Hubungan Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA NAGA TIMBUL

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh: ELIANI SINAGA

NIM. 121021077

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2015


(2)

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA NAGA TIMBUL

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Dajukan sbagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: ELIANI SINAGA

NIM. 121021077

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul sebagai akibat kekurangan zat besi terkait dengan asupan protein. Salah satu yang dapat menyebabkan timbulnya anemia yaitu kurangya asupan protein, zat besi dan vitamin C dari makanan, adanya gangguan absorbsi di usus. Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu protein hewani dan vitamin C.

Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Pengukuran hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin dan menggunakan alat Spektrofotometer. Asupan Protein dan zat besi diperoleh dengan metode food recall 24 jam selama 2 kali pada hari yang tidak berturut. Hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia dianalisis dengan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang paling banyak kategori kurang 60,0%, zat besi kategori kurang sebanyak 72,5% dan anemia sebanyak 55%. Hubungan asupan protein dengan status anemia ibu hamil diperoleh ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia ibu hamil. Hubungan asupan zat besi dengan status anemia ibu hamil terdapat hubungan yang signifikan juga.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan pola makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan kandungan zat gizinya agar kebutuhan zat gizi terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan protein dan zat besi dihimbau kepada keluarga agar memanfaatkan pekarangan rumah misalnya memelihara ikan, beternak ayam, dan menanam sayuran disekitar rumah.


(5)

iii

ABSTRACT

Anemia of pregnant women in Desa Naga Timbul is the effect of iron deficiency that relates with protein intake. There are some factors that affect anemia they are the less of protein intake, iron deficiency, lack of vitamin C, and absorption nuisance of intestine. Iron absorption is affected by some factors such as animal protein and vitamin C.

The research is conducted in cross sectional design. The sample is 40 pregnant women. The objective of study is to find the relationship between protein intake and iron intake with anemia status of pregnant women in Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang in 2014. The hemoglobin measurement is done by using Cyanmethemoglobin method and by using Spektrofotometer. Protein intake and iron intake are measured by food recall method in 24 hours twice in different days.. The relationship between protein intake and iron intake with anemia status is analyzed by Chi Square test.

The result of the research shows that the less of protein intake category is 60.0 %, iron deficiency category is 72.5% and anemia is 55%. It shows that there is a significant relationship between protein intake and anemia status of pregnant women. The relationship between iron intake and anemia status of pregnant women is also significant.

Based on the research, the pregnant women are expected to set up their time of eating better, to mull over the kinds of food that they consume and the nutrients of their foods in order to fulfill their needs of nutrients. In order to fulfill their needs of protein and iron, the families are expected to use their house environment for instance raise chicken and fish, plant vegetable around their house.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eliani Sinaga

Tempat/Tanggal Lahir : Raya Timuran, 12 September 1978 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Asrama Yonif 121/MK Galang Lubuk Pakam Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1985-1991 : SD Negeri No.091563 Raya Timuran 2. Tahun 1991-1994 : SMP Swasta Kartani Pematang Siantar

3. Tahun 1994-1997 : SMU Swasta FKIP HKBP Nomensen P Siantar

4. Tahun 1997-2000 : Akademi Keperawatan”BAS” Balimbingan Tanah Jawa 5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kemurahanNya memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Hubungan asupan protein dan zat besi

dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 “ sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi jenjang pendidikan Strata-1 pada Fakultas Kesehatan masyarakat, khusus peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes . sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran ditengah-tengah kesibukannya.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran–saran dan masukan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

5. Ernawati Nasution,SKM,M.Kes, sebagai Dosen Penguji I yang banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. dr.Mhd.Arifin Siregar,MS sebagai Dosen Penguji II yang banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

8. Kepala Desa Naga Timbul Kecamatan tanjung Morawa yang telah memberikan izin penelitian atas informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian skripsi ini.

9. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Medan. 10.Bernike Doloksaribu, S.ST, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Medan.

11.Orang Tua (D.Sinaga / T.Gultom) dan Mertua (K.Sihombing / Almh. R.Silitonga) tercinta dan seluruh kakak, abang, dan adik yang telah membantu dan memberikan motivasi serta dukungan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Suami tercinta Lettu Inf. HS. Sihombing dan ananda tersayang Mikhael Sihombing yang senantiasa memberi semangat belajar dan inspirasi serta mendoakan selama penulis mengikuti perkuliahan hingga selesai pendidikan Strata-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Pemintanan Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

vii

13.Teman-teman terkasih best friends forever (Yunita Kemala Dewi, Dony Hutapea, Reni Indra Aristi, dan Faizal Aswinsyah), terimakasih atas dukungan, semangat serta motivasinya.

14.Teman-teman angkatan 2012 dan peminatan Gizi angkatan 2013, terimakasih atas dukungan, doa, semangat, dan kebersamaan kita selama ini.

15.Serta semua pihak yang telah berjasa, yang tidak dapat kami sebut satu persatu dan atas bantuannya dalam penyelasaian skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Medan, Januari 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan……… i

Abstrak………. ii

Riwayat Hidup Penulis………. iv

Kata Pengantar………. v

Daftar Isi……….. viii

Daftar Tabel………. x

Daftar Gambar………. xi

BAB I : PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 5

1.3. Tujuan Penelitian……….. 5

1.3.1. Tujuan Umum………. 5

1.3.2. Tujuan Khusus………. 5

1.4. Manfaat penelitian………... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Anemia Pada Ibu Hamil……… 7

2.2. Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil………... 9

2.3. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil……… 10

2.4. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil dan janin……….. 10

2.5. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan……….. 11

2.6. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil………... 11

2.7. Hubungan Protein dan Zat Besi dengan Anemia Pada Ibu Hamil………... 12

2.8. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia………… 16

a. Usia Ibu Hamil………16

b. Usia Kehamilan……….. 17

c. Jarak Kelahiran……….. 17

d. Tingkat Pendidikan……… 17

e. Jenis Pekerjaan……….. 18

f. Tingkat Pendapatan………...…… 19

2.9. Fungsi Protein……… ……….. 20

2.10. Bahan Makanan Sumber Protein……….. 21

2.11. Kecukupan Protein……… 22

2.12. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi Protein………... 22

2.13. Zat Besi Pada Ibu Hamil……… 23

2.14. Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Masa Kehamilan……… 23

2.15. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil………. 23


(11)

ix

2.17. Metabolisme Zat Besi ………. 26

2.18. Kerangka Konsep ………... 27

BAB III : METODE PENELITIAN……… 29

3.1. Jenis Penelitian………... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian……… 29

3.2.2. Waktu Penelitian……… 29

3.3. Populasi dan Sampel……….. 29

3.3.1. Populasi……….. 29

3.3.2. Sampel……… 30

3.4. Metode Pengumpulan Data……… 30

3.5. Instrumen Penelitian……….. 31

3.6. Defenisi Operasional………... 32

3.7. Aspek Pengukuran………. 32

3.8. Pengolahan Data………. 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN………. 34

4.1. Gambaran Umum Desa Naga Timbul………. 34

4.2. Karateristik Responden……… 35

4.2.1. Umur Responden………. 35

4.2.2. Usia Kehamilan……… 36

4.2.3. Pendidikan Responden………. 36

4.2.4. Penghasilan Responden……… 37

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein ……… 38

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Besi……….. 38

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia……….. 39

4.5. Hubungan Asupan Protein Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul………. 40

4.6. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul……… 41

BAB V : PEMBAHASAN……….. 44

5.1. Usia Ibu Hamil ………. 44

5.2. Jarak Kelahiran Ibu Hamil……… 44

5.3. Usia Kehamilan………. 45

5.4. Pendidikan Ibu Hamil……… 46

5.5. Penghasilan Keluarga Ibu Hamil……… 46

5.6. Asupan Protein Pada Ibu Hamil……… 47

5.7. Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil………... 49

5.8. Status Anemia Pada Ibu Hamil……….. 50


(12)

Ibu Hamil……….. 51 5.10. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada

Ibu Hamil……….. 52

5.11. Hubungan Usia Kehamilan (trisemester) Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil………54 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN………..

