BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini dikemukakan tentang informasi secara
keseluruhan dari penulisan ini, yang meliputi latar belakang, pokok permasalahan, maksud dan tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori
yang dijadikan dasar dalam pembahasan dan penganalisaan masalah serta beberapa definisi dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, dalam bab ini dikemukakan mengenai
pendekatan dari metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data, kompilasi data dan pengambilan sampel serta metode untuk menentukan ukuran sampel.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, dalam bab ini
dikemukakan mengenai teknik dan metode pengumpulan data baik primer maupun sekunder kemudian data diolah menjadi sebuah informasi dengan menggunakan
metode tertentu dan selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN, dalam bab ini berisi analisis dan
pembahasan serta pemecahan masalah terhadap hasil pengolahan data dengan menggunakan metode yang dijelaskan pada bab 3.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN, dalam bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan hasil penelitian, saran-saran berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang mungkin dapat dilaksanakan oleh pengambil kebijaksanaan.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bangkitan Pergerakan
Bangkitan Pergerakan Trip Generation adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan
atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona Tamin, 1997. Bangkitan Pergerakan Trip Generation adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan
oleh suatu zona atau tata guna lahan persatuan waktu Wells, 1975. Bangkitan Pergerakan Trip Generation adalah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan
waktu pada suatu zona tata guna lahan Hobbs, 1995. Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab perjalanan
adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan,
dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan kegiatan. Jadi terdapat dua
pembangkit pergerakan, yaitu : 1. Trip Production adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona
2. Trip Attraction adalah jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Trip production dan trip attraction dapat dilihat pada Gambar II.1 berikut ini:
Zi Zj
Trip Production
Gambar II.1. Trip Production Dan Trip Attraction
Trip Attraction
Trip production digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai asal danatau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan
oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Trip attraction digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal danatau tujuan bukan
rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah Tamin, 1997, seperti terlihat pada Gambar II.2 berikut ini:
Rumah
Tempat Belanja
Tarikan Tarikan
Tarikan
Bangkitan Bangkitan
Bangkitan
Tempat Kerja
Tempat Kerja
Bangkitan Tarikan
Gambar II.2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Bangkitan dan tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan bangkitan pergerakan pada masa sekarang, yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan
pada masa mendatang. Bangkitan pergerakan ini berhubungan dengan penentuan jumlah keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan.
Parameter tujuan perjalanan yang berpengaruh di dalam produksi perjalanan Levinson, 1976, adalah:
1. Tempat bekerja
2. Kawasan perbelanjaan
3. Kawasan pendidikan
4. Kawasan usaha bisnis
5. Kawasan hiburan rekreasi
Dalam model konvensional dari bangkitan perjalanan yang berasal dari kawasan perumahan terdapat asumsi bahwa kecenderungan masyarakat dari kawasan
tersebut untuk melakukan perjalanan berkaitan dengan karakteristik status sosial– ekonomi dari masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya yang terjabarkan dalam
beberapa variabel, seperti: kepemilikan kendaraan, jumlah anggota keluarga, jumlah penduduk dewasa dan tipe dari struktur rumah.
Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang saling terkait satu dengan yang lain Tamin, 1997, yaitu:
1. Bangkitan pergerakan Trip generation
2. Distribusi perjalanan Trip distribution
3. Pemilihan moda Modal split
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
4. Pembebanan jaringan Trip assignment
Untuk lingkup penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya pada lingkup bangkitan pergerakan trip generation.
II.2 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan
Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita dunia sebenarnya secara
terukur Tamin, 1997, termasuk diantaranya: 1.
Model fisik 2.
Peta dan diagram grafis 3.
Model statistika dan matematika persamaan Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu,
seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan. Pemodelan transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam perencanaan transportasi. Lembaga,
pengambil keputusan, masyarakat, administrator, peraturan dan penegak hukum adalah beberapa unsur lainnya.
Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan model dapat memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi. Karakteristik sistem transportasi
untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD sering dianalisis dengan model. Model memungkinkan untuk mendapatkan penilaian yang cepat terhadap alternatif-alternatif
transportasi dalam suatu daerah Morlok, 1991.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Model dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan dengan sistem prasarana transportasi dengan menggunakan beberapa seri fungsi
atau persamaan model matematik. Model tersebut dapat menerangkan cara kerja sistem dan hubungan keterkaitan antar sistem secara terukur. Salah satu alasan
penggunaan model matematik untuk mencerminkan sistem tersebut adalah karena matematik adalah bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa verbal.
Ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang jauh lebih baik dari pada penjelasan dengan bahasa verbal Black,
1981. Tahapan pemodelan bangkitan pergerakan bertujuan meramalkan jumlah
pergerakan pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosial-ekonomi, serta tata guna lahan.
II.2.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisis regresi linear berganda Multiple Linear Regression Analysis yang paling sering digunakan baik
dengan data zona agregat dan data rumah tangga atau individu tidak agregat. Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghasilkan hubungan
dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam menggunakan
metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut: 1.
Variabel terikat Y merupakan fungsi linear dari variabel bebas X.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat.
3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.
4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai
semua variabel terikat. 5.
Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati normal. Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan trip generation yang
berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting yang berkaitan dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat kerja, sekolah dan
perdagangan Tamin, 1997, yaitu: 1.
Pendapatan rumah tangga 2.
Kepemilikan kendaraan 3.
Struktur rumah tangga 4.
Ukuran rumah tangga 5.
Aksesibilitas Secara khusus penelitian ini mengkaji faktor-faktor tersebut, termasuk
menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh di obyek penelitian. Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis regresi linear
berganda Algifari, 2000, adalah sebagai berikut : a.
Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel
bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar utuk mewakili.
b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan
model yang paling sesuai fit menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi
linear berganda Multiple Linear Regression Analysis. Analisis regresi linear berganda Multiple Linear Regression Analysis yaitu
suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai
korelasi yang besar dengan variabel terikatnya. 2.
Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka
untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara sesama variabel bebas.
