BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbisnis dan berinvestasi bukan merupakan aktifitas baru dalam Islam. Rasulullah SAW merupakan salah satu pedagang sekaligus pebisnis yang
memiliki tendensi yang sangat baik dalam berbisnis. Tidak hanya diakui oleh kalangan gujarat arab namun seluruh pelosok dunia bahkan hingga abad modern
pun mengakuinya. Rasulullah mengajarkan bagaimana menjalankan konsep kerja dan bisnis Islam yang yang mengarah pada pengertian kebaikan, sesuai dengan
prinsip Islam
13
. Maka sudah sepantasnya setiap umat muslim memiliki jiwa wirausaha karena merupakan bagian dari sejarah peradaban Islam.
Di-Indonesia berbagai macam ragam budaya, sosial serta sumber daya alam dan manusianya, dengan mayoritas muslim serta latar belakang sejarah
yang tak pernah lepas dari unsur budaya asing yang keluar masuk silih berganti menjadikan bertambahnya kekayaan bangsa ini, dari bangsa arab yang
melakukan perdagangan selat malaka, budaya cina yang masuk melalui ekspansi bangsa cina-nya dengan pimpinan laksamana Cheng Ho, bangsa Belanda yang
13
Faisal Badroen, dkk. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta, Kencana, 2006, h 131-144
telah menduduki bangsa ini selama tiga setengah abad, Jepang, Inggris sampai Portugal, yang kesemuanya tak pernah lepas dari kepentingan dagang maupun
bisnis antar negara, bangsa serta suku juga budaya, menjadikan potensi bagi bangsa ini untuk dilakukannya investasi di berbagai bidang.
Dalam melakukan investasi atau bisnis, setiap usaha umumnya dan asuransi syariah khususnya akan berusaha untuk memperluas serta dapat
mengembangkan usahanya sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan
14
. Proses pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan suatu
proses yang cukup panjang, sulit dan kompleks, sehingga membutuhkan pertimbangan yang cukup matang, termasuk didalamnya penilaian berbagai
macam usulan investasi.
Asuransi juga merupakan salah satu lembaga keuangan berbasis investasi dan proteksi yang sudah popular di masyarakat dunia, demikian juga di
Indonesia. Asuransi umumnya dikenal sebagai salah satu perencanaan pengelolaan resiko kematian dan resiko-resiko lainnya yang berkaitan dengan
keuangan dengan cara menitipkan sebagian harta mereka kepada seseorang yang dipercaya untuk kemudian ketika terjadi kerugian, harta tersebut dapat
14
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, Jakarta, Kencana, 2006, edisi Pertama, h 4-6
diambilkan untuk menutupi kerugian yang telah terjadi
15
. Pada masanya asuransi menjadi popular ketika masyarakat pada waktu itu dapat menafsirkan akan
terjadi kerugian yang cukup besar pada saat melakukan perjalanan dagang. Sejak saat itu asuransi mulai berkembang kepada manfaat yang lainnya, seperti
kerugian atas kebakaran, kerugian atas kematian, kerugian atas kecelakaan dan lain-lainnya
16
. Sejalan dengan waktu asuransi berkembang di seluruh dunia menjadi
bisnis keuangan yang menanamkan prinsip mencari keuntungan Profit oriented
. Sehingga banyak pelaku bisnis mulai beramai-ramai bersaing menawarkan kelebihan manfaat proteksi masing-masing produk, karena bisnis
asuransi dinilai sangat menguntungkan. Hingga pada akhirnya asuransi pun menjadi bisnis perjudian nasib peserta. Para pengusaha berusaha bagaimana
meraih keuntungan atas resiko peserta, juga mempersempit pengeluaran perusahaan dengan melakukan kecurangan. Sehingga pada masa itu disebut masa
kegelapan
17
. Islam sebagai basis kehidupan masyarakat, mengatur praktek tersebut
kedalam kehidupan bermuammalahekonomi, sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip-prinsip seperti keadilan, kepastian, transparansi dan prinsip saling
menanggung, menjadi tiang tangguh untuk memperbaiki sistem asuransi yang
15
Soeisno Djojosoedarsono, Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi, Jakarta, Salemba Empat, 2003, h 71-73
16
Afzalur Rahman, Doktrin-doktrin Ekonomi Islam. Jakarta, Dana bakti Wakaf,1996, Jilid 4, h.29-38
17
Ibid., h 49-74
sudah ada, menjadi bisnis yang sehat serta bernuansa Islami, dengan demikian hadirnya asuransi syariah yang merupakan pembaharuan wajah asuransi yang
suram menjadi wajah yang menyegarkan, prinsip-prinsip yang ditanamkan menjadi jawaban dari sekian permasalahan yang ada sejak asuransi muncul
18
. Dan prinsip usaha asuransi pun di ubah ke asal mulanya yaitu kepada orientasi
tanggung jawab sosial Social Responsibility Oriented juga berprinsip kepada keuntungan Profit Oriented serta prinsip ibadah
19
. Hingga kini asuransi syariah diseluruh dunia mulai berkembang pesat,
karena memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi, dan keduanya berjalan seimbang, akad yang digunakan yaitu akad takafuli yang berarti tolong menolong
yang juga merupakan azas pelaksanaan operasional asuransi syariah. Secara filosopi tidak ada yang berbeda dengan asuransi konvensional, yaitu merupakan
usaha untuk menanggung resiko namun secara teknis asuransi syariah merupakan bentuk saling tanggung menanggung diantara sesama peserta Risk Sharing
bukan peralihan resiko Risk Transfer yang biasa digunakan oleh Asuransi konvensional.
