah menurut amandemen
UUD 1945, adalah : 1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD;
2. Pemerintahan Daerah Propinsi, KabupatenKota.
60
Saiful Anwar, Sendi-sendi Hukum Tata Negara Indonesia Era Reformasi, Medan: Gelora Madani Press, 2004, h. 101.