Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Pengalaman Fenomenologi

menurunkan stress serta mengakhiri dengan baik Ladewig, London Old, 1989, Gorrie, Mc. Kinney Murray, 1998. Caplan 1960 menemukan bahwa 85 dari sampel wanita yang akan mempunyai bayi untuk pertama kalinya primapara mengakui perasaan kecewa dan ansietas saat mengetahui bahwa mereka hamil. Cobliner 1965 menemukan bahwa 47 dari sampel wanita di New York secara terbuka mengakui bahwa awal kehamilan mereka tidak menginginkan anak yang sedang mereka kandung. Walaupun demikian, Cartwrigth 1976 melakukan survey pada wanita primipara di Inggris dan menemukan bahwa 67 dari wanita tersebut merasa senang bahwa mereka hamil. Penemuan yang berbeda ini dapat dijelaskan pertama-tama dengan waktu kehamilan saat wawancara dilakukan. Sikap yang ditunjukkan terhadap kelahiran dapat berubah selama kehamilan terutama jika ibu atau ayah dapat merasakan kehadiran bayi dalam kandungan quickening. Kedua, kehamilan yang direncanakan mempunyai korelasi psikologis yang berbeda dari kehamilan yang tidak direncanakan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik dan berminat untuk mengadakan penelitian mengenai pengalaman ibu hamil dalam menghadapi stres persalinan di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu hamil dalam menghadapi stress persalinan di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2008-2009. Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian

Untuk menggali pengalaman ibu hamil dalam menghadapi stress persalinan di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2008-2009.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar menerapakan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan klien khususnya pada ibu hamil.

2. Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi ibu hamil tentang bagaimana sikap dalam menghadapi stres pada proses persalinan.

3. Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara khususnya mata kuliah Askeb dan Metodologi Penelitian.

4. Peneliti Lanjut

Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditunggu Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi Deahlier Bukatko, 1985, dalam Syah, 2003.

B. Konsep Kehamilan 1. Defenisi Kehamilan

Masa kehamilan adalah dimulai dari proses pembuahan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan trimester yaitu trimester I usia kehamilan 12 minggu, trimester II usia kehamilan 12 – 27 minggu, dan trimester III usia kehamilan 28 – 40 minggu.

2. Perubahan Psikologis

Ketika ibu pertama kali mengetahui dirinya mungkin hamil, ia merasa terkejut dan menyangkal. Walaupun ketika kehamilan tersebut direncanakan, periode awal 5 Universitas Sumatera Utara ketidakyakinan adalah hal umum terjadi Hamilton, 1995. Perubahan psikologis yang terjadi selama kehamilan berbeda setiap trimester.

a. Trimster Pertama

Pada awal kehamilan dapat timbul reaksi emosional ambivalen, yaitu ketidakpastian atau keragu-raguan akan kehamilan, ini terjadi karena kurangnya persiapan baik secara materi maupun psikologi. Selain itu reaksi emosional yang dapat muncul adalah ketakutan dan khayalan. Ibu merasa cemas dengan keadaan dirinya serta janin pada waktu persalinan dan mulai membayangkan perannya setelah bayi lahir.

b. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Ibu telah menerima kehamilannya dan mulai memperhatikan kebutuhan dirinya dan janin serta mempersiapkan dirinya dalam menghadapi persalinan. Di samping itu, dapat juga terjadi mood swing dimana ibu cepat marah dan membutuhkan pengertian dan perhatian yang lebih besar.

c. Trimster Ketiga

Trimester ketiga ditandai dengan adanya rasa tidak nyaman, perubahan bentuk tubuh dan kecemasan akan proses persalinan dan peran ibu yang akan dijalani. Sekitar dua minggu sebelum melahirkan, sebagian besar ibu mulai mengalami perasaan senang Reeder, 1997.

3. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan

Ketidaknyamanan dalam kehamilan menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh ibu seperti : Universitas Sumatera Utara a. Sering buang air kecil nocturia, dan cara meringankannya adalah kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan atau buang air kecil, perbanyak minum pada siang hari, jangan kurangi minum di malam hari untuk mengurangi nocturia kecuali jika nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan. b. Keringat bertambah peningkatan perspirasi, dan cara meringankannya adalah pakailah pakaian yang tipis dan longgar, mandi atau rendam secara teratur. c. Kram pada kaki, cara meringankannya adalah berlatih dorsifleksi pada kaki untuk meregangkan otot-otot. d. Varises pada kakivulva, cara meringankannya adalah tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk, berbaring dengan posisi kaki ditinggikan + 90 beberapa kali sehari, hindari berdiri atau duduk terlalu lama, istirahat dalam posisi berbaring miring kiri atau kanan.

