Investasi Syariah. Faktor yang mempengaruhi perkembangan saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII)

BAB II TINJAUAN TEORI Kegiatan berinvestasi dan asuransi merupakan dua bagian dalam keping mata uang yang kedua bagiannya tidak pernah lepas dari kegiatan operasionalnya, sebab dana-dana yang terkumpul dari masyarakat melalui premi asuransi sudah menjadi kewajiban bagi pengelola untuk dikelola dalam bentuk investasi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 pasal 13 ayat 1 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, yang berisi tentang kewajiban perusahaan asuransi syariah mengelola dananya pada investasi yang aman dan menguntungkan. Begitu juga dengan asuransi syariah, sesuai dengan fatwa Dewan Syariah nasional DSN yang kegiatan berinvestasi diarahkan pada sektor-sektor yang halal juga teknis pengelolaannya agar terjamin kehalalannya sesuai dengan prinsip syariah, yang tentu saja berbeda dengan asuransi konvensional pada umumnya.

A. Investasi Syariah.

1. Definisi Investasi. Secara umum investasi dapat didefinisikan sebagai penanaman uang modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 53 Definisi lain yang diungkapkan oleh William. F Sharpe mengistilahkan investasi sebagai sebuah bentuk pengorbanan atas modal sekarang yang ia miliki untuk mendapatkan pengembalian return yang lebih besar. Menurutnya investasi adalah “pengorbanan dolar sekarang untuk dolar dimasa yang akan datang” 13 . Sehingga dapat dijelaskan bahwa ada dua variabel yang terdapat dalam investasi yaitu variabel waktu dan variabel resiko. Variable waktu digambarkan dalam bentuk “dolar sekarang untuk dimasa yang akan datang” yang berarti ada sebuah proses dari perjalanan investasi, sedang variabel resiko digambarkan dalam bentuk “pengorbanan” yang berarti adanya resiko yang harus diterima seorang investor. Definisi serupa juga diungkapkan oleh Ir. Muhammad Syakir Sula yang mendefinisikan investasi sebagai bentuk penanaman atau penempatan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang 14 . Secara implisit investasi syariah dapat dijelaskan sebagai suatu bentuk kegiatan usaha antara pemilik harta sahibul Mal terhadap pemilik usaha mudharib dengan harapan memperoleh manfaat dimasa yang akan datang, dengan tidak meninggalkan prinsip halal dan keadilan. 13 William. F Sharpe dkk, Investasi, Jakarta, Indeks, 2005, edisi keenam, jilid ke1, h 1 14 Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional, h 359 2. Landasan Hukum dan Syariat Islam tentang Investasi Syariah Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat diketegorikan sebagai kegiatan ekonomi yang juga dapat diartikan sebagai kegiatan bermuammalah, yaitu sebuah kegiatan yang mengatur hubungan antara manusia yang berhubungan dengan ekonomi. Beberapa landasan syar’I yang berkaitan dengan kegiatan berinvestasi dalam Islam: a. Firman Allah dalam Alqur’an ….. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. al- Baqarah:275 ⌧ ☺ …….. “Hai orang-orang yang beriman Janganlah kamu saling memakan harta sesama mu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu” QS; an-Nisa: 29 3. Prinsip Dasar Investasi Syariah Beberapa prinsip dasar investasi syariah yang dapat dikutip dari berbagai sumber adalah sebagai berikut 15 : a. Prinsip Rabbani Yaitu meyakini bahwa dirinya dan yang dinvestasikannya keuntungan dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat didalamnya ialah kepunyaan Allah. Manusia hanya mengambil dan melaksanakannya hanya dalam kehidupan duniawinya saja sebagai bekal untuk fase kehidupan berikutnya yang abadi 16 . b. Prinsip Halal Yaitu setiap investasi yang dilakukan merupakan investasi yang halal, bebas dari haram dan subhat, meliputi berbagai aspek diantaranya, niat atau motivasi, transakasi yang dilakukan, prosedur pelaksanaan transaksi, jenis barang atau jasa yang ditransaksikan, dan penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan. c. Prinsip Manfaat 15 Sofiniyah Ghufron dan tim, Sistem Keuangan Syariah, Jakarta, Renaisan, 2005,h 17-19 16 Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional,h 363 Yaitu para pihak yang melakukan investasi harus memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya, dan manfaat tersebut harus dirasakan oleh pihak yang bertransaksi dan masyarakat umum. 4. Bentuk Investasi Syariah Investasi dapat dilakukan dalam berbagai jenis yang terbagi kedalam dua bentuk yaitu investasi dalam bentuk asset-aset rill real asset dan investasi dalam bentuk aset finansial financial asset. Investasi pada asset finansial dilakukan di pasar uang dan pasar modal, seperti sertifikat deposito, saham, obligasi, derivatif, dan reksadana, sedang investasi pada asset-aset rill berupa pembelian aset-aset produktif, seperti tanah, pendirian pabrik, pertambangan, perkebunan, properti, dan lainnya. a. Investasi Syariah pada Aset Riil Investasi syariah pada sektor rill dapat dilakukan dengan berbagai akad yang ada dalam syariat Islam, diantaranya akad jual beli, akad sewa menyewa tijarah, akad murabahah, akad mudharabah, akad musyarakah dan lainnya. Dengan menempatkan prinsip aspek moral serta rukunnya dalam proses transaksi. b. Investasi Syariah pada Aset Finansial Kegiatan investasi keuangan syariah melibatkan dua pasar yaitu pasar uang dan pasar modal. Di Indonesia instrumen investasi keuangan syariah untuk kedua pasar tersebut masih dalam proses perkembangan. Berikut macam-macam instrumen investasi keuangan syariah yang sudah ada di Indonesia: 1. Pasar Uang Syariah Pasar uang syariah di Indonesia dikenal dengan Pasar Uang Antar BanK berdasarkan prinsip syariah PUAS, piranti yang digunakan dalam PUAS adalah a Dalam Bentuk Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank IMA. b Sertifikat Wadia’ah Bank Indonesia. c Surat Berharga Syariah Nasional SBSNsukuk. 