3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke
dalam persamaan model regresi linear berganda:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
…….. + b
n
X
n
Dimana: Y = variabel terikat jumlah produksi perjalanan, terdiri dari:
a = konstanta angka yang akan dicari
b
1
,b
2
….b
n
= koefisien regresi angka yang akan dicari X
1
, X
2
… X
n
= variabel bebas faktor-faktor berpengaruh
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
II.2.2 Konsep Metode Analisis Kategori
Metode analisis kategori dikembangkan pertama sekali pada The Puget Sound Transportation Study pada tahun 1964. Metode analisis kategori ini didasarkan pada
adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga. Asumsi dasarnya adalah tingkat bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu
untuk setiap stratifikasi rumah tangga tertentu Tamin, 1997. Analisis kategori merupakan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasikan hubungan antar berbagai variabel yang berpengaruh terhadap aspek penentuan tujuan destination. Konsep dasarnya sederhana, dan variabel yang
umum digunakan dalam analisis kategori adalah: 1.
Ukuran rumah tangga jumlah orang 2.
Kepemilikan kendaraan 3.
Pendapatan rumah tangga Kategori ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata tingkat bangkitan
pergerakan dari data empiris dibebankan untuk setiap kategori. Kategori ini kemudian digunakan untuk menentukan sifat ketergantungan antar variabel.
Persamaan analisis kategori yang digunakan untuk bangkitan pergerakan
dengan tujuan ‘p’ yang dilakukan oleh orang berjenis ’n’ di zona ‘i’ adalah berikut ini
Tamin 1997:
O
i np
= a
i
h t
p
h
h H
n
h
Dimana:
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
i = zona asal
p = zona tujuan
n = jenis orang dengan atau tanpa kendaraan
a
i
h = jumlah rumah tangga dengan jenis ‘h’ di zona ‘i’ H
n
h = rumah tangga dengan jenis ‘h’ yang berisikan orang berjenis ‘n’ t
p
h = perbandingan rata-rata nilai
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda dengan alasan, yaitu:
1. Analisis kategori mempunyai lebih sedikit batasan dibandingkan dengan
analisis regresi linear, misalnya analisis kategori tidak mengasumsikan adanya hubungan linear.
2. Pada analisis kategori tidak ada uji statistik untuk menguji keabsahan model,
sedangkan analisis regresi linear dilakukan uji statistik.
II.3 Karakteristik Pelaku Perjalanan
Faktor penting yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan dengan ciri sosial-ekonomi pelaku perjalanan, termasuk tingkat penghasilan, kepemilikan
kendaraan, struktur dan besarnya keluarga, kerapatan pemukiman, macam pekerjaan dan lokasi tempat pekerjaan Bruton, 1985.
II.3.1 Faktor Sosial Ekonomi
Yang termasuk faktor sosial ekonomi dari penduduk yang berpengaruh dalam pengadaan terjadinya perjalanan adalah faktor-faktor yang merupakan kondisi
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
kehidupan ekonomi penduduk, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja. Penduduk dari suatu kawasan pemukiman akan menghasilkan perjalanan yang
berbeda dengan kawasan lain. Jumlah anggota keluarga yang banyak misalnya akan menghasilkan frekuensi
perjalanan yang jumlahnya lebih banyak daripada keluarga yang jumlah anggotanya lebih sedikit. Sementara bagi pedagang semakin besar uang yang dikeluarkan untuk
sewa rumah atau modal usaha, maka akan semakin besar pula sumber-sumber yang harus diusahakan untuk pengeluaran biaya perjalanan, yang mengakibatkan jumlah
perjalanan semakin besar. Kemampuan untuk membayar suatu perjalanan akan mempengaruhi jumlah
perjalanan yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga. Begitu pula dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya dapat memenuhi kebutuhan biaya
perjalanannya dari pada keluarga yang berpendapatan rendah. Pekerjaan dari kepala keluarga dapat dijadikan sebagai indikator yang mencerminkan tingkat pendapatan
keluarga tersebut. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dipengaruhi oleh
tersedianya alat angkut dan sistem jalan yang baik. Kepemilikan kendaraan bermotor, atau jumlah kendaraan yang tersedia untuk dipakai setiap anggota keluarga
memberikan pengaruh yang penting terhadap terjadinya perjalanan, dimana keluarga yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung memberikan lebih banyak
perjalanan dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
bermotor atau tidak memiliki. Namun keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan bermotor akan menggunakan cara yang lebih efektif.
Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga akan semakin besar pula produksi perjalanan yang dilakukannya. Demikian pula pendapatan keluarga ini
cenderung berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan bermotor.
Besarnya keluarga, jenis kelamin, usia, proporsi angkatan kerja perempuan yang kawin, jenis kekayaan dan jenis pekerjaan kepala keluarga adalah faktor yang
mempengaruhi perjalanan. Penelitian di Milwauke, Wiscounsin menunjukkan korelasi negative antara status sosial dengan penggunaan angkutan umum penumpang Bruton,
1985. Penelitian ini dilakukan pada tahun 1974, namun gejalanya kurang lebih sama dengan yang berlaku di Indonesia sekarang, yaitu para pemilik kendaraan cenderung
menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan angkutan umum penumpang.
II.4 Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan
Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan atau perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan antara distribusi spasial perjalanan
dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat dalam suatu wilayah, yaitu bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang
dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kawasan tersebut. Bangkitan
perjalanan trip generation berhubungan dengan penentuan jumlah
perjalanan keseluruhan yang dibangkitkan oleh suatu kawasan. Dalam kaitan antara
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
aktifitas manusia dan antar wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan.