6.1. Kesimpulan……… 56

6.2. Saran……….. 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin………. 22

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Zat Besi……….. 25 Tabel 4.6. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Desa Naga Timbul

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2014……… 36 Tabel 4.6. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan di Desa Naga

Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2014……… 37 Tabel 4.6. Distribusi Ibu hamil Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di Desa

Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2014………….. 38 Tabel 4.6. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa

Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2014…………. 38 Tabel 4.7. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Asupan Protein di Desa

Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2014……… 39

Tabel 4.9. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Asupan Zat Besi di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2014……… 40

Tabel 4.10. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Status Anemia pada Ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2014……… 39

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Asupan Protein dengan Status Anemia di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2014……… 40

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Asupan Zat Besi dengan Status Anemia di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2014………. 41

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Usia Kehamilan (trisemester ) dengan Status Anemia di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2014……… 42


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.7. Tahap proses sintesis Heme……….. 14 Gambar 2.17. Metabolisme zat besi………. 27 Gambar 2.18. Kerangka Konsep Penelitian………. 28


(15)

ii ABSTRAK

Anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul sebagai akibat kekurangan zat besi terkait dengan asupan protein. Salah satu yang dapat menyebabkan timbulnya anemia yaitu kurangya asupan protein, zat besi dan vitamin C dari makanan, adanya gangguan absorbsi di usus. Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu protein hewani dan vitamin C.

Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Pengukuran hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin dan menggunakan alat Spektrofotometer. Asupan Protein dan zat besi diperoleh dengan metode food recall 24 jam selama 2 kali pada hari yang tidak berturut. Hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia dianalisis dengan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang paling banyak kategori kurang 60,0%, zat besi kategori kurang sebanyak 72,5% dan anemia sebanyak 55%. Hubungan asupan protein dengan status anemia ibu hamil diperoleh ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia ibu hamil. Hubungan asupan zat besi dengan status anemia ibu hamil terdapat hubungan yang signifikan juga.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan pola makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan kandungan zat gizinya agar kebutuhan zat gizi terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan protein dan zat besi dihimbau kepada keluarga agar memanfaatkan pekarangan rumah misalnya memelihara ikan, beternak ayam, dan menanam sayuran disekitar rumah.


(16)

ABSTRACT

Anemia of pregnant women in Desa Naga Timbul is the effect of iron deficiency that relates with protein intake. There are some factors that affect anemia they are the less of protein intake, iron deficiency, lack of vitamin C, and absorption nuisance of intestine. Iron absorption is affected by some factors such as animal protein and vitamin C.

The research is conducted in cross sectional design. The sample is 40 pregnant women. The objective of study is to find the relationship between protein intake and iron intake with anemia status of pregnant women in Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang in 2014. The hemoglobin measurement is done by using Cyanmethemoglobin method and by using Spektrofotometer. Protein intake and iron intake are measured by food recall method in 24 hours twice in different days.. The relationship between protein intake and iron intake with anemia status is analyzed by Chi Square test.

The result of the research shows that the less of protein intake category is 60.0 %, iron deficiency category is 72.5% and anemia is 55%. It shows that there is a significant relationship between protein intake and anemia status of pregnant women. The relationship between iron intake and anemia status of pregnant women is also significant.

Based on the research, the pregnant women are expected to set up their time of eating better, to mull over the kinds of food that they consume and the nutrients of their foods in order to fulfill their needs of nutrients. In order to fulfill their needs of protein and iron, the families are expected to use their house environment for instance raise chicken and fish, plant vegetable around their house.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa prevalensi anemia defisiensi besi di Asia >75%, di Indonesia kasus anemia gizi mencapai 63,5%

Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional 2010, angka anemia pada ibu hamil sebesar 40,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia. Diperkirakan jika pada tahun 2012–2015 prevalensi anemia masih tetap diatas 40%, maka akan terjadi kematian ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Kondisi ini akan menyebabkan 3-7 % ibu meninggal karena penyebab tak langsung yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal (Pearce, 2010).

Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu, perubahan-perubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu pada keadaan kehamilannya. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi penggunaan zat-zat makanan oleh tubuh berkurang sehingga kebutuhan tubuh akan sumber zat gizi juga akan berkurang pada beberapa bulan pertama kehamilan. Untuk itu selama masa kehamilan gizi ibu hamil harus tetap dijaga. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat


(18)

2

membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu Pada masa kehamilan trisemester pertama (Manuaba, 2007).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) terdapat 37,1% ibu hamil anemia yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gr/dl dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Tingginya kejadian anemia ini erat kaitannya dengan faktor kurang asupan makanan bergizi saat ibu hamil dan kurangnya kesadaran dalam mengkonsumsi tablet zat besi.

Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2008), telah melakukan survei anemia yang dilaksanakan tahun 2005 di 4 kabupaten/kota di Sumatera Utara, yaitu Kota Medan, Binjai, kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Hasil survey menunjukkan bahwa 40,50% wanita hamil masih menderita anemia.

Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu hamil. Konsekuensi anemia pada ibu hamil dapat membawa pengaruh buruk baik terhadap kesehatan ibu maupun janinnya, keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas ibu dan anak ( Khomsan, 2003).

Sebanyak 49,5% wanita hamil mengkonsumsi protein di bawah 80% dari yang dibutuhkannya semasa kehamilan dan 44,8% wanita hamil juga kurang mendapatkan asupan energi secara total yakni masih di bawah 70% dari yang dibutuhkan. Hal ini memperlihatkan bahwa sekitar 45 – 50 % ibu hamil di Indonesia tidak mendapat asupan energi dan protein yang cukup. Sebanyak 49,5% wanita hamil


(19)

3

mengkonsumsi protein dibawah 80% dari yang dibutuhkan semasa kehamilan dan 44% wanita hamil kurang mendapatkan asupan protein secara total. Kurangnya konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya dari pada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi sehingga sangat berisiko terhadap terjadinya anemia. Keadaan ini diakibatkan kemampuan ekonomi yang rendah dimana pangan nabati relatif lebih murah dibandingkan pangan hewani (Depkes, 2003).

Zat besi mempunyai fungsi untuk pembentukan hemoglobin, mineral dan pembentukan enzim. Hemoglobin bertindak sebagai unit pembawa oksigen darah yang membawa oksigen keparu-paru, serta membawa CO2 kembali ke paru-paru. Defiseinsi zat besi dapat mengakibatkan cadangan zat besi dalam hati menurun, sehingga pembentukan sel darah merah terganggu akan mengakibatkan pembentukan kadar hemoglobin rendah atau hemoglobin darah dibawah normal. Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil yaitu dapat mengalami keguguran, melahirkan sebelum waktunya, bayi lahir dengan berat tidak normal, perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas. Anemia pada ibu hamil juga meningkatkan resiko kematian ibu. Penyebab langsung kematian ibu hamil adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi, namun resiko kematian meningkat bila ibu menderita anemia (Waryana, 2010).