Dalam pelaksanaan operasional-nya selain memiliki peran perencanaan perlindungan kerugian bagi masyarakat, asuransi syariah juga memiliki peran
yang sangat penting yaitu pengelolaan dana masyarakat dalam bentuk kegiatan investasi, oleh karena itu asuransi juga memiliki tanggung jawab ekonomi,
18
Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan System Operasional. Jakarta, Gema Insani Press, 2004, h 32-57
19
Ibid., h 319-328
karena dana yang disetorkan nasabah merupakan amanah yang harus dilaksanakan dan di kelola dengan baik, termasuk dalam hal keputusan investasi,
sehingga diperlukan analisa yang tepat mengacu pada studi kelayakan bisnis. Data menunjukkan pertumbuhan perbankan syariah mengalami stagnasi
karena kesulitan bersaing dengan perbankan konvensional. Dalam tahun 2006, BI rate kembali turun dibawah 10 sehingga bagi hasil perbankan syariah
menjadi kompetitif dibandingkan dengan bunga bank konvensional. Data historis sejak tahun 1992 menunjukkan bagi hasil perbankan syariah berada pada kisaran
8-10, dengan dua perkecualian yaitu tahun 1997 sebesar 6 dan tahun 2004 akhir sebesar 12, itu sebabnya perbankan syariah kesulitan bersaing
mendapatkan dana masyarakat bila BI rate diatas 10. Padahal perkembangan industri asuransi syariah sangat terkait dengan industri perbankan syariah dan
dampaknya masih terasa pada tahun 2007. Keterkaitan itu ada dalam dua hal
20
: 1.
Investasi perusahaan asuransi syariah masih terbatas instrument-nya, dan salah satu instrument yang dominan adalah deposito perbankan syariah. Bila
bagi hasil deposito perbankan syariah tidak kompetitif, maka hasil Investasi asuransi syariah pun menjadi tidak kompetitif.
2. Bank syariah merupakan pemasok penting pemegang polis asuransi syariah.
Bila pertumbuhan nasabah perbankan syariah melambat, maka melambat pula pertumbuhan pemegang polis asuransi syariah.
20
Nina Mudrikah. H,
“
Biru dan merah dalam industri asuransi jiwa. karim review, special edition 2008”, artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2008, dari http:www.karimconsulting.com
newsfilesArtikel_06_Asuransi_Syariah. html., h 2
Untuk itu Bapepam LK menyiapkan perangkat regulasi baru untuk membuat industri asuransi syariah dapat berkembang dengan lebih sehat. Diantara
rumusan regulasi yang sedang disiapkan itu adalah perubahan ketentuan permodalan yang mengharuskan perusahaan meningkatkan jumlah modal unit
syariah nya mencapai Rp 25 milyar secara bertahap sampai dengan tahun 2010. Sedangkan yang berbentuk perusahaan yang secara keseluruhan bisnisnya
syariah, diperlukan modal Rp 50 milyar pada akhir tahun 2008. Sampai dengan akhir tahun syariah regulasi ini belum diterbitkan, sehingga beberapa perusahaan
memilih menunggu kepastian sebelum mengembangkan rencana bisnis mereka
21
. Jika dilihat antara rancangan peraturan mengenai permodalan yang akan
diterbitkan oleh Biro asuransi Bapepam LK dengan rata – rata modal yang dimiliki oleh cabang syariah dari asuransi konvensional maupun perusahaan
asuransi syariah, terlihat bahwa secara rata – rata ketentuan modal itu akan bisa dipenuhi pada akhir tahun 2008. Bagi perusahaan asuransi syariah tidak terlalu
sulit untuk memenuhi ketentuan tersebut, namun masih banyak cabang syariah dari asuransi konvensional yang harus bekerja keras untuk memenuhi ketentuan
tersebut sampai dengan tahun 2010.