II.4.1 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan
Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah mubazir karena perencanaan transportasi pada dasarnya adalah usaha untuk mengantisipasi
kebutuhan akan pergerakan di masa mendatang dan faktor aktifitas yang direncanakan merupakan dasar analisisnya. Skema interaksi hubungan transportasi dan penggunaan
lahan dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut ini:
Guna Lahan Aksessibilitas
Transportasi
Pola Kegiatan
Gambar II.3. Skema Interaksi Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan
Model interaksi guna lahan dan transportasi yang ada saat ini dapat dikelompokkan dalam 2 dua kelompok besar yaitu model transportasi dan model
guna lahan. Keseluruhan model interaksi guna lahan dan transportasi dapat dikelompokkan
menjadi 4 empat model yaitu: model Konvensional model 4 tahap, model Behavioural, model Linked, model Integrasi.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Model Konvensional model 4 tahap terdiri dari sub model bangkitan perjalanan trip generation yang merupakan fungsi dari faktor tata guna lahan dan
faktor sosial ekonomi, distribusi perjalanan trip distribution, pemilihan moda modal split, pemilihan rute triptraffic assignment. Tahapan model konvensional dalam
perencanaan transportasi, dapat dilihat pada Gambar II.4 berikut ini:
Trip Generation
Trip Distribution
Modal Split
Traffic Assignment Feed Bac
k
- Land Use Data
- Travel Generation
Factors -
Friction of Space Factors
- Calibration Factors
- Transportation
Network
Gambar II.4. Tahapan Model Konvensional Transportasi
Model Behavioural didasarkan bahwa pelaku perjalanan akan terus melakukan
pilihan individual or person based atau bukan berbasis zona. Pelaku perjalanan akan melakukan pilihan didasarkan pada utilitas yang merupakan fungsi dari aksesibilitas
dan daya tarik tujuan perjalanan. Model behavioural yang dikenal adalah Multinominal Logit Models yang didasarkan pada teori Random Utility.
Model Linked melakukan analisis sistem transportasi serta analisis terhadap
alokasi penduduk dan pusat aktifitas tetapi guna lahan merupakan exogenous variable. Model linked yang dikenal adalah Selnec Model. Pada Selnec model out put dari model
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
guna lahan menjadi input untuk model transportasi. Jadi pada model ini aksesibilitas digunakan untuk analisis distribusi perjalanan pada model transportasi dan untuk model
guna lahan. Kelemahan model linked ini adalah analisis trip generation masih bersifat in elastic terhadap biaya perjalanan generalized cost. Pada model linked ini terdapat
time lag antara model guna lahan dan model transportasi sehingga model guna lahan dianggap sebagai variable exogenous.
Model integrasi merupakan model yang melakukan analisis guna lahan alokasi penduduk dan pusat aktifitas dan sistem transportasi secara terintegrasi. Pada model
integrasi analisis guna lahan yang dilakukan selain mempertimbangkan faktor aksesibilitas yang merupakan out put dari model transportasi juga mempertimbangkan
daya tarik lahan dan faktor kebijakan. Model integrasi dibedakan berdasarkan model guna lahannya yaitu model guna
lahan yang hanya menganalisis alokasi dari pemukiman penduduk dan model guna lahan yang menganalisis keduanya yaitu alokasi pemukiman penduduk dan alokasi
komersil bisnis. Masing-masing model integrasi tersebut juga dibedakan atas model guna lahan yang mempertimbangkan harga lahan dalam analisisnya dan model yang
tidak mempertimbangkan harga lahan tersebut dalam analisisnya. Masing-masing model tersebut juga dibedakan berdasarkan mode response.
Maksud perjalanan dan biaya perjalanan yang merupakan fungsi dari alokasi penduduk dan alokasi pusat aktifitas pada sebagian model tidak mempengaruhi moda
angkutan yang digunakan, model yang demikian tersebut merupakan model yang mode unresponse. Sebagian dari model tersebut juga melakukan analisis terhadap
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
lingkungan, tetapi aspek lingkungan tidak terbahas karena pada saat ini masalah lingkungan belum menjadi masalah yang crucial pada kota-kota di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa model guna lahan yang pertama adalah Model Lowry 1964. Model Lowrey banyak digunakan atau dikembangkan oleh model-model
guna lahan selanjutnya. Prisip model Lowrey adalah: 1.
Perubahan guna lahan ditentukan oleh Basic Employment, Residential tempat tinggal dan Service Employment.
2. Basic Employment sebagai input awal, kemudian dialokasikan tempat tinggal
berdasarkan lokasi Basic Employment tersebut. Alokasi dari Service Employment didasarkan pada alokasi tempat tinggal.
3. Menggunakan 2 dua persamaan yaitu persamaan untuk alokasi tempat tinggal
dan persamaan untuk alokasi aktifitas.
II.4.2 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan secara komprehensif dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga dan firma-firma yang
mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan didalam wilayah. Perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap penggunaan
setiap lahan Hadi Yunus, 2005. Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun
dimusnahkan menurut administrasi yang jelas luasannya dan batasan geografisnya, bersifat lokasional dimana lokasi pada suatu lahan memiliki ciri dan suasana
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
lingkungan tertentu yang berbeda satu dengan lainnya, memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat kepentingan yang berbeda dapat
menimbulkan konflik diantaranya. Suatu kegiatan yang berlangsung pada suatu lahan atau tanah pada dasarnya
dipengaruhi oleh 3 tiga hal Johara Jayadinata, 1986, yaitu: 1.
Perilaku masyarakat Social Behaviour Masih terdapat nilai – nilai sosial dalam hubungan dengan lahan, misalnya:
kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, pola tradisional dan sebagainya.
2. Berhubungan dengan kegiatan ekonomi
Dalam sistem perekonomian tanah merupakan salah satu faktor modal produksi. Dalam hal ini alokasi tanah dalam kaitannya dengan biaya dan tingkat efisiensi
produksi merupakan salah satu penentu jenis kegiatan perekonomian pada suatu wilayah.
3. Kepentingan umum yang berinteraksi satu dengan lainnya
Kepentingan umum yang menjadi penentu dalam tata guna tanah antara lain kesehatan, keamanan, moral dan kesejahteraan umum yang meliputi
kemudahan, kenyamanan dan sebagainya. Misalnya orang-orang akan ingin tinggal sedekat mungkin dengan tempat kerja, tempat rekreasi dan sebagainya.