(20)

4

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara menunjukkan kenaikan pada tahun 2005 sebesar 33,03%, naik menjadi 53,09% tahun 2007 dan menjadi 76,67% di tahun 2008 serta mengalami penurunan sedikit menjadi 75% di tahun 2009 dan tahun 2010 turun menjadi 68,85%, angka ini masih jauh dari target yang ditentukan yaitu 80% (Dinkes Propsu, 2010).

Penelitian yang dilakukan Widodo di Puskesmas Rimo Kecamatan Gunung Meriah Aceh Singkil Tahun 2001, masih ditemukan ibu hamil yang tidak pernah memperoleh tablet zat besi yaitu sekitar 43,33% dan ibu hamil yang kehamilannya trisemester III menerima tablet zat besi kurang dari 90 tablet yaitu sekitar 39,22% sementara ibu hamil yang memperoleh tablet zat besi kurang dari 30 tablet sekitar 21,56%.

Menurut data profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk Puskesmas Tanjung Morawa, cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet zat besi di Puskesmas Tanjung Morawa pada tahun 2010 sekitar 91,43%, pada tahun 2011 sekitar 86,41% dan pada tahun 2012 mengalami sedikit penurunan menjadi 72,33%. Angka ini sebelumnya sudah memenuhi target yang diharapkan namun pada tahun 2012 mengalami sedikit penurunan.

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di Bidan Desa di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yaitu terdapat 40 ibu hamil. Sebanyak 12 ibu hamil yang berkunjung, masih ditemukan 8 ibu (67%)


(21)

5

yang mengalami gejala anemia dengan tanda-tanda lemah, letih, lesu, pucat, mata berkunang-kunang dari posisi duduk pada saat berdiri. Pada umumnya masyarakat didasari oleh berbagai faktor yaitu ibu hamil masih ada yang belum memanfaatkan fasilitas sarana kesehatan untuk memperoleh tablet tambah darah, jarak pelayanan kesehatan yang terlalu jauh sehingga harus menggunakan kenderaan. Hal lainnya adalah masyarakat Desa Naga Timbul pada umumnya bekerja sebagai petani dan buruh perkebunan dimana pendapatan keluarga masih terbatas sehingga mempengaruhi daya beli dalam ketersediaan pangan yang beragam dalam keluarga.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.


(22)

6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

2. Untuk menganalisis asupan protein (hewani dan nabati) pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

3. Untuk menganalisis asupan zat besi pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menjadi informasi bagi bidan Desa Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Desa Naga Timbul guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya penanganan anemia pada ibu hamil.

2. Sebagai bahan dalam membuat kebijakan penanggulangan anemia pada ibu hamil di masa yang akan datang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anemia pada Ibu Hamil

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penyebab anemia bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan jumlah jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Wirakusumah, 1999).

Anemia dapat terjadi jika ibu hamil mengalami kekurangan Vitamin A dimana Vitamin A berperan dalam memobilisasi cadangan besi di dalam tubuh untuk dapat mensintesa hemoglobin. Status vitamin A yang buruk berhubungan dengan perubahan metabolisme besi pada kasus kekurangan besi. Defisiensi vitamin B12

hampir sama dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia makrositik. vitamin B12

ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood Cell), yaitu sebagai co-enzim untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan juga dipergunakan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf (Almatsier, 2002). Manifestasi defisiensi vitamin B12 terjadi pada tahap


(24)

8

awal dengan konsentrasi serum yang rendah kemudian ada indikasi transcobalamin II yang rendah, pada tahap berikutnya konsentrasi vitamin dalam sel yang rendah dan selanjutnya defisiensi secara biokimia dengan terjadinya penurunan sintesis DNA. Anemia pernisiosa yang disertai rasa letih yang parah merupakan akibat dari defisiensi vitamin B12. Asam folat atau folic acid, folate, folacin, vitamin B9, pteroyl-L-glutamic acid, pteroyl-L-glutamate, pteroylmonoglutamic acid adalah vitamin yang diperlukan oleh anak-anak dan orang dewasa untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Tanpa asam folat, tubuh akan mudah terserang penyakit seperti depresi, kecemasan, kelelahan, insomnia, kesulitan mengingat, lidah merah dan luka hingga gangguan pencernaan.

Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%.perdarahan menahun yang berasal dari saluran pencernaan. Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorbs, serta kehilangan zat besi saat Faktor nutrisi yang mengakibatkan anemia yaitu akibat kurangnya jumlah zat besi total dalam makanan, atau kualitas zat besi yang kurang baik. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Rukman, 2009).

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya. Anemia juga disebabkan


(25)

9

oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Proverawaty, 2007).

2.2. Tanda Dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, dinama hal ini karena adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan. Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang–kunang , malaise, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang dan nafas pendek jika sudah parah.

Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO 2001 ditetapkan 3 kategori yaitu:

a. Normal : ≥11 gr/dl

b. Anemia ringan : 9-10 gr/dl c. Anemia sedang : 7-8 gr/dl d. Anemia berat : < 7 gr/dl

Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar


(26)

10

hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit di bawah nilai normal (20-30%), yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah daripada keadaan tidak hamil (Tarwoto, 2007).

Menurut Proverawati (2007) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi: merasa lelah atau lemah, kulit pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak napas, dan konsentrasi terganggu. Keluhan anemia yang paling umum dijumpai pada masyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5 L yaitu letih, lesu, lemah, lelah dan lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi.

2.3. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil

Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati zat besi yang ada didalamnya dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang baru. Menurut Tarwoto (2007) penyebab anemia secara umum adalah: kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan, penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare, dan kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat luka.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hemoglobin. Anemia gizi besi dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.


(27)

11

2.4. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil dan Janin

Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah : kehamilan trisemster pertama: abortus, missed abortion dan kelainan congenital, kehamilan trisemester kedua: persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, BBLR, infeksi dan kematian buat janin dan ibu (Sukarsih, 2002).

2.5. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Klasifikasi Anemia dalam kehamilan menurut Tarwoto,dkk, (2007) adalah sebagai berikut:

a. Anemia Defesiensi Besi: Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh suplai zat besi kurang dalam tubuh.

b. Anemia Megaloblastik: Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam folat.

c. Anemia Aplastik: Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel yang mengakibatkan anemia.

d. Anemia Hemolitik: Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.

e.Anemia Sel Sabit: Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul Hb.


(28)

12

2.6. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Departemen Kesehatan 2001 adalah :

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan sumber hewani ( hem iron ) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A ( buah – buahan dan sayuran ) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.

2. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan.

3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplemen zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lain.

2.7. Hubungan Protein dan Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil

Protein dicerna di usus halus dan cairan pancreas mengandung proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen. Proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen diaktifkan menjadi enzim trypsin dan chymotrypsinogen oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus halus. Enzim trypsin dan chymotrypsin berperan memecah polipeptida menjadi peptide sederhana. Selanjutnya peptide


(29)

13

tersebut dipecah menjadi asam amino oleh enzim peptidase (erepsin). Enzim peptidase dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan aktivitasnya yaitu enzim aminopeptidase memecah gugus amina dari polipetida. Nuklease memecah asam nukleat (DNA dan RNA) menjadi nukleotida (Murray, 2006).

Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kekurangan asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Transferin merupakan protein utama pengangkut zat besi, suatu beta globulin dan sintesis di hepar. Tiap molekul transferin dapat mengikat dua molekul besi dalam bentuk ferri. Transferin akan membawa zat besi ke sumsum tulang atau ke organ lain, apabila sumsum tulang mengalami kerusakan atau kelebihan jumlah zat besi yang siap disimpan dalam sumsum tulang. Pada saat tidak ada transferin, protein lain akan mengikat zat besi tetapi membawa zat besi ke organ lain seperti hepar, limpa, pankreas dan sedikit ke sumsum tulang. Transferin mempunyai reseptor spesifik pada besi maupun ke sel dan normoblast yang baru berkembang. Transferin yang sudah membawa zat besi berikatan dengan reseptor transferin pada permukaan prekursor entroid. Dalam sel eritroid sebagian besar zat besi pindah ke mitokondria, dimana akan bergabung dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Dalam sel non-eritroid zat besi disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin. Ferritin terdiri dari tempurung protein bagian luarnya dan kompleks zat besi dibagian tengah atau intinya. Tempurung bagian luarnya terdiri dari 22 molekul apoferritin dan intinya terdiri dari fosfat/zat besi (Rukiyah, 2009)


(30)

14

Penelitian yang dilakukan Ariyani (2010), menunjukkan bahwa konsumsi protein yang kurang memiliki kemungkinan untuk menderita anemia dimana protein merupakan sumber utama zat besi dalam makanan. Absorbsi besi yang terjadi di usus halus dibantu oleh alat angkut protein yaitu transferin dan ferritin yang berfungsi mentranspor zat besi ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah senyawa protein terkonjugasi yang member warna merah pada darah. Sintesis hemoglobin merupakan proses biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-senyawa. Proses sintesis ini terkait dengan sintesis heme dan protein globulin. Mekanisme sintesis heme dapat dilihat pada Gambar 2, (Rukiyah, 2009).


(31)

15

Suksinil-KOA + Glisin

Aminolevulenat sintase Vitamin B6 aktif ( B6-PO4)

Asam aminolevulenat Aminolevulenat dehidratase

Porfobilinogen Uroporfirinogen I sintase

Hidroksimetilbilane Uroporfirinogen III kosintase

Uroporfirinogen III Uroporfirinogen Dekarboksilase

Koproporfirinogen III Koproporfirinogen Oksidase

Protoporfirinogen III Protoporfirinogen oksidase

Protoporfirin III Ferroketolase Fe2+

HEME

Gambar 1. Tahap Proses Sintesis Heme (Murray, Ganner, Robert, 2006)

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui keterlibatan beberapa zat gizi atau senyawa-senyawa seperti asam amino glisin dan vitamin B6 pada reaksi awal.

Selanjutnya didalam sitosol dua molekul asam aminolevulenat (ALA) di kondensasi oleh enzim ALA dehidratase membentuk 2 molekul air dan 1 molekul


(32)

16

porfobilinogen. Keterlibatan zat besi adalah dalam proses sintesis hemoglobin, yaitu pada tahap akhir proses pembentukan heme. Pada tahap ini terjadi penggabungan zat besi ferro ke dalam protoporfirin III yang dikatalis oleh enzim ferroketalase. Untuk sintesis gobulin diperlukan asam amino, biotin, asam folat, vitamin B6 dan vitamin

B12. Selanjutnya interaksi antara heme dan globulin akan menghasilkan hemoglobin.

Unsur zat besi yang tersedia dalam tubuh bersumber dari sayur – sayuran, daging, ikan yang dikonsumsi setiap harinya. Namun demikian mineral besinya tidaklah mudah diserap ke dalam darah, karena penyerapannya dipengaruhi oleh HCL dalam lambung. Zat besi dalam makanan yang dikonsumsi berada dalam bentuk ikatan ferri (nabati) dan ikatan ferro (hewani). Zat besi yang berbentuk ferri dengan peranan dari getah lambung (HCL) direduksi menjadi bentuk ferro yang lebih mudah diserap oleh sel mukosa usus. Adanya vitamin C dapat membantu proses reduksi tersebut. Zat besi yang berbentuk ferro di dalam sel mukosa dioksidai menjadi ferri, dengan demikian terjadinya penyatuan diantara ferri dan ferro, yang selanjutnya bergabung dengan apoprotein membentuk protein yang berkandungan besi, yaitu ferritin yang selanjutnya melalui beberapa proses lain dapat masuk dalam plasma darah ( Kartasapoetra, 2005)

Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara betahap melalui beberapa tahap mulai dari baru timbul hingga tahap lanjut yaitu:

a. Tahap I: Kehilangan zat besi melebihi asupannya sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.


(33)

17

b. Tahap II: Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.

c. Tahap III: Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.

d. Tahap IV: Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

e. Tahap V: Dengan semakin terbentuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala karena kekurangan zat besi dan gejala karena anemia semakin memburuk (Murray, 2006)

Jika asupan protein rendah maka proses transferrin mengangkut zat besi kesumsum tulang belakang akan terhambat. Menurunnya asupan protein dan zat besi yang merupakan unsur utama pembentukan hemoglobin akan mempengaruhi kadar produksi hemoglobin. Untuk mencegah agar tidak kekurangan kadar hemoglobin dan mengalami anemia, maka salah satu yang perlu diperhatikan adlah asupan makanan yang mengandung zat besi seimbang (Proverawati, 2007).


(34)

18

2.8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi TerjadinyaAanemia pada Ibu Hamil

a. Usia Ibu Hamil

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20-35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan ibu hamil maupun janinnya beresiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

b. Usia Kehamilan

Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga rahim dan panggul masih kecil. Disamping itu, usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti preeklamsi, eklamsi, DM, dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto, 2004). c. Jarak Kelahiran

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada ibu hamil adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor hormonal dan adanya kecenderungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan


(35)

19

mempengaruhi kesehatan dan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang (Depkes, 2003).

d. Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang untuk menyerap informasi-informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya tingkat pendidikan wanita sangat mempengaruhi kesehatannya.( Depkes, 2004).

Seseorang yang hanya lulusan Sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyususn makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalau orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi maka pengetahuan gizinya akan lebih baik, hanya saja memang perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bias dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan gizi yang tepat (Soehardjo, 2003).

Pendidikan formal akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis terutama melalui media massa ( Berg, 1996).

Hasil penelitian Hendro (2006), mengatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena dengan tingkat pendidikan ibu yang


(36)

20

rendah diasumsikan pengetahuannya tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi, maka kemungkinan besar pengetahuannya tentang gizi juga tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluangnya untuk terjadi anemia.

e. Jenis Pekerjaan.

Menurut Masri Singarimbun (1998), ada istilah dalam membagi wanita

menjadi dua kategori yaitu “pekerja” dan “bukan pekerja”. Dari ketentuan tersebut, pekerjaan sering didefenisikan sebagai jenis tugas-tugas yang dilakukan oleh laki-laki, sehingga pekerjaan diluar rumah tangga dianggap bukan suatu pekerjaan. Ibu yang mempunyai kegiatan diluar rumah tangga disebut wanita pekerja.

Menurut penelitian Pusat Pengembangan Gizi (1998), mengemukakan bahwa kegiatan jasmani orang dewasa terbagi atas tiga golongan yaitu kegiatan berat, sedang dan kurang, dimana sebagian besar wanita yang bekerja tergolong kegiatan berat seperti memecah batu, mencangkul dan lain sebagainya mempunyai resiko lebih besar menderita anemia.