4. Ketakutan-ketakutan pada Masa Hamil

Kehamilan pada umumnya menambah intensitas emosional dan tekanan-tekanan batin pada kehidupan psikisnya. Hal ini dapat diperberat oleh kesulitan keuangan, kewajiban mengurus rumah tangga yang amat berat, selisih paham dengan salah seorang anggota keluarga. Konflik dengan suami, dan lain-lain, maka beban ujian berupa kehamilan itu pasti akan terasa semakin berat menekan pada dirinya. Ketakutan itu antara lain berupa : kerisauan disebabkan oleh kelelahan dan kesakitan jasmaniah, jadi bingung, kecemasan karena tidak mendapatkan support emosional; mengembangkan reaksi-reaksi kecemasan terhadap cerita-cerita takhayul yang mengerikan, ketakutan menghadapi saat kelahiran bayinya : ketakutan kalau-kalau Universitas Sumatera Utara bayinya mati dan gugur mengalami abortus, mati setelah lahir, atau akan cacad jasmaninya disebabkan oleh dosa-dosa ibunya di masa lalu. Jika dalam kehidupan sehari-hari seorang wanita memiliki sikap hidup yang relatif sehat dan bersikap rasional terhaap diri sendiri, tanpa dibarengi kompulsi- kompulsi dorongan paksaan tertentu, maka wanita tersebut pasti akan memandang kehamilan dirinya dengan sikap yang sehat pula Kartono Kartini, 1992. Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan, 1. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, dimana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah. 2. Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri. 3. Tahap ketiga yakni trimester ketiga, stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan. Universitas Sumatera Utara

C. Stress 1. Defenisi

Stress adalah interaksi antara individu dan lingkungan yang ditandai oleh ketegangan emosional dengan berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik seseorang Harvey and Bowin, 1996 : 313. Stress adalah sebagai ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon di bawah suatu kondisi dimana kegagalan sejalan dengan tuntutan yang mempunyai konsekuensi penting J.E. McGrath, 1970 : 20. Stress adalah munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas sebab orang tersebut merasa tidak mampu mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya Gray and Smeltzer, 1990 : 636.

2. Gejala dan Tanda-tanda Stress

a. Fisik, yaitu mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, sakit kepala, gelisah, dan lain-lain. b. Perilaku yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, serta kehilangan semangat. c. Watak dan kepribadian yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri, dan lain-lain. d. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, suasana hati mudah berubah-ubah, mudah menangis dan depresi, gugup. e. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, suka melamun berlebihan. Universitas Sumatera Utara f. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, menutup diri secara berlebihan Cooper, 1995.

3. Tahap-tahap Stress

a. Tahap peringatan : ada respon fisiologis yang rumit yang dialami adanya stresor. Munculnya ketegangan otot, detak jantung. b. Tahap resistensi : tubuh menggunakan seluruh kemampuannya untuk melawan reaksi stress. c. Tahap kelelahan : sumber daya habis, resistensi menurun. Penyakit atau kematian datang.

4. Model-model Stress

Model-model stres digunakan untuk mengidentifikasi stressor pada individu secara khusus dan memprediksi respon seseorang pada stres, yang dimana setiap model menekankan pada aspek yang berbeda dari stres. Model stres ada empat yaitu stres sebagai respon, model stres adaptasi stres, stres sebagai stimulus dan stres sebagai transaksi. Stres sebagai model respon mengidentifikasi stres sebagai respon individu terhadap penerimaan stres Lyon Werner, 1987 dalam Abraham Shanley, 1997. Selye juga menjelaskan stres sebagai suatu respon nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan. Respon umum ini disebut sebagai General Adaptation Syndrom GAS Potter Perry, 1992. Stres hanya bisa di observasi melalui perubahan tubuh, karena stres berada dalam tubuh. General adaptation syndrom terjadai melalui pelepasan hormon dan perubahan pada struktur dan komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenalin dan struktur limfatik. Universitas Sumatera Utara Selain itu pada general adaptation syndrom tubuh juga dapat berespon secara lokal misalnya suatu organ atau bagian tubuh tersendiri berespon, hal ini disebut dengan Local Adaptation Syndrom LAS contohnya inflamasi.

D. Konsep Persalinan 1. Defenisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat bertahan hidup, dari dalam rahim melalui vagina ke dunia luar Endjun, 2002. Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir Bogak et all, 2005. Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan, dan tetap demikian selama proses persalinan WHO, 2005. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ada juga yang menyatakan bahwa persalinan normal adalah jika bayi lahir dengan presentasi kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu 18 jam atau kurang dari 24 jam tanpa komplikasi apapun Endjun, 2002.