Kegiatan industri memilih pilihan lokasi yang dekat dengan tempat pemasaran, sumber bahan, pelabuhan dan sebagainya.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Pembangunan perumahan secara langsung menyangkut berbagai aspek kehidupan dan harkat manusia, hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat menunjang pembangunan itu sendiri yang bersifat lintas sektoral serta saling keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan perumahan dan permukiman yaitu:
1. Faktor Kependudukan
Perkembangan penduduk yang cukup tinggi merupakan masalah yang dapat memberikan pengaruh yang sangat besar khususnya penduduk yang berada
atau berdiam di pusat-pusat kota, sedangkan jumlah rumah yang tersedia yang memenuhi persyaratan sebagai rumah yang layak huni tidak dapat
memenuhi perkembangan jumlah anggota keluarga yang membutuhkan rumah. Pertumbuhan penduduk terutama di kota-kota besar disebabkan
adanya arus urbanisasi dari luar daerah ke daerah perkotaan, baik sebagai pendatang menetap maupun sebagai pendatang yang tidak menetap seperti
mereka pergi bekerja ke kota dan sore hari pulang kembali ke tempat asalnya.
2. Faktor Pertanahan
Dengan adanya arus urbanisasi sebagai fenomena pada saat ini terutama di kota-kota yang sedang berkembang seperti Indonesia memberi dampak
yang akan mempengaruhi pembangunan perumahan dan permukiman
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
sehingga terjadi masalah penyediaan tanah untuk pembangunan tersebut khususnya di daerah perkotaan dan kalaupun ada harus dengan harga yang
sangat tinggi. Akibat keterbatasan tanah-tanah di daerah perkotaan maka para developer atau pengembang mengalihkan pembangunan perumahan
dan permukiman ke daerah pinggiran kota. 3.
Faktor Kelembagaan Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman faktor
kelembagaan sangat berpengaruh karena dengan adanya perangkat kelembagaan yang berfungsi akan dapat diambil suatu kebijakan,
pembinaan serta pelaksanaan dari pembangunan tersebut baik oleh perangkat pemerintah pusat serta pihak swasta yang semuanya merupakan
suatu sistem yang terpadu sedangkan bagi pemerintah daerah memegang peranan penting dalam strategi pelaksanaan pembangunan khususnya
perumahan dan permukiman.
II.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Pengadaan Rumah di Indonesia
Untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di Indonesia berbagai kebijaksanaan pemerintah dalam pengadaan rumah di Indonesia dilakukan melalui:
1. Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilakukan oleh Perum
Perumnas. 2.
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam persatuan pengusaha Real Estate Indonesia REI.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
3. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi
swasta yang dibiayai melalui Kredit Kepemilikan Rumah Bank Tabungan Negara KPR-BTN.
4. Pembangunan perumahan yang dilakukan melalui dana suatu lembaga yang
diperuntukkan bagi pegawainya. 5.
Pembangunan perumahan dan pemukiman transmigrasi yang dilakukan melalui dana dari Departemen Transmigrasi.
6. Pembangunan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat terasing melalui
dana Departemen Sosial. 7.
Pembangunan perumahan dan pemukiman pedesaan melalui koordinasi antara Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Departemen Dalam
Negeri. 8.
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang lainnya. Secara umum maksud dan tujuan pembangunan perumahan dan permukiman
tersebut adalah untuk: 1.
Memperbaiki keadaan perumahan dan lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.
2. Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana dan fasilitas
lingkungan baik perkotaan maupun perdesaan. 3.
Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan dengan lebih mengutamakan tata guna lahan.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Secara lebih khusus pengadaan sekaligus pengawasan terhadap perumahan dan pemukiman melalui kebijakan-kebijakan sebagaimana disebutkan diatas diatur menurut
Undang-Undang No.4 Tahun 1992, tentang perumahan dan permukiman tersebut dijelaskan bahwa penataan perumahan dan pemukiman bertujuan untuk:
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 2.
Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang
rasional. 4.
Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lain.
Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pengadaan perumahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta harus benar-benar
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel II.1 berikut ini menyajikan perkiraan jumlah rumah yang harus
disediakan oleh pemerintah Perumnas dan swasta REI sampai tahun 2010.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel II.1. Perkiraan Jumlah Rumah Yang Harus Disediakan oleh Perumnas dan REI Sampai Tahun 2010
JUMLAH UNIT RUMAH YANG HARUS DISEDIAKAN
DEVELOPER 2001 - 2010
PERUMNAS 35.000 R E I
29.000
JUMLAH 64.000
Sumber: Real Estate Sumatera Utara Direktori, 2000
II.7 Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan Infrastruktur Perkotaan Kawasan perumahan sebagai tempat hunian penduduk merupakan salah satu
masalah pokok yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan para developer. Sebagai tempat tinggal penduduk, lokasi kawasan perumahan harus mudah
menjangkau setiap tempat aktivitas perkotaan, seperti lokasi pekerjaan, kantor instansi pemerintah dan swasta, pasar, pendidikan, dan lain-lain. Kecenderungan penduduk
untuk memilih tempat bermukim sangat dipengaruhi oleh kemudahan untuk menjangkau lokasi-lokasi. Akibat yang ditimbulkan oleh ketidaktepatan lokasi
pemukiman adalah terhambatnya perkembangan kota baik dari segi fisik kota maupun dari segi ekonominya.
II.8 Kawasan Perumahan Untuk Real Estate
Real estate
memiliki pengertian yang cukup luas dan ditafsirkan secara
berbeda-beda oleh masing-masing orang sesuai dengan sudut pandangnya. Real estate memiliki beberapa karakteristik Komarudin, 1997, yakni :
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
1. The value of house. Dari segi harga, rumah real estate memiliki harga yang
beraneka ragam di berbagai Negara, namun kesemuanya relative lebih mahal dari harga rumah biasa. Harga rumah merupakan harga pelayanan
pada orang yang tinggal didalamnya, dan harga pelayanan tersebut sangat ditentukan antara lain oleh timbulnya rasa kepuasan, privasi dan lain-lain.