Sesuai dengan pendapat Gibson (1995) menyatakan bahwa salah satu tingkatan anemia gizi besi adalah hilangnya zat besi ditandai dengan adanya pengurangan jumlah cadangan zat besi dalam hati yang berakibat pada rendahnya nilai konsentrasi serum feritin, walaupun proses transport hemoglobin masih normal. Pengurangan zat besi salah satu penyebabnya adalah beban kerja atau seberapa berat aktivitas fisik yang dilakukan oleh ibu selama kehamilannya, semakin berat aktivitas fisik yang


(37)

21

dilakukan ibu hamil mempunyai kemungkinan lebih besar terjadi pengurangan cadangan zat besi.

f. Tingkat Pendapatan

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dirumah tangga. Pertumbuhan ekonomi akan dapat meningkatkan pendapatan, dengan meningkatnya pendapatan maka persoalan gizi terutama pada ibu hamil akan teratasi. Tingkat pendapatan juga menentukan jenis pangan apa yang dibeli. Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentasi perbelanjaan termasuk untuk buah-buahan, sayur sayuran dan jenis makanan lain, tetapi walaupun makanan yang berkualitas tinggi masuk ke dalam suatu rumah tangga tidak ada jaminan apakah makanan ini akan sampai kepada mereka yang sangat membutuhkan terutama pada ibu hamil .( Suhardjo, 2003).

Pemasukan makanan tambahan ke dalam rumah tangga tidak pula menjamin bahwa kebutuhan zat gizi tambahan untuk seorang wanita yang sedang hamil dapat dipenuhi, pendapat bahwa seorang wanita yang hamil makan-makanan untuk dua orang adalah konsep barat. Kebanyakan Negara-negara Asean nyatanya wanita dengan sadar mengurangi makan sewaktu sedang hamil dengan tujuan agar bayinya kecil dan kelahirannya mudah.

Para ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi pendudukanya pun akan tinggi, namun para ahli gizi berpendapat bahwa faktor ekonomi bukanlah satu-satunya faktor penentu status gizi. Status gizi juga


(38)

22

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pendidikan dan faktor lainnya, jadi masalah gizi merupakan masalah yang bersifat multi kompleks karena tidak hanya faktor ekonomi saja yang berperan tetapi faktor lain juga menentukan ( Suhardjo, 2003).

Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya keaneka ragaman makanan kurang tersedia karena uang yang terbatas tidak mungkin menyediakan makanan yang beragam. Banyak sebab yang berperan dalam menentukan besar kecilnya pendapatan diantaranya adalah jenis pekerjaan yang dimiliki.

2.9. Fungsi Protein

Protein merupakan bahan pembentuk jaringan– jaringan yang baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar – besaran, pada masa kehamilan protein berperan dalam pembentukan jaringan janin dengan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan – jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada (Winarno, 1992).

Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Jika protein tidak diperlukan dalam tubuh untuk penambahan dan perbaikan jaringan tubuh serta pembuatan enzim, antibodi dan hormon, maka gugusan asam amino disingkirkan, dan yang tersisa dari molekul protein diubah menjadi lemak, kolagen polisakarida untuk digunakan sebagai energi (Suharjo, 2002 ).


(39)

23

Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat – zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan dalam pembuluh darah yaitu dengan menimbulkan tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah. Sifat atmosfer protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh (Winarno, 1992).

Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam sel jaringan dan bertindak sebagai bahan membran sel yang dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin. Disamping itu protein dapat bekerja sebagi enzim, bertindak sebagai plasma (albumin), membentuk kompleks dengan molekul lain, dan sebagai bagian sel yang bergerak (protein otot). Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses pertumbuhan dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh (Sri Hartati, 2014)

2.10. Bahan Makanan Sumber Protein

Hampir semua bahan makanan mengandung protein, karena semua makhluk hidup juga mengandung protein. Hanya jumlah serta macamnya berbeda pada masing

– masing bahan makanan. Oleh sebab itu kita harus mengetahui bahan makanan yang banyak mengandung protein dan bernilai tinggi dalam menyusun suatu hidangan yang baik.

Berdasarkan sumbernya, protein terdiri dari dua jenis yaitu protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani antara lain: ikan, udang, kerang, kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju. Sumber protein nabati antara lain :


(40)

kacang-24

kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai), tahu, tempe. Sumber protein yang paling lengkap adalah susu, telur dan keju. Selama Kehamilan ibu hamil sebaiknya lebih banyak mengkonsumsi sumber protein hewani dibandingkan dengan sumber protein nabati (Sediautama, 1991).

2.11. Kecukupan Protein

Kecukupan gizi yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetika, keadaan hamil dan menyusui. Angka kecukupan protein bagi seseorang adalah konsumsi protein makanan yang seimbang dengan hilangnya nitrogen yang dikeluarkan oleh tubuh dalam keseimbangan pada tingkat kegiatan jasmani yang dilakukan (Almatsier, 2002).

Tabel 1. Angka kecukupan protein menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Kelompok umur Laki – laki Perempuan

5 – 10 thn 10 – 18 thn 18 – 60 thn 60 thn keatas

Ibu hamil Ibu menyusui 1,00 gr/bb 1,96 gr/bb 0,75 gr/bb 0,75 gr/bb 1,00 gr/bb 1,90 gr/bb 0,75 gr/bb 0,75 gr/bb + 12 gr/hari + 16 gr/hari Sumber: Supariasa,2004

2.12. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi Protein

Vitamin B6 memiliki pengaruh yang sangat penting dalam absorbs protein.

Vitamin B6 yang terdapat di alam terdapat dalam 3 bentuk yaitu piridoksin,

piridoksal dan piridoksamin. Piridoksin merupakan Kristal putih tidak berbau, larut air dan alcohol. Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu stabil dalam


(41)

25

larutan alkali dan tidak tahan cahaya. Dari tiga bentuk vitamin B6 piridoksinlah yang

paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan (Winarno, 1992).

2.13. Zat Besi Pada Ibu Hamil

Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalam mentransfer CO2 dan H positif pada rangkaian trasport elektron yang diatur oleh fosfat organik. Besi merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 2-3 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuh. (Rukman, 2009).

Zat besi adalah salah satu zat gizi penting yang terdapat pada sel hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun sel hewan. Dalam tubuh,zat besi sebahagian besar terdapat dalam darah sebagai protein yang bernama hemoglobin (Hb) berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh (Soekirman, 2007)

2.14. Akibat kekurangan Zat Besi pada Ibu Hamil

Semasa hamil kebutuhan akan zat besi akan semakin meningkat. Sehingga ibu hamil butuh asupan zat besi yang lebih dibandingkan sebelum hamil. Sejumlah peneliti mengatakan bahwa zat besi yang terdapat dalam menu sehari-hari jumlahnya tidak mencukupi untuk kebutuhan ibu hamil. Padahal zat besi bagi ibu hamil penting


(42)

26

untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Gangguan kurang asupan zat besi akan membuat ibu hamil mengalami anemia.

Bila ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi pada trisemester I sampai dengan trisemester III akan mengakibatkan bayi lahir prematur, kematian janin dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Untuk itu ibu hamil dianjurkan agar mengkonsumsi tambahan zat besi atau makanan yang mengandung zat besi

( Tarwoto, 2007).

2.15. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3–5 gr didalam tubuh manusia dewasa. Zat besi sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas kerjanya. Didalam tubuh zat besi berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru–paru ke jaringan sebagai alat angkut electron pada metabolisme.

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil akan meningkat sebesar 20–300 % mulai dari konsepsi hinga akan melahirkan, perkiraan besaran zat besi yang diperlukan selama hamil ialah 800 mg. Sebanyak 300 mg zat besi akan ditransfer ke janin untuk pembentukan plasenta, 500 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dalam tubuh, karena sekitar 200 mg akan lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet karena itu perlu diberikan suplementasi zat besi.