2. Kecemasan Pada Proses Persalinan

Tidak semua perempuan memberikan respon yang senang dan gembira menjelang persalinan. Beberapa diantara mereka ada yang menunjukkan dua perasaan yang bertentangan. Terjadi konflik antara adanya keinginan untuk melahirkan bayi dan adanya rasa takut saat mau melahirkan. Kebanyakan ibu mengalami sejumlah tingkat Universitas Sumatera Utara kecemasan saat menjelang persalinan dan selama melahirkan. Tingkat cemas yang dialami mereka bisa cemas ringan dan sedang tetapi pada beberapa kasus tingkat kecemasan ibu melahirkan bisa mencapai cemas berat dan panik. Ketika seorang wanita berada dalam cemas ringan dan sedang maka ia masih mampu bersikap asertif, mempertahankan kontrol dan menggunakan koping secara lebih efektif. Tidak demikian dengan seorang wanita yang sangat cemas, dimana ia sama sekali tidak mampu melaksanakan koping dan motivasinya menurun sehingga ia mengabaikan nasehat atau instruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang membantunya melahirkan, akibatnya hal ini bisa mengancam keselamatan ibu dan bayinya Henderson Jones, 2005.

3. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi

Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila dirinya jadi hamil : pasti akan dihinggapi campuran rasa, yaitu : rasa kuta dan berani menanggung segala coba, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri; rasa cinta dan benci; keragu-raguan dan kepastian; kegelisahan dan rasa tenang bahagia; harapan penuh kegembiraan dan kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Sebab-sebabnya antara lain : 1 Takut Mati Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomenon fisiologis yang normal, namun hal tersebut tidak kalis dari resiko-resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan- Universitas Sumatera Utara ketakutan; takut mati, baik kematian dirinya sendiri, maupun anak bayi yang akan dilahirkan. 2 Trauma Kelahiran Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, ada pula ketakutan-lahir. takut dilahirkan didunia ini pada anak bayi, yang kita kenal sebagai ”trauma Kelahiran” . trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Yaitu merupakan ktakutan “hipotetis” untuk dilahirkan di dunia, dan takut terpisah dari ibunya. 3 Perasaan bersalah Berdosa Dalam semua aktivitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah-bentuk. Dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia; sebab selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa. 4 Ketakutan riil : a. Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacat, atau lahir dalam kondisi yang patologis. b. Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri dimasa silam. c. Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi. Universitas Sumatera Utara d. Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya. e. Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdosa atau bersalah.

E. Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang Husserl Moleong, 2005. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang Moleong, 2005. Terdapat dua macam penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena fenomenologi deskriptif dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut fenomenologi interpretif. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu: 1 ruang kehidupan; 2 kehidupan tubuh memenuhi kebutuhan badaniah; 3 usia kesementaraan; 4 kehidupan hubungan manusia hubungan Polit, et al., 2001. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki Universitas Sumatera Utara riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia Moleong, 2005. Beberapa ciri pokok fenomenologi yang diakukan oleh peneliti fenomenologis yaitu: 1 fenomenologis cenderung mempertentangkan dengan ’naturalisme’ yaitu yang disebut objektivisme dan positifisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; 2 secara pasti fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang oleh Husserl disebut ’Evidenz’, yang merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, yang mencakupi untuk sesuatu dari segi itu; 3 fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya Moleong, 2005. Fenomenologis percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia perwujudan adalah sebuah konsep tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka, seperti berfikir, melihat, mendengar, rasa, dan interaksi antara perasaan yang terus menerus pada tubuh mereka dengan dunia Polit, et al., 2001. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu Moleong, 2005. Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang- orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia Universitas Sumatera Utara konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari- hari Moleong, 2005. Dalam sebuah penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Selanjutnya, dalam percakapan yang dalam, peneliti berusaha menambahakan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka. Terkadang, dua wawancara terpisah atau beberapa pembicaraan diperlukan. Secara khas, penelitian fenomenologi melibatkan sedikit partisipan, sering 10 orang atau lebih sedikit Polit, et al., 2001. Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian fenomenologi deskriptif sering melibatkan empat tahap yaitu: 1 menggolongkan data, yang berarti proses mengidentiikasi dan memegang praduga kepercayaan dan pendapat yang ditangguhkan tentang fenomena yang diteliti; 2 Intuisi, yang terbentuk ketika peneliti membuka arti sifat dari fenomena dari orang yang pernah mengalaminya; 3 analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengaktegorikan, dan membuat pengertian tentang hal-hal yang baru dari fenomena; 4 menggambarkan, yaitu tahap menggambarkan ketika peneliti mulai mengerti dan mengartikan fenomena Polit, et al., 2001. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian