Asuransi Syariah Faktor yang mempengaruhi perkembangan saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII)

3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar market capitalization terbesar selama 1 satu tahun terakhir. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 satu tahun terakhir.

C. Asuransi Syariah

1. Definisi Asuransi Syariah. Asuransi Menurut undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian secara umum didefinisikan sebagai perjanian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Definisi asuransi syariah menurut fatwa DSN, asuransi syariah ta’min, takaful atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah 20 . 2. Landasan Hukum dan Syar’i Asuransi Syariah. Dasar hukum pelaksanaan penyelenggaraan asuransi syariah masih menggunakan aturan baku hukum perundang-undangan tentang usaha perasuransian Indonesia. Peraturan perundang-undangan tersebut diatur dalam: a. Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD. b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha perasuransian. c. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1999, tentang perubahan atas UU no 73 tahun 1992, tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 421,422,423,424,425, 425KMK.062003. Landasan Hukum Lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan perasuransian syariah yaitu adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI Nomor: 21DSN-MUIX2001 tentang 20 Muhamad Amin Suma, Asuransi Syariah Asuransi Kovensional, Jakarta, Kholam Publishing, 2006, h 41 Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa tersebut menjelaskan beberapa prinsip umum tentang asuransi syariah disamping akad dan operasional. Asuransi syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berasaskan syariat Islam, sehingga landasan hukumnya harus berdasarkan al Qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas. Beberapa landasan syar’I mengenai asuransi syariah: a. Firman Allah dalam al Quran ⌧ “Dan berkerjasamalah kamu dalam perkara-perkara kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu berkerjasama dalam perkara dosa dan dapat menimbulkan dosa” Qs; al Mai’dah:2 3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah a. Prinsip Saling Membantu dan Bekerjasama Prinsip ini berdasarkan QS. Al Maidah : 2 : ...dan tolong- menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan jangan tolong - menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..., Juga berdasarkan hadits Allah senantiasa menolong hamba-hambanya-Nya selama ia menolong sesamanya. HR. Abu Daud dan Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya. HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud. b. Prinsip Saling Melindungi Prinsip saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. 4. Bentuk Asuransi Syariah Jenis-jenis usaha perasuransian menurut UU no 2 tentang usaha perasuransian, pasal 3 meliputi: a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup dan meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. c. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Bentuk-bentuk perasuransian syariah masih menginduk pada UU no 2 tahun 1992, sehingga lembaga-lembaga perasuransian syariahpun terdiri dari tiga jenis usaha, asuransi kerugian syariah, asuransi jiwa syariah dan reasuransi syariah, yang ketiganya sudah tumbuh dan berkembang.

D. Suku Bunga SBI