2. Pasar Modal Syariah Pasar modal modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sementara pasar uang atau money market berkaitan dengan insrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta 17 . Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI, maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia. Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia 17 Husnan. S, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta, PT Bursa Efek Jakarta, 1998,h 3 yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sector perbankan. Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre saraf finansial dunia pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun berlabel syariah. Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi . Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri pasar modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peranserta warga muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip dasar ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat masih adanya anggapan di kalangan umat Islam sendiri bahwa berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan diharamkan berdasarkan ajaran Islam, sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik minat investor mancanegara untuk berinvestsi di pasar modal Indonesia. terutama investor dari negara- negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial. Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang sekaligus kegiatan tersebut termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah fikih, bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah boleh yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia adalah mubah boleh kecuali yang jelas ada larangannya haram. Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit. Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan jual beli. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal merupakan sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran Islam, kita perlu mengetahui hal-hal yang dilarang diharamkan oleh ajaran Islam dalam hubungan jual beli. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek- efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index JII. Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran bahwa setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan pasar modal syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya adalah telah diterbitkan 6 enam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke enam fatwa dimaksud adalah : a No.05DSN-MUIIV2000 tentang Jual Beli Saham. b No.20DSN-MUIIX2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa. c Dana Syariah. d No.32DSN-MUIIX2002 tentang Obligasi Syariah. e No.33DSN-MUIIX2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. f No.40DSN-MUIIX2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan. g Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal. h No.41DSN-MUIIII2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah. Fatwa-fatwa tersebut di atas mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang meliputi bahwa suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh sertifikat predikat syariah dari DSN-MUI yaitu bahwa calon emiten terlebih dahulu harus mempresentasikan terutama struktur bagi hasilnya dengan nasabah investor, struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya seperti perjanjian perwali amanatan dll. Beberapa instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqarabahmudharabah fund, saham biasa common stock, muqarabahmudharabah bonds, karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan dipasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek hutang untuk membayar kembali utang dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal sohibul maal, tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata- mata merupakan fungsi dari waktu. Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren indeks suatu efek bisa diperjualbelikan akan tetapi hasil yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden dilarang diperjualbelikan, karena pada transaksi murabahah tidak boleh menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock saham istimewa, forwad contract, option. c. Bentuk Investasi Asuransi Syariah. Khusus untuk lembaga keuangan asuransi syariah sesuai dengan keputusan menteri keuangan, Nomor 424 KMK.062003pasal 16, tentang jenis-jenis investasi asuransi syariah dan reasuransi syariah: a Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank. b Saham-saham syariah yang tercatat di bursa efek c Penyertaan langsung saham-saham yang tidak tercatat dibursa efek Indonesia. d Obligasi dan medium term notes e Surat-surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau bank Indonesia. f Unit penyertaan reksadana. g Bangunan dengan hak strata atau bangunan dengan tanah. h Pinjaman polis, i Pembiayaan konsumtif j Pembiayaan modal kerja. Gambar 2.1. Bagan Bentuk Invetasi Asuransi Syariah

B. Jakarta Islamic Index JII