2. The value of other real estate. Selain harga rumah yang sudah termasuk
didalamnya adanya pelayanan-pelayanan istimewa karena ia berbeda dari rumah biasa sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka tingginya harga
rumah tersebut juga disebabkan karena rumah di real estate sekaligus merupakan modal yang memiliki nilai cukup tinggi.
3. The value of service flow. Pelayanan dari suatu rumah, bangunan komersil
maupun bentuk-bentuk lain dari real estate merupakan penjumlahan dari keseluruhan komponen individual yang memberi manfaat.
Jika mengacu kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 648-384
tahun 1992, 739KPTS1992 tanggal 16 November 1992 tentang pedoman pembangunan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang,
dalam Bab I Pasal I ayat 4 Surat Keputusan Bersama tersebut menyebutkan kriteria rumah-rumah yang dibangun developer pengembang dalam suatu kawasan
perumahan tertata terdiri dari :
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
1. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 54 M
2
sampai 200 M
2
dan atau biaya pembangunan per M
2
tidak melebihi harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.
2. Rumah Menengah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 200 M
2
sampai 600 M
2
dan atau biaya pembangunan per M
2
antara harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai kelas A yang berlaku.
3. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 600 M
2
sampai dengan 2000 M
2
dan atau biaya pembangunan per M
2
diatas harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.
4. Dalam hal luas kaveling atau harga satuan pembangunan per M
2
masing- masing memenuhi kriteria yang berlainan, sebagaimana dimaksud dalam
butir a, b dan c maka kualitas ditentukan sesuai kriteria yang tinggi.
II.9 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut
dicapai melalui sistem jaringan transportasi Black, 1981. Pernyataan mudah dan sulit merupakan hal yang sangat subyektif dan kualitatif, mudah bagi seseorang belum tentu
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
mudah bagi orang lain, begitu pula dengan pernyataan sulit, oleh karena itu diperlukan kinerja kualitatif yang dapat menyatakan aksesibilitas.
Metode pengukuran sikap diukur dalam mempersepsi suatu obyek. Sikap tersebut adalah respon psikologis seseorang atas faktor yang berasal dari suatu obyek,
respon tersebut menunjukkan kecenderungan mudah atau sulit. Pengukuran sikap seseorang atas suatu obyek dipengaruhi oleh stimuli, sebagai stimuli adalah peubah-
peubah bebasnya. Dengan demikian maka pengukuran aksesibilitas transportasi dari seseorang merupakan pengukuran sikap orang tersebut terhadap kondisi aksesibilitas
transportasinya. Banyak orang di daerah permukiman mempunyai akses yang baik dengan mobil
atau sepeda motor atau kendaraan pribadi, tetapi banyak pula yang bergantung pada angkutan umum atau berjalan kaki. Jadi aksesibilitas zona asal dipengaruhi oleh
proporsi orang yang menggunakan moda tertentu dan harga ini dijumlahkan untuk semua moda transportasi yang ada untuk mendapatkan aksesibilitas zona Tamin,
1997.
II.10 Migrasi
Pertumbuhan penduduk umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu: pertumbuhan alamiah dan migrasi. Pertumbuhan alamiah adalah pertumbuhan akibat
kelahiran dikurangi kematian, sedangkan migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dengan tujuan motivasi tertentu, seperti: faktor sosial,
ekonomi maupun politik.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Migrasi terdiri dari dua jenis, yaitu: migrasi permanen dan migrasi sementara. Migrasi permanen adalah perpindahan penduduk yang berakhir pada menetapnya
migrasi pada tujuannya, sedangkan migrasi sementara adalah perpindahan penduduk yang tidak menetap pada tujuan migrasi, tetapi kembali ke tempat semula atau pindah
ke tempat lain. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa migrasi pada hakekatnya merupakan
implikasi dari perbedaan ketersediaan fasilitas antara suatu daerah dengan daerah lain. Penduduk dari daerah yang berfasilitas kurang pada umumnya daerah pedesaan, akan
memiliki potensi untuk pindah ke daerah yang berfasilitas lebih lengkap, yaitu daerah perkotaan. Migrasi yang seperti ini dinamakan migrasi dari desa ke kota.
II.11 Aspek Transportasi
Perkembangan kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan penduduk, dan ekonomi. Sementara itu, kegiatan ekonomi tersebut diduga merupakan daya tarik
masuknya sejumlah penduduk sehingga pertumbuhan penduduk kota relative lebih tinggi. Peningkatan jumlah penduduk di atas pada akhirnya memerlukan lahan yang
lebih luas untuk areal pemukiman dan aktivitas kehidupan masyarakat. Kebutuhan transportasi suatu kota banyak ditentukan oleh besar kecilnya
jumlah penghuni kota tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota akan cenderung semakin banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang
diperlukan. Apabila transportasi diartikan sebagai sarana jasa angkutan penumpang dan barang dari tempat asal tertentu menuju ke daerah tujuan, dengan demikian perlu
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
kiranya memperhitungkan besarnya cost yang dikeluarkan oleh para pengguna jasa transport tersebut. Para perencana ekonomi regional cenderung mengusulkan faktor
keseluruhan ini dalam suatu hubungan antara lokasi ekonomi dengan jarak ke pasar. Cost yang dimaksud adalah kompensasi yang harus dibayar.
Dalam studi transportasi, kompensasi ini biasa diungkapkan dalam bentuk komponen jarak, biaya dan waktu. Ada dua masalah pokok yang berkaitan dengan
aspek transportasi: pertama adalah kebutuhan angkutan umum ke tempat kerja atau tempat kegiatan sehari-hari, dan kedua adalah angkutan umum yang berkenaan dengan
tujuan aktivitas lain, seperti ke sekolah, dan tempat rekreasi. Beberapa studi tentang perkotaan dan transportasi di Indonesia terutama
transportasi darat, mengulas secara jelas bahwa akses transportasi merupakan aspek yang cukup penting dalam pembangunan. Sebagai hipotesis dasar dinyatakan bahwa
semakin dekat jarak lokasi permukiman dengan lokasi kegiatan kota diduga akan semakin tinggi tingkat aksesibilitasnya. Mobilitas penduduk pengguna transportasi
merupakan aspek yang perlu diperhatikan, demikian pula klasifikasi pengguna jasa transportasi seperti tenaga kerja, pelajar dan ibu rumah tangga.
II.11.1 Pusat-Pusat Kegiatan
Pusat-pusat kegiatan ekonomi kota biasanya dimulai dengan pusat perdagangan, yang kemudian menyebar kedaerah sekitarnya. Dengan penyediaan sarana dan
prasarana transportasi yang memungkinkan, membuat ekspansi wilayah kegiatan kota menjadi semakin meluas dengan tumbuhnya berbagai pusat kegiatan, hal ini mengacu
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
pada Teori Nuclei Ganda atau Multiple Nuclei theory. Pusat perdagangan, pusat manufakturing dan permukiman penduduk dari berbagai lapisan memerlukan sarana
angkutan sebagai bagian dari jaringan komunikasi Hadi Yunus, 2005.
II.11.2 Perkembangan Transportasi
Perkembangan industri,
manufakturing dan perdagangan bisa menjadi penarik
migrasi penduduk dari luar daerah semakin besar. Pertumbuhan migran yang cepat akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk. Dengan demikian, pembangunan
perkotaan memerlukan perencanaan yang cermat dalam kaitannya dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sebab menurut pengamat sosial, dan
lingkungan, faktor peningkatan penduduk merupakan faktor utama terhadap masalah kerusakan kualitas lingkungan Alik, 2005.
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengundang peningkatan sarana transportasi. Sementara itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi akan
mengundang atau menjadi daya tarik bagi tumbuhnnya permukiman. Transportasi merupakan salah satu faktor kunci pemberi pelayananjasa dalam kebutuhan penduduk
kota, terutama bagi mereka yang bekerja. Masalah transportasi yang dihadapi oleh beberapa kota besar di Indonesia
diduga disebabkan oleh terbatasnya laju pembangunan jalan, sementara kenaikan kendaraan mengikuti pola eksponensial Alik, 2005.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
II.12 Parameter Jaringan dan Ruas Jalan
Belakangan ini jaringan jalan di kota-kota besar di Indonesia telah ditandai dengan kemacetan-kemacetan lalu lintas. Selain akibat pertumbuhan lalu lintas yang
pesat, kemacetan tersebut disebabkan oleh terbaurnya peranan jalan arteri, kolektor dan lokal pada jalan yang seharusnya berperan sebagai jalan arteri dan sebaliknya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah merasa perlu melakukan pemantapan fungsi jaringan jalan kota dengan mengacu pada Undang-Undang No.38
Tahun 2004 tentang jalan, ruas-ruas jalan yang ditetapkan harus sesuai dengan fungsinya dapat dipakai sebagai pegangan dan petunjuk seperti untuk koordinasi
dengan manajemen sistem transportasi dan tata guna lahan.
Berdasarkan analisis kapasitas ruas jalan, jenis jalan dapat dibedakan berdasarkan jumlah jalur carriage way, jumlah lajur line dan jumlah arah. Suatu
jalan memiliki 1 jalur bila tidak bermedian tidak berbagiundividedUD dan dikatakan memiliki 2 jalur bila bermedian tunggal terbagidevidedD.
Adapun faktor–faktor yang berhubungan dengan ruas jalan yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan akan diuraikan berikut ini:
II.12.1 Berdasarkan Fungsi Jalan
Fungsi jalan yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian jalan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan terbagi atas empat
kelas yaitu:
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
1. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
II.12.2 Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda, macam
sistem jaringan jalan menurut peranan pelayanan jasa distribusi dapat dibagi atas: 1.
Sistem jaringan jalan primer. 2.
Sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat- pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
II.13 Analisis Model Bangkitan Pergerakan Berbasis Rumah Tangga Yang Pernah Dilakukan
1. Penentuan Model Bangkitan Pergerakan Pada Kawasan Perumahan Di Kota Medan, Studi Kasus: Kawasan Sunggal Medan, Tesis Magister Manajemen
Pembangunan Kota, USU, Evi Amelia, 2004. Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut:
1. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe
mewah Yl : Yl = -2,629 + 3,201 X l + 1,413 X3 2.
Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe menengah Y2 : Y2 = -5,550 + 3,950 Xl + 2,750 X3
3. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe
sederhana Y3 : Y3 = -1,531 + 2,159 X l + 4,192 X3 dimana:
Y = Produksi perjalanan perjalanankeluargahari X1 = Jumlah anggota keluarga orang
X3 = Kepemilikan kendaraan mobil unit
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
2. Pola Produksi Perjalanan Di Kawasan Permukiman Pinggiran Kota Semarang, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998, Hadi Wahyono dan Imam Buchori,
1998. Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut: 1.
Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe mewah Yl : Yl = 1,71 + 0,50 X l + 4,25.10
-8
X2 + 0,50 X3 2.
Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe menengah Y2 : Y2 = 1,20 + 0,56 Xl + 1,51.10
-6
X2 + 0,52 X3 3.
Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe sederhana Y3 : Y3 = 2,43 + 0,32 X l + 3,05.10
-5
X2 + 0,69 X3 dimana:
Y = Produksi perjalanan perjalanankeluargahari X1 = Jumlah anggota keluarga orang
X2 = Pendapatan rata-rata keluarga rupiah X3 = Kepemilikan kendaraan mobil unit
3. Analisa Karakteristik Bangkitan dan Pola Perjalanan Penduduk Perumahan Pinggiran Kota Studi Kasus: Perumahan Bumi Pucang Gading Demak, Tesis
Program Magister Teknik Sipil UNDIP, Semarang, Denny Kumara, 2005. Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut:
Y = -0,113 + 0,998 X1 + 1,611 X2 + 0,998 X3 + 1,908 X4 + 1,370 X6 dimana:
Y = Produksi perjalanan perjalanankeluargahari X1 = Jumlah KK dalam satu rumah
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
X2 = Jumlah anggota keluarga usia 7 tahun orang X3 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja orang
X4 = Jumlah anggota keluarga yang sekolah orang X6 = Kepemilikan kendaraan sepeda motor unit
4. Model Bangkitan Pergerakan Keluarga Dari Zona Perumahan Studi Kasus Perumahan Kajhu Aceh Besar, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998, Isya
M, 1998. Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut: Y = -2,19463 + 1,909887 X1 + 1,139548 X2
dimana: Y = Produksi perjalanan perjalanankeluargahari
X1 = Jumlah anggota keluarga orang X2 = Kepemilikan kendaraan mobil unit
5. Model Bangkitan Pergerakan Pada Perumahan Antapani Kota Bandung, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998, M. Sigit, 1998. Menurut hasil analisis di
dapat bentuk model sebagai berikut: T = -1,2696 + 1,6256 P + 0,2026 M + 0,0376 A
dimana: T = Produksi perjalanan perjalanankeluargahari
P = Jumlah anggota keluarga orang M = Kepemilikan kendaraan mobil unit
A = Usia tahun
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah dilakukan di beberapa kota yang berbeda, bahwa variabel bebas yang tetap
muncul pada model yaitu: jumlah anggota keluarga dan kepemilikan kendaraan. Hal ini menunjukkan kedua variabel bebas ini merupakan faktor paling berpengaruh pada
model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga, disamping itu ada juga faktor lain yang mempengaruhi bangkitan pergerakan dan faktor itu berbeda disetiap kota.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tujuan utama dari defenisi variabel operasional adalah untuk menghindari penafsiran ganda double defenition terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam
suatu penelitian. Oleh karena itu variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut :
1. Produksi perjalanan Y adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan oleh
perumahan tipe mewah, menengah dan sederhana. 2.
Variabel yang berhubungan dengan produksi perjalanan X yaitu: jumlah anggota keluarga orang, jumlah penghasilan rata-rata keluarga rupiah,
jumlah kepemilikan kendaraan unit, jumlah anggota keluarga bekerja orang, jumlah anggota keluarga yang sekolah orang, jenis pekerjaan, umur kepala
keluarga tahun, pendidikan kepala keluarga dan luas bangunan m
2
.
III.2 Bagan Alir Penelitian
Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara jelas langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, karena dengan adanya
kerangka tersebut maka dapat diketahui arah penelitian dan parameter-parameter apa yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Bagan alir metode
penelitian dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut:
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Identifikasi Masalah: Munculnya perumahan menambah jumlah pergerakan
Tujuan Penelitian: Membuat model bangkitan pergerakan untuk beberapa
tipe perumahan di Kota Pematangsiantar dan memberikan alternatif peningkatan efektifitas manajemen transportasi
di Kota Pematangsiantar.
Studi Kepustakaan Penentuan Variabel Penelitian
Pengumpulan Data
DATA PRIMER:
1. Data pendapatan rumah tangga
2. Data kepemilikan kendaraan
3. Data struktur rumah tangga
4. Data ukuran rumah tangga
5. Data aksesibilitas
DATA SEKUNDER:
1. Data kependudukan
2. Data sosial – ekonomi
3. Literatur penunjang
Pembahasan Pengolahan Data
SELESAI Uji Statistik
MULAI
Kesimpulan dan Saran
Gambar III.1. Bagan Alir Metode Penelitian
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
III.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data bagi suatu studi transportasi pada dasarnya bukan merupakan prosedur yang sembarangan, tetapi merupakan sekumpulan langkah-langkah yang
saling terkait satu sama lain dengan hasil final untuk memperoleh data yang diinginkan LPM–ITB, 1997. Proses pengumpulan data untuk studi transportasi dapat dilihat pada
Gambar III.2 berikut ini :
Desain Kuesioner Desain Sampel
Survei Pendahuluan Pelaksanaan Survei
Kompilasi Data Analisa Data
Gambar III.2. Tahapan Pengumpulan Data Primer
Tidak Tidak
Pengambilan data pada suatu penelitian dapat dilakukan dengan survei maupun dengan mengutip langsung dari laporanpenelitian yang sudah pernah dilakukan. Untuk
mendapatkan data dengan cara survey harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1.
Jadwal pelaksanaan survei dan jumlah surveyor 2.
Struktur organisasi tim survei 3.
Estimasi biaya yang diperlukan 4.
Mekanisme pengumpulan data
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Pelaksanaannya secara garis besar dapat diberikan sebagai berikut:
1. Tahapan pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh
teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian penelitian ini. 2.
Tahap kedua adalah menentukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai pada daerah penelitian.
3. Tahap ketiga adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode
pengumpulan data dan penyajian data yang diperoleh dari survei. 4.
Tahap keempat adalah melakukan home interview yaitu wawancara yang dilakukan ke masing-masing responden yang dipilih secara acak.
5. Tahap kelima adalah mengedit data yang telah dikumpulkan dan membuat
tabulasi. 6.
Tahap akhir adalah melakukan analisis data hasil survei dengan menggunakan Software SPSS Statistical Product and Service Solution dan
menggunakan analisis Regresi Linear Berganda Multiple Linear Regression Analysis untuk mengambil kesimpulan dari tujuan penelitian
ini.
III.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek
yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam penulisan ini data primer yang dimaksud adalah data yang sumbernya diperoleh langsung dari respondenpenghuni perumahan, yaitu data jumlah anggota
keluarga orang, jumlah penghasilan rata-rata keluarga rupiah, jumlah kepemilikan kendaraan unit, jumlah keluarga yang bekerja orang, jumlah keluarga yang sekolah
orang, jenis pekerjaan, umur kepala keluarga tahun, pendidikan kepala keluarga, dan luas bangunan m
2
. Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli.
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan perpustakaan. Di dalam penelitian ini data sekunder sumbernya lebih banyak diperoleh dari pihak
developer perumahan.
III.5 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel adalah mendapatkan sampel dengan jumlah relatif kecil dibandingkan dengan jumlah populasi tetapi mampu mempresentasikan seluruh
populasi tersebut. Untuk itu sangat penting menentukan cara yang tepat dalam menarik sample yang dimaksud agar benar-benar mampu mempresentasikan kondisi seluruh
populasi. Mengingat karakteristik sosial ekonomi penduduk di kawasan perumahan
tertata umumnya heterogen, maka teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah Stratified Random Sampling yaitu sampel acak berstrata.