(43)

27

Tabel 2. Angka kecukupan besi

Kategori Jumlah

Bayi Balita

Anak sekolah Remaja laki – laki Remaja perempuan Dewasa laki – laki Dewasa perempuan Ibu hamil

Ibu menyusui

3 – 5 mg 8 – 9 mg 10 mg 14 – 17 mg 14 – 25 mg

13 mg 14 – 20 mg

± 26 mg ± 20 mg Sumber: Supariasa,2004

Penambahan asupan zat besi baik lewat makanan atau pemberian suplementasi terbukti mampu mencegah penurunan hemoglobin akibat hemodilusi. Untuk menjaga agar stok zat besi tidak terkuras dan mencegah kekurangan maka setiap wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi zat besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan, oleh sebab itu suplemen sebesar 30–60 mg, dimulai dari kehamilan 3 bulan hingga pascapartum dengan dosis satu tablet setiap hari (Arisman, 2002).

2.16. Absorbsi Zat Besi

Absorbsi zat besi menurut Bakta (2006) dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: a. Fase luminal: Zat besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu zat besi

heme dan non heme. Zat besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Zat besi non heme berasal dari nabati tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya rendah


(44)

28

b. Fase Mukosal: Penyerapan zat besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks (mucosal block).

c. Fase corporeal: meliputi transpotasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, serta penyimpanan besi oleh tubuh.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Zat Besi

1. Bentuk Fe: Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem yang berasal dari makanan nabati.

2. Asam organic: Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan zat besi nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi fero.

3. Asam fitat, Asam Oksalat dan tannin: Ketiga jenis zat ini dapat mengikat zat besi sehingga menghambat penyerapannya. Namun pengaruh negative ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C

4. Tingkat keasaman lambung: Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut zat besi.

5. Kebutuhan tubuh: Jika tubuh kekurangan zat besi atau kebutuhan meningkat maka penyerapannya juga akan meningkat. Maka ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi zat besi sebanyak 60–100mg/hari (Proverawati,2007).

2.17. Metabolisme Zat Besi pada Ibu Hamil

Metabolisme zat besi sangat penting dalam pemantauan status zat besi dan suplemen preparat zat besi. Zat besi merupakan unsur yang sangat penting dalam


(45)

29

tubuh dan hampir selalu berikatan dengan protein tertentu seperti hemoglobin, mioglobin. Kompartemen zat besi yang terbesar dalam tubuh adalah hemoglobin yang dalam keadaan normal mengandung kira – kira 2 gram zat besi. Mekanisme metabolisme zat besi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Metabolisme zat besi (Murray, Ganner, Robert, Peter & Victor, 2006)

Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat metabolism zat besi berawal dari unsur Zat besi yang ada pada makanan adalah zat besi elemen kemudian diabsorbsi ke usus halus menjadi Fe++. Untuk mengatur masuknya zat besi dalam tubuh maka tubuh memiliki suatu cara yang tepat, besi masuk ke dalam mukosa apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferritin. Dan jumlah apoferritin yang adal dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferritin yang ada dalam mukosa usus terikat oleh Fe menjadi


(46)

30

ferritin. Dengan demikian tidak ada lagi apoferritin yang bebas sehingga tidak ada zat besi yang masuk ke dalam mukosa. Zat besi yang ada dalam mukosa usus hanya

dapat masuk ke dalam darah bila berikatan dengan β-globulin yang ada dala plasma. Gabungan Fe dengan β-globulin disebut ferritin, apabila semua β-globulin dalam plasma sudah terikat Fe maka Fe++ yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus sel mukosa usus lepas dan diganti dengan sel baru. Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel eritroblas dalam sumsum tulang hanya memiliki reseptor untuk ferritin. Kelebihan zat besi yang tidak digunakan akan disimpan dalam sumsum tulang sebagai ferritin. Zat besi yang terikat pada β-globulin selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua masuk kedalam jaringan limpauntuk kemudian terikat pada β-globulin menjadi transferin dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas untuk membentuk hemoglobin (Kurniasih, 2009).

2.18. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dibuat kerangka konsep penelitian mengenai hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.


(47)

31

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

2.19. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan asupan protein dengan status anemia pada ibu hamil 2. Ada hubungan asupan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil Asupan Protein

Status Anemia Pada Ibu

Hamil Kadar Hb


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study untuk mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan alasan di Desa tersebut masih ditemukan ibu hamil yang dengan pemeriksaan fisik mengalami kekurangan zat besi. Selain itu sebagian besar ibu bekerja sebagai petani dan buruh perkebunan yang setiap pagi hari selalu minum teh/kopi sehingga resiko untuk gangguan penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Desember 2014

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang bertempat tinggal di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun


(49)

33

2014. Berdasarkan pemantuan bulanan Pustu Desa Naga Timbul pada bulan Nopember 2014 terdapat jumlah ibu hamil sebanyak 40 orang.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini penentuan sampel yang digunakan adalah total sampling atau seluruh populasi merupakan sampel yaitu seluruh ibu hamil yang bertempat tinggal di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Jumlah sampel dalam penelitian ini dibatasi dengan kriteria Inklusi dan Eksklui yang meliputi:

a. Kriteria Inklusi merupakan kriteria umum subjek penelitian pada populasi target yang akan diteliti yaitu :

- Sehat saat penelitian

- Bersedia menjadi sampel selama penelitian

- Tidak menggunakan obat tertentu yang dapat menaikkan hemoglobin darah

b. Kriteria eksklusi

Ibu hamil yang mengalami plak – plak yang berkepanjangan sehingga tidak dipakai sebagai sampel dalam penelitian karena dapat mengakibatkan bias.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian terbagi atas 2 golongan, yaitu:

a. Data primer meliputi data konsumsi makan ibu hamil dengan menggunakan food recall 24 jam, kemudian untuk mengukur hemoglobin ibu hamil


(50)

34

dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin menggunakan alat Spektofotometer. Adapaun cara pemeriksaan dengan metode Cyanmethemoglobin adalah sebagai berikut :

- Bersihkan ujung jari tengah dengan kapas alcohol kemudian ditusuk dengan lanset steril

- Isaplah darah dari ujung jari yang sudah ditusuk lanset sebanyak 0,02 ul dengan menggunakan pipet hemoglobin.

- Darah tersebut diteteskan ke kertas hotman, lalu darah yang melekat pada kertas whotman dibiarkan mengering kemudian dimasukkan kedalam plastik putih.

- Darah yang menempel pada kertas digunting sekecil mungkin, kemudian kertas yang digunting dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 5 ml larutan drabkins ( NaHCO3, KCN, K3Fe(CN)6, aquadest) lalu campur

sampai homogen biarkan selama 24 jam lalu saring.

- Endapan darah lalu dituangkan kedalam kuvet lalu dibaca dengan alat spektofotometer pada panjang gelombang 540 nm kadar hemoglobin terlihat pada monitor spektofotometer

- Pengambilan darah dilakukan oleh seorang analis dan diperiksa pada Laboratorium RSUD Lubuk Pakam-Deli Serdang.

b. Data sekunder meliputi data demografi tentang jumlah penduduk Desa Naga Timbul, serta data lain yang dianggap perlu untuk mendukung penelitian ini.


(51)

35

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah : 1. Alat pengukur Spektofotometer

2. Kuisioner

3. Food recall 24 jam 4. Alkohol

5. Lancet

3.6. Defenisi Operasional

a. Asupan protein adalah rata-rata jumlah protein yang dikonsumsi ibu hamil dalam satu hari baik hewani dan nabati.

b. Asupan zat besi adalah rata-rata jumlah zat besi yang dikonsumsi ibu hamil dalam satu hari.

c. Kadar hemoglobin adalah jumlah rata-rata sel darah merah yang diambil dari ibu ham.

d. Status anemia adalah suatu kategori kadar Hb lebih rendah dari batas pemeriksaan.

