Metodologi Penelitian Kajian hadis tentang konsep ikhtiar dan takdir dalam pemikiran Muhammad al-Ghazali dan Nurcholish madjid: (studi kasus komparasi pemikiran)

14

BAB II BIOGRAFI TOKOH

Menelusuri sketsa atau latar belakang biografi tokoh intelektual baik dari sisi kehidupan pribadi maupun konteks sosio-politik yang melingkupinya amat relevan untuk diajukan agar mampu menemukan gambaran yang tepat berkaitan dengan fungsi-fungsi intelektual yang disodorkan di wilayah publik. Perlunya penyelusuran tentang biografi tokoh intelektual atau membaca buku hasil pemikirannya, maka akan diulas hal-hal yang berlkaitan dengan kehidupannya. Selain itu, pengenalan kehidupan seorang tokoh juga dimaksudkan supaya pembaca tahu persis siapa sebenarnya tokoh yang sedang disorot. Kehadiran Muhammad al-Ghazâlî dan Nurcholish Madjid sebagai tokoh intelektual di tengah masyarakat muslim dunia khusunya di Timur Tengah dan Asia Tenggara, tidak dapat dipisahkan dengan fungsi intelektual yang dijalankan dan dari kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang melingkupi kehidupan keduanya.

A. Muhammad al-Ghazâlî

1. Biografi dan Karya-karyanya

Syekh Muhammad Al-Ghazâlî Al-Siqâ. Dilahirkan dan tumbuh di keluarga yang kurang mampu di desa Nakl Al-Imad wilayah Itay Al-Barûd Propinsi Al-Buhaira Mesir. Dilahirkan pada hari Sabtu 5 Dzulhijah 1335 Hijriyah, 22 September 1917 Masehi. Orang tuanya memilihkan nama Muhammad Ghazâlî, 1 karena rasa hormatnya kepada Hujjat al-Islam Imam Abu Hamid Al- Ghazâlî dan ketertarikannya terhadap dunia sufi 2 . Muhammad Al-Ghazâlî adalah putra pertama dari delapan bersaudara, oleh karena itu keluarganya berharap besar terhadapnya. Beliau telah mampu menghafal Al-Qur’an dalam usia 10 tahun dan tercatat sebagai siswa di Ma’had al-Dîn sekolah agama yang berada di bawah Al-Azhar, di kota Alexandrea. Ia Menamatkan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1932 M. Di tempat yang sama, beliau menamatkan Madrasah Tsanawiyah setingkat SMA pada tahun 1937 M. 3 Tahun 1937 M. beliau melanjutkan studinya ke perguruan tinggi jurusan Ushuluddin di Kairo. Di sana beliau menuntut ilmu dari beberapa ulama besar antara lain Syekh ‘Abd al-Adhim Al-Zarqani, Muhammad Abduh, 4 Syekh Mahmud Syaltut 5 dan lain-lain. Lulus dari jurusan Ushuluddin dan mendapatkan gelar kesarjanaan pada tahun 1941 M. Di fakultas yang sama beliau juga mendapatkan gelar kesarjanaan dalam bidang dakwah dan penyuluhan Islam pada tahun 1943 M. Pada tahun yang sama di fakultas Ushuluddin beliau bertemu dengan Mursyid ‘Âm Ikhwanul Muslimin Hasan al-Banna 6 1324 – 1368 H. 1906 – 1949 M. dan akhirnya menjadi anggota organisasi tersebut. Pada saat 1 Al-Ghazâlî, Kumpulan Khutbah Muhammad al-Ghazâlî, terj. Mahrus Ali, Surabaya: Duta Ilmu, 1994, jilid I, h. 18. 2 Yûsuf al-Qardhâwî, Syeikh Muhammad al-Ghazâlî yang saya kenal, terj. Surya Dhrama Jakarta: Robbani Press, 1999, h. vii 3 Yûsuf al-Qardhâwî, Syeikh Muhammad al-Ghazâlî yang saya kenal, h. vii 4 Muhammad Abduh, guru Rasyid Ridha dan Musthafa al-Maraghi, adalah satu diantara penulis Tafsir al-Manar yang acap kali disebut sebagai tokoh pembaharu Mesir. 5 Syeih Mahmud Syaltut adalah pengarang buku terkenal al-Islam, Aqidah wa Syariah. 6 Hasan al-Banna, kakak kandung Gamal al-Banna, adalah pemimpin terkenal kelompok Ikhwanul Muslimun, al-Banna juga terkenal dengan militansinya dalam membela Islam, sehingga membuatnya sangat berani menentang kekuasaan Mesir yang tirani waktu itu, bahkan pikirannya banyak dirujuk aktivis muslim diberbagai belahan dunia hingga kini.