Dari data diatas perusahaan asuransi mengalami kondisi dimana input dana dari masyarakat melalui penjualan premi pada produk unit link mengalami
peningkatan cukup pesat sebesar 33,3 data agustus 2007 dan ada
21
Ibid., h 2
kemungkinan akan meningkat, namun prosentase ini masih dinilai kurang karena sebagai informasi bahwa asset perusahaan asuransi hanya berkisar 6 dari asset
perbankan, walau demikian pertumbuhan perusahaan asuransi syariah semakin pesat diperkirakan setiap tahunnya ada 6-8 perusahaan asuransi lahir kecuali
tahun 2006 yang hanya 4 perusahaan. Mengingat semakin terbukanya potensi pasar asuransi syariah karena hingga kuartal II syariah jumlah pemegang polis
baru mencapai 37,6 juta jiwa atau 17 dari total penduduk Indonesia. Dengan asumsi 16,5 dari 220 juta penduduk berarti masih ada lebih dari 132 juta
penduduk Indonesia yang belum memiliki asuransi. Disamping itu, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang rata-rata sebesar 1,12 per tahun berarti
bahwa setiap tahun ada 2,4 juta bayi yang berpotensi memiliki asuransi. Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI memperlihatkan pendapatan premi
asuransi jiwa pada 2006 sebesar Rp.27,34 triliun atau mencapai 2,24 GDP Indonesia
22
. Nilai ini masih jauh di bawah tingkat maksimum pemasaran. Namun sangat disayangkan dari semakin pesatnya pertumbuhan asuransi syariah dengan
ditandai meningkatnya premi netto sebesar 88 tidak diiringi dengan peningkatan hasil investasi pada perusahaan asuransi syariah padahal masih
banyak instrument investasi yang baru di resmikan oleh pemerintah Republik Indonesia seperti saham syariah di Jakarta Islamic Index JII, SBSN syariah
sukuk, dan instrument syariah lainnya di pasar modal.
22
Malia Rochma,”Prospek Industri Asuransi Jiwa Economic Review Desember 2007”, artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2000, dari http:www.bni.co.idportals0documentasuransi.html
Indeks harga saham gabungan yang biasa disebut market index atau indeks pasar adalah rata-rata tingkat keuntungan seluruh saham yang beredar
dipasar modal yang diperoleh dari nilai pasar seluruh saham yang beredar dibagi dengan seluruh saham yang beredar pada dari pertama tahun dasar dikalikan
seratus persen. Sedangkan yang dimaksud dengan saham syariah adalah salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol
yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha
23
. Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis dengan berdirinya Jakarta
Islamic Indeks JII pada tanggal 3 juli 2000, JII berdiri atas kerja sama PT.
Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Investment Management DIM. Saham – saham yang terdaftar dalam
JII terdiri dari 30 saham terbaik yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasar fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah nasional.
Namun satu faktor penghambat lainnya adalah kebijakan ekonomi makro, beberapa kebijakan pemerintah selalu berimplikasi terhadap ekonomi makro
seperti inflasi, suku bunga dan faktor-faktor makro lainnya. Seperti yang terjadi saat ini kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga BBM berdampak pada
naiknya harga-harga bahan pokok. Pengaruhnya terhadap investasi adalah dengan naiknya harga barang pokok industri, maka semakin meningkat pula
ongkos biaya prioduksi, hal ini akan berdampak pada tingkat keuntungan
23
Reny Maharani, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII
, Lipi, Tesis S2, Universitas Indonesia, 2005 h 36.
perusahaan, sehingga pembagian deviden menjadi berkurang, kondisi ini memaksa permintaan atas saham menurun dan mempengaruhi harga saham,
terutama pada saham-saham syariah yang ada di Jakarta Islamic Index JII. Bagi dunia asuransi syariah kondisi ini di mungkinkan berdampak pada
tingkat pengembalian investasi, karena asuransi syariah juga bermain pada instrument saham syariah Jakarta Islamic Index JII, kondisi ini terjadi karena
asuransi syariah adalah sebuah perusahaan pengelolaan dana masyarakat yang sebagian besar kegiatannya merupakan investasi.
Maka dari itu dengan mengetahui faktor faktor pendukung dan hambatan, diupayakan agar dimasa yang akan datang industri asuransi syariah
dapat mengembangkan potensi investasi, sehingga dapat meningkatkan profit sharing
yang berimplikasi pada daya tarik masyarakat untuk berinvestasi sekaligus proteksi kerugian pada asuransi syariah.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini diarahkan
pada judul penelitian “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index JII”.
B. Perumusan Masalah