3.7. Aspek pengukuran

a. Asupan protein adalah jenis dan jumlah total protein baik nabati dan hewani yang dikonsumsi per orang per hari dengan metode food recall 24 jam selama 2 kali tidak berturut-turut.


(52)

36

Hari pertama melakukan recall pada waktu awal bulan dan recall kedua pada pertengahan bulan, lalu diolah dengan menggunakan Nutrisurvey, kemudian dikategorikan (Depkes, 2008) :

1. Baik : ≥ 70 % AKG 2. Kurang : < 70% AKG

b. Asupan zat besi adalah jumlah total zat besi dalam satuan gram per hari yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang di peroleh berdasarkan food recall 24 jam selama 2 kali tidak berturut – turut kemudian diolah dengan menggunakan Nutrisurvey dan dikategorikan (Depkes, 2008) :

1. ≥ 65% AKG = Cukup 2. <65% AKG = Kurang

c. Status anemia adalah : data anemia yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethomoglobin menggunakan Spektofotometer. Batasan status anemia pada ibu hamil dengan kategori (WHO, 2001) :

1. Normal : ≥11 gr/dl

2. Anemia ringan : 10 gr/dl 3. Anemia sedang : 9-7 gr/dl 4. Anemia berat : < 7 gr/dl Dalam uji statistik uji yang dilakukan adalah :

1. Anemia : ≥ 11gr/dl 2. Tidak anemia : < 11 gr/dl


(53)

37

3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data

Data yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : Editing, Coding, Entry Data, Cleaning, dengan menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS).

Kemudian dianalisis dengan menggunakan uji chisqure yaitu analisis univariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau besarnya proporsi berdasarkan variable yang diteliti. Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara variable bebas (asupan protein dan zat besi) dan variable terikat (status anemia), kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa Naga Timbul

Desa Naga Timbul terletak di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang mempunyai luas 500 Ha. Desa ini mempunyai jumlah penduduk 3847 jiwa yang terdiri dari 970 KK, masyarakat di desa ini mayoritas suku Jawa dan Batak Karo serta mayoritas mereka memeluk agama Islam. Desa Naga Timbul memiliki batas – batas wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan Desa Naga Rejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Batu Lokong dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sungai Merah serta sebelah utara berbatasan dengan Desa Lengo Seberang.

Desa Naga Timbul sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, hal ini disebabkan karena menjadi petani sudah menjadi mata pencaharian turun temurun sejak dulu. Jika musim tanam tiba masyarakat kembali turun kesawah untuk menggaraf sawah. Setelah selesai musim tanam para ibu-ibu akan mencari kerja sampingan sebagai buruh harian lepas pada perkebunan sambil menunggu musim panen tiba. Dan jika musim panen tiba, hasil panen akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kepada pemilik lahan dan penggaraf sawah. Pada perkebunan pekerjaan yang mereka lakukan adalah membersihkan piringan batang kelapa sawit dengan hitungan perbatang.

Desa Naga Timbul merupakan salah satu desa yang tempatnya jauh dari Puskesmas Tanjung Morawa yang berjarak ± 10 km. Mengingat akan jauhnya jarak


(55)

39

Puskesmas dari tempat tinggal mereka dan minimnya alat transportasi membuat masyarakat jarang sekali mendatangi puskesmas, khususnya ibu – ibu yang hamil. Masyarakat jika ke Puskesmas menggunakan ojek/RBT atau kenderaan sendiri bagi yang memiliki. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar makanan sumber protein yang sering dikonsumsi adalah tempe, tahu, kacang-kacangan, telur dan ikan kering, sementara konsumsi ikan segar hanya 1-2 hr/minggu sesuai dengan keadaan pasar (pekanan), konsumsi daging sangat jarang. Menu makan siang dan makan malam selalu sama. Ibu hamil juga memperoleh tablet tambah darah (TTD) dan memeriksakan kehamilannya ke bidan desa yang ada ditempat tersebut.

4.2 Karakteristik Ibu Hamil

Penelitian tentang hubungan asupan protein dan zat besi dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul, kemudian menganalisa data yang telah dikumpulkan dari 40 ibu hamil.

4.2.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Umur

Distribusi ibu hamil berdasarkan umur di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :


(56)

40

Tabel 4.1. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, bahwa umur ibu hamil yang paling dominan dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, yaitu sebanyak 32 orang (65,0%). Selanjutnya ibu hamil yang berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 7 orang (20,0%). Hal ini sesuai dengan kelompok umur ibu hamil yang aman secara reproduksi.

4.2.2. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Jarak Kelahiran

Distribusi ibu hamil berdasarkan jarak kelahiran di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Jarak Kelahiran di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, bahwa jarak kelahiran anak ibu hamil bervariasi tapi yang paling dominan dalam penelitian ini adalah jarak kelahiran 2 tahun yaitu sebanyak 20 orang (50,0%).

No Umur (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < 20 tahun 7 20,0

2 20 – 35 tahun 32 65,0

3 >35 tahun 1 15,0

Total 40 100.0

No Jarak Kelahiran (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 0 Tahun 8 20,0

2 1 Tahun 2 5,0

3 2 Tahun 20 50,0

4 3 Tahun 4 10,0

5 4 Tahun 5 12,5

6 5 tahun 1 2,5


(57)

41

4.2.3. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan (Trisemester) di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa usia kehamilan ibu yang paling dominan adalah pada trisemester III (ketiga), yaitu sebanyak 16 orang (40.0%), kemudian ibu dengan usia kehamilan kategori trisemester II (kedua), yaitu sebanyak 13 orang (32.5%). Dan paling sedikit adalah ibu dengan usia kehamilan kategori trisemester I (pertama), yaitu sebanyak 11 orang (27.5%).

4.2.4. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan

Distribusi ibu hamil berdasarkan pendidikan di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabl 4.4. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Usia kehamilan

(trisemester) Frekuensi (n) Persentase (%)

I (Pertama) 11 27.5

II (Kedua) 13 32.5

III (Ketiga) 16 40.0

Total 40 100.0

No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 SD 7 17,5

2 SMP 18 45.0

3 SMU/SMK 15 37,5


(58)

42

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, bahwa pendidikan ibu hamil yang paling dominan dalam penelitian ini adalah SMP yaitu sebanyak 18 orang (45,0%). Selanjutnya SMU/SMK yaitu sebanyak 15 orang (37,5%). Kemudian yang pendidikan ibu hamil yang paling rendah adalah SD yaitu sebanyak 7 orang (17,5%). Hal ini menunjukan bahwa pendidikan ibu hamil masih sangat rendah.

4.2.5. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Penghasilan Keluarga Ibu Hamil

Distribusi Penghasilan keluarga ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5. Distribusi Penghasilan Keluarga Ibu Hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa penghasilan keluarga ibu hamil yang paling tinggi adalah 1.000.000- 1.500.00 yaitu sebanyak 26 orang (65.0%). Kemudian penghasilan keluarga ibu hamil < 1.000.000 yaitu sebanyak 8 orang (20.0%). Paling sedikit adalah penghasilan keluarga ibu hamil > 1.500.000 yaitu sebanyak 6 orang (25.0%).

4.3. Distribusi Asupan Protein pada Ibu Hamil

Distribusi asupan protein pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:

No Penghasilan (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < 1.000.000,- 8 20,0

2 1.000.000 – 1.500.000 26 65,0

3 >1.500.000 6 15,0


(59)

43

Tabel 4.6. Distribusi Asupan Protein pada Ibu Hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa distribusi asupan protein pada ibu hamil yang paling besar adalah kategori kurang, yaitu sebanyak 24 orang (60.0%). Kemudian ibu hamil dengan kategori baik, yaitu sebanyak 16 orang (40.0%). Dari hasil penelitian masih banyak ibu hamil yang asupan proteinnya dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh variasi makanan ibu hamil yang masih kurang, cenderung hanya makan nasi, lauk dan sayuran saja tanpa dibarengi dengan susu. Dari wawancara yang diperoleh bahwa konsumsi daging dan ikan segar pada ibu hamil masih sangat rendah. Sementara daging dan ikan segar adalah penyumbang protein yang baik untuk pertumbuhan janin.

4.4. Distribusi Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil

Distribusi asupan zat besi pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Asupan Protein Frekuensi (n) Persentase (%)

- Kurang 24 60.0

- Baik 16 40.0

Total 40 100.0

Asupan Zat Besi Frekuensi (n) Persentase (%)

- Kurang 29 72,5

- Cukup 11 27,5


(60)

44

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa distribusi asupan zat besi pada ibu hamil yang paling tinggi adalah kategori kurang, yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Kemudian asupan zat besi pada ibu hamil dengan kategori cukup sebanyak 12 orang (27,5%). Dalam penelitian ini menunjukkan masih banyak ibu hamil yang asupan zat besinya dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pemenuhan kebutuhan asupan zat besi. Dimana kebanyakan ibu hamil pada saat wawancara mengatakan tidak mengkonsumsi tablet tambah darah karena akan membuat semakin mual.

4.5. Distribusi Status Anemia Pada Ibu Hamil

Distribusi status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8. Distribusi Status Anemia Pada Ibu Hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa status anemia pada ibu hamil dengan kategori anemia sedang adalah 27,5%, dan anemia berat sebanyak (5,0%). Anemia berat menjadi perhatian khusus karena status anemia berat jika tidak segera ditangani maka dapat mengganggu pertumbuhan janin, resiko persalinan sebelum waktunya bahkan perdarahan saat persalinan. Sedang anemia sedang pada ibu hamil jika tidak segera diatasi akan mendekati kepada anemia berat.

Status anemia Frekuensi (n) Persentase (%)

- Normal 18 45,0

- Anemia ringan 9 22,5

- Anemia sedang 11 27,5

- Anemiaberat 2 5,0


(61)

45

4.6. Hubungan Asupan Protein dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Hubungan asupan protein dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8. Tabulasi silang Asupan Protein dengan Status Anemia pada Ibu Hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014

Asupan Protein

Status Anemia

Anemia Tidak Anemia Total

P

n % n % n %

Kurang 20 83,3 4 16,7 24 100.0

0.001

Baik 2 12.5 14 87.5 16 100.0

Total 23 57.5 18 42.5 40 100.0

Dari hasil penelitian dapat dilihat hasil tabulasi silang antara asupan protein dengan status anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul Tahun 2014 menunjukkan bahwa asupan protein pada ibu hamil kategori kurang paling banyak terdapat pada ibu hamil yang anemia yaitu sebanyak 21 orang (87.5%), Kemudian asupan protein pada ibu hamil kategori baik paling banyak terdapat pada ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 14 orang (87.5%).

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji chi Square maka diperoleh hasil dengan nilai p=0,001 (p< 0,005), ada hubungan yang signifikan antara asupan protein pada ibu hamil dengan status anemia karena jika ibu hamil mengkonsumsi makanan yang bervariasi dalam jumlah yang banyak maka status anemia akan baik pula.


(1)

Analisis Biariat Crosstab

Protein_Kategorik * Hb_Kategorik Crosstabulation Hb_Kategorik

Total Anemia < 11

gr/dl

Tidak anemial = >= 11 gr/dl Protein_

Kategori k

Kurang < 70 %

Count 20 4 24

Expected Count 13.2 10.8 24.0

% within

Protein_Kategorik

83.3% 16.7% 100.0%

% within Hb_Kategorik 90.9% 22.2% 60.0%

% of Total 50.0% 10.0% 60.0%

Baik >=70%

Count 2 14 16

Expected Count 8.8 7.2 16.0

% within

Protein_Kategorik

12.5% 87.5% 100.0%

% within Hb_Kategorik 9.1% 77.8% 40.0%

% of Total 5.0% 35.0% 40.0%

Total Count 22 18 40

Expected Count 22.0 18.0 40.0

% within

Protein_Kategorik

55.0% 45.0% 100.0%

% within Hb_Kategorik 100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 19.461a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 16.705 1 .000

Likelihood Ratio 21.368 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

18.975c 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 40

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 4.356.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx.

Sig. Exact Sig. Interval by

Interval

Pearson's R .698 .113 6.001 .000c .000

Ordinal by Ordinal

Spearman Correlation .698 .113 6.001 .000c .000

N of Valid Cases 40

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Fe_Kat *

Hb_Kategorik


(3)

Fe_Kat * Hb_Kategorik Crosstabulation Hb_Kategorik

Total Anemia < 11

gr/dl

Tidak anemial = >= 11 gr/dl

Fe_Kat kurang< 65% Count 19 10 29

Expected Count 16.0 13.1 29.0

% within Fe_Kat 65.5% 34.5% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

86.4% 55.6% 72.5%

% of Total 47.5% 25.0% 72.5%

Baik > 65% Count 3 8 11

Expected Count 6.1 5.0 11.0

% within Fe_Kat 27.3% 72.7% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

13.6% 44.4% 27.5%

% of Total 7.5% 20.0% 27.5%

Total Count 22 18 40

Expected Count 22.0 18.0 40.0

% within Fe_Kat 55.0% 45.0% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 4.713a 1 .030 .040 .034

Continuity Correctionb 3.294 1 .070

Likelihood Ratio 4.797 1 .029 .040 .034

Fisher's Exact Test .040 .034

Linear-by-Linear Association

4.595c 1 .032 .040 .034 .029

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.95. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2.144.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx.

Sig. Exact Sig. Interval by

Interval

Pearson's R .343 .147 2.253 .030c .040

Ordinal by Ordinal

Spearman Correlation .343 .147 2.253 .030c .040

N of Valid Cases 40

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Trisemester *

Hb_Kategorik


(5)

Trisemester * Hb_Kategorik Crosstabulation Hb_Kategorik

Total Anemia < 11

gr/dl

Tidak anemial = >= 11 gr/dl

Trisemester 1 Count 1 10 11

Expected Count 6.1 5.0 11.0

% within Trisemester 9.1% 90.9% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

4.5% 55.6% 27.5%

% of Total 2.5% 25.0% 27.5%

2 Count 8 5 13

Expected Count 7.2 5.9 13.0

% within Trisemester 61.5% 38.5% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

36.4% 27.8% 32.5%

% of Total 20.0% 12.5% 32.5%

3 Count 13 3 16

Expected Count 8.8 7.2 16.0

% within Trisemester 81.3% 18.8% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

59.1% 16.7% 40.0%

% of Total 32.5% 7.5% 40.0%

Total Count 22 18 40

Expected Count 22.0 18.0 40.0

% within Trisemester 55.0% 45.0% 100.0%

% within

Hb_Kategorik

100.0% 100.0% 100.0%


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 14.046a 2 .030 .040 .034

Likelihood Ratio 15.583 2 .070

Fisher's Exact Test 14.207 .029 .040 .034

Linear-by-Linear Association

12.780b 1 .040 .034

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.95. b. The standardized statistic is -3.575.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Exact Sig. Interval by

Interval

Pearson's R -.572 .118 -4.304 .000c .000

Ordinal by Ordinal

Spearman Correlation -.563 .122 -4.203 .000c .000