sebagai interpretasi standar atas teori kontrak tradisional yang diterapkan dalam teori moral.
1. Legitimasi Prinsip Moral
Teori kontrak biasanya dilihat semacam perjanjian saling menguntungkan. Karena itu penggunaan konsep kontrak pada teori moral sering menjadi mangsa
empuk kritik. Tak terkecuali terhadap teori kontrak Rawls. Tapi Rawls memahami kontrak di sini sebagai yang disebutnya “suatu tingkat abstraksi tertentu”
31
dari teori kontrak tradisional itu. ia menggunakan teori kontrak bukan sebagai cara
untuk melegatimasi negara, seperti misalnya pada Hobbes atau Locke, melainkan untuk meligitimasi prinsip moral.
32
Dalam hal ini isi perjanjian relevan kontrak bukan untuk mengadopsi suatu bentuk pemerintahan, melainkan untuk menyetujui
prinsip-prinsip moral tertentu. Argumen kontrak sosial Rawls hanyalah salah satu saja dari banyak teori
kontrak moral; yang paling ekstrem bahkan menggunakan argumen kontrak untuk memahami keseluruhan isi moralitas. Tapi Rawls yakin interpretasi standar dan
paling tepat adalah original position. Meksi mengikuti tradisi kontrak sosial, original position menurut Rawls, bukan situasi faktual historis ataupun keadaan
pra sosial dalam kehidupan manusia primitif, melainkan murni situasi hipotetis.
33
Untuk memahami original position, kita diminta membayangkan suatu situasi hipotetis di mana orang-orang yang akan mengadakan kerja sama sosial bertemu
untuk menentukan prinsip-prinsip yang akan mengatur ikatan kerja sama mereka agar saling menguntungkan. Secara rinci Rawls melukiskan siapa dan mengapa
31
John Rawls, Teori Keadilan, h. 12
32
John Rawls, Teori Keadilan.
33
John Rawls, Teori Keadilan, h. 147
kumpulan orang-orang dalam original position atau posisi asali yang akan mengadakan kontrak atau persetujuan itu:
“Mereka yang terlibat dalam kerja sama sosial memilih bersama prinsip- prinsip yang akan memberikan hak dan kewajiban dasar, serta menetapkan
pembagian keuntungan sosial. Mendahului kerja sama itu mereka memutuskan di muka bagaimana mereka mengatur klaim-klaim satu
terhadap yang lain, dan apa yang harus dijadikan prinsip masyarakat mereka. Seperti juga masing-masing orang harus memutuskan dengan
refleksi rasional apa yang melahirkan yang-
baik baginya…begitu juga suatu kelompok orang harus memutuskan sekali dan untuk semua yang
me reka pandang sebagai yang adil dan tidak adil.”
34
Orang-orang dalam original position merupakan orang-orang rasional,
mahluk moral yang bebas dan sederajat. Namun tak boleh dilupakan bahwa meski merupakan suatu bentuk kerja sama, bagaimanapun masyarakat ditandai oleh
konflik kepentingan yang berbeda-beda. Jika dilepas begitu saja, sukar dibayangkan mereka akan mencapai perseteujuan apa pun. Misalnya, seorang
kaya akan merasa rasional mengajukan prinsip bahwa berbagai pajak untuk kebijakan kesejahteraan adalah tidak adil; Di sisi lain, orang miskin akan
cenderung mengusulkan prinsip yang sebaliknya.
35
Intinya adalah dengan kepentingan berbeda-beda dan di bawah pengaruh kontingensi sosial maupun
kodrati, bagaimana mungkin mereka membuat kontrak atau persetujuan? Jadi apa yang harus dilakukan?
2. Tabir Ketidaktahuan Veil of Ignorance