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk memudahkan dan menentukan besarnya ukuran sampel dalam suatu penelitian maka dapat digunakan data dari survai pendahuluan, biasanya data awal
yang diambil akan diolah sebanyak 30 data sampel. Dari 30 data sampel yang diambil tersebut selanjutnya diolah sehingga akan dapat diketahui berapa besar ukuran sampel
dan selanjutnya hanya tinggal menambah kekurangannya Teknik Sampling, 2001. Secara matematis, besarnya sampel dari populasi dapat dirumuskan sebagai
berikut: Menghitung standar error dari rata-rata sampel:
Sex = Se ,standar error dari rata-rata sampel
z Dimana :
Sex = Standar error dari rata-rata sampel
Se = Sampling error
z = Tingkat kepercayaan
Dengan tingkat kepercayaan 95 dan sampling error 5 maka jumlah data yang dibutuhkan adalah :
n’ = s
2
S
2
, untuk populasi yang tidak terbatas [ Sex ]
2
n = n
n’ n
, untuk populasi yang terbatas 1 + n’
N Dimana :
n’ = Jumlah sampel data tidak terbatas
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
n = Jumlah sampel data terbatas
N = Jumlah populasi
s = Standar deviasi dari variabel yang digunakan sebagai acuan
dalam menentukan jumlah sampel, misalnya: produksi perjalanan.
s
2
= Varian
Dalam penelitian ini, kriteria pengambilan sampel dengan pembagian strata berdasarkan beberapa tipe perumahan.
Sesuai dengan kriteria rumah-rumah yang dibangun developer pengembang dalam satu kawasan perumahan tertata, maka pembagian strata tipe bangunan pada
penelitian ini terdiri atas : a.
Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas kaveling antara 54 M
2
sampai 200 M
2
dan atau biaya pembangunan per M
2
tidak melebihi harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.
b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 200 M
2
sampai 600 M
2
dan atau biaya pembangunan per M
2
antara harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai kelas A yang berlaku.
c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 600 M
2
sampai dengan 2000 M
2
dan atau biaya
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
pembangunan per M
2
diatas harga satuan per M
2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.
III.6 Daftar Kuesioner
Daftar kuisioner yang digunakan dalam melakukan home interview dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pewawancara dalam melakukan pendataan
dan mempermudah tiap anggota keluarga dalam mengisinya dan juga memudahkan pengisian tabel data perjalanan dan informasi keluarga yang dibuat.
Daftar yang dibuat terdiri dari : a.
Daftar data keluarga yang berisikan informasi keluarga, terdiri dari : 1.
Jumlah anggota keluarga 2.
Jumlah anggota keluarga yang bekerja dan bersekolah 3.
Penghasilan rata-rata keluarga per bulan 4.
Jumlah kepemilikan kendaraan 5.
Pekerjaan 6.
Umur 7.
Pendidikan 8.
Tipe rumah 9.
Luas bangunan b. Daftar yang berhubungan dengan informasi perjalanan yang terdiri atas :
1. Asal, maksud dan tujuan perjalanan
2. Moda transportasi yang digunakan
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
3. Waktu dan jarak perjalanan.
III.7 Model Penelitian
Untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu berapa besar pengaruh variabel mengenai bangkitan pergerakan X seperti : jumlah anggota
keluarga orang, jumlah penghasilan rata-rata keluarga rupiah, jumlah kepemilikan kendaraan unit, jumlah keluarga yang bekerja orang, jumlah keluarga yang sekolah
orang, jenis pekerjaan, umur kepala keluarga tahun, pendidikan kepala keluarga, dan luas bangunan m
2
, terhadap produksi perjalanan Y, perlu dilakukan beberapa tahapan penting untuk menganalisis data yang diperoleh melalui survei kuesioner.
Uji korelasi dan proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS Statistical Product and Service Solution yaitu suatu program statistik
yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat serta menyajikannya dalam berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan Cornelius
Trihendradi, 2005. Ada pun beberapa tahapan yang perlu dilakukan, adalah : a.
Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel
bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara
variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.
b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan
model yang paling sesuai fit menggambarkan pengaruh satu atau beberapa
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi linear berganda Multiple Linear Regression Analysis.
Analisis regresi linear berganda Multiple Linear Regression Analysis yaitu suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.
2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling
berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara
sesama variabel bebas. 3.
Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke dalam persamaan model regresi linear berganda Gasperz, 1990, yaitu :
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
…….. + b
n
X
n
Dimana:
“Y” = variabel terikat jumlah produksi perjalanan, terdiri dari: a
= konstanta angka yang akan dicari b
1
,b
2
….b
n
= koefisien regresi angka yang akan dicari
“ X
1
, X
2
… X
n
“ = variabel bebas faktor-faktor berpengaruh
Faktor-faktor berpengaruh:
X
1
= jumlah anggota keluarga rata-rata orang
X
2
= jumlah penghasilan keluarga rupiah
X
3
= jumlah kepemilikan mobil unit
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
X
4
= jumlah kepemilikan sepeda motor unit
X
5
= jumlah keluarga yang bekerja orang
X
6
= jumlah keluarga yang sekolah orang
X
7
= jenis pekerjaan
X
8
= umur kepala keluarga tahun
X
9
= pendidikan kepala keluarga
X
10
= luas bangunan m
2
. Setelah melakukan tahapan diatas dan memperoleh nilai persamaan, maka
untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang diperkirakan dihasilkan oleh
perumahan tipe bangunan mewah Y1 adalah : Y1 = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
………. + b
n
X
n
……………………. 1 Untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh
perumahan tipe bangunan menengah Y2 adalah : Y2 = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
………. + b
n
X
n
……………………. 2 Untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh
perumahan tipe bangunan sederhana Y3 adalah : Y3 = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
……….+ b
n
X
n
…………………….. 3
Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA