201
Seni Budaya
2. Teater Nontradisional
Teater Nontradisional atau sering disebut dengan Teater Modern merupakan jenis teater yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kota besar dan sangat dipengaruhi oleh
teori-teori barat, terutama pada kaum terpelajar. Teater Modern di Indonesia sudah dikenal sejak
abad ke-19. Bentuk-bentuk pertunjukannya yang diakomodir, antara lain: Baca Puisi, Deklamasi,
Dramatik Reading , Visualisasi Puisi, Musikalisasi
Puisi, Monolog, Teater Konvensional, Teater Eksperimen,
Teater Alternatif,
Pertunjukan Posmodernisme, Teater Jalanan, Jeprut, Happening Art. Drama Televisi,
Sinetron, Dunia Sineas dan Perilman, dst.. Teater sebagai seni pertunjukan berdasarkan ciri-ciri pokok seninya, dapat
dibedakan ke dalam dua jenis: teater tradisional dan teater nontradisional. Perbedaan ciri-ciri pokoknya dapat dikemukakan dalam bentuk tabel berikut
ini.
Tabel 8.1 Perbedaan Teater Tradisional dan Teater Nontradisional
Teater Tradisional Teater Nontradisional
1. Karya Teater lebih bersifat
“anonim”, artinya tidak diketahui penciptanya.
1. Karya Teater lebih bersifat
“anonim”, artinya diketahui penciptanya.
2. Pewarisan seni bersifat turun
temurun dan abadi 2.
Karya seni bersifat temporal. 3.
Tidak ada naskah baku atau naskah tertulis.
3. Ada naskah baku atau naskah
tertulis. 4.
Pertunjukan bersifat spontan tanpa latihan.
4. Pertunjukan direncanakan
dengan matang dan dilakukan melalui proses latihan.
5. Pertunjukan lebih
mengutamakan isi seni dari pada bentuk seni.
5. Bentuk Pertunjukan lebih
beragaman tergantung stile
senimannya; apakah mengutamakan isi seni, atau
mengutamakan bentuk seni atau menghadirkan keduanya.
6. Tempat pertunjukan bersifat
bebas di arena terbuka. 6.
Tempat pertunjukan bersifat khusus yakni di panggung
dengan keragaman bentuk stage.
Sumber: Dok Kemdikbud Gambar 8.7 Pemeran “Lorong
Waktu“ Karya Sinetron Indonesia
202
Kelas X SMA SMK MA MAK
7. Peralatan pentasnya lebih
sederhana. 7.
Peralatan pentasnya lebih modern dan lengkap dengan beberapa
unsur artistik penunjangnya. 8.
Waktu pertunjukan dilakukan semalam suntuk.
8. Waktu pertunjukan lebih pendek
dan terbatas 2 sampai 3 jam. 9.
Peristiwa pertunjukan dibangun penuh keakraban dan tanpa jarak
dengan penontonnya. 9.
Peristiwa pertunjukan dapat dilakukan dengan
kecenderungan adanya jarak estetis dan atau lebur menjadi
satutanpa jarak dengan penontonnya.
10. Penonton bersifat bebas tanpa
harus membayar. 10.
Penonton bersifat khusus dan membayar.
11. Menggunakan bahasa daerah
setempat. 11.
Menggunakan unsur bahasa lebih bebas; bahasa daerah,
bahasa Indonesia, bahasa asing dan campuran.
12. Fungsi pertunjukannya terkait
upacara pada kegiatan masyarakat secara adat.
12. Fungsi pertunjukannya mengarah
pada seni tontonan hiburan.
diadaptasi oleh: agus supriyatna. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri pokok seni dan hubungan seni yang
mendasari pertunjukannya dapat disimpulkan bahwa teater tradisional keberadaan seninya tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya, baik masyarakat suku pedalaman, masyarakat pedesaan, perkampungan pertanian huma dan pesawahan dan masyarakat istana
atau pendopo atau keraton. Dalam perkembangannya Teater sebagai salah
satu bentuk karya seni pertunjukan ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo 2000,
mengatakan dapat dibedakan ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater boneka adalah bentuk pertunjukan teater dengan media ekspresi seninya
menggunakan alat boneka atau disebut teater muffet. Contohnya, wayang golek, wayang
kulit, dst. Teater dengan media manusia, yakni
dapat dibedakan menjadi teater orang dan teater tutur. Teater dengan medium utama
manusia atau orang, banyak ditemukan pada jenis dan bentuk teater tradisional dan non
tradisonal dengan ciri utama manusia ditempatkan sebagai pemeran, aktor, aktris di
Sumber: Dok. Kemdikbud
Gambar 8.9 Seni Pantomim Teater Non Tradisional
203
Seni Budaya
atas pentas. Teater Tutur memiliki kekhasan penyajian pada penyampaian teks dialog berupa kata-kata yang dibawakan melalui tokoh pemeran
diungkap dengan cara bernyanyi, dilagukan, seperti juru dongeng atau bercerita. Contohnya; Kentrung Jawa Timur, Seni Pantun, Beluk Jawa
Barat, MPToh Aceh, dst. Teater berdasarkan bentuk dikenali dua bentuk, yakni Teater verbal dan
nonverbal. Teater verbal, menekankan tokoh cerita pemeran melakukan dialog percakapan antar tokoh atau sendiri dengan alasan bahwa pesan
cerita yang ingin disampaikan kepada penonton digambarkan atau disampaikan dengan bahasa kata-kata. Contohnya. Teater Tutur, Sandiwara
Radio, Mendongeng, Standing Up Comedy. Story Toling , dst. Teater non
verbal, artinya pesan cerita yang akan disampaikan kepada penonton dapat digambarkan laku dramatiknya melalui kekuatan ekspresi gerak tubuh
pemeran. Contohnya. Teater Gerak, Teater Tubuh, Kelompok Payung Hitam, Rachman Sabur – Bandung; Teater Kubur, Dindon-Jakarta, dan Teater Mini
Kata Teater Rendra, Jakarta Seni Pantomin.
C. Aspek – Aspek Teater
Teater sebagai seni merupakan salah satu jenis seni pertunjukan dengan medium utamanya
manusia dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, antara lain; Naskah, Pelaku Seni
dan Pentas
1. Naskah atau lakon
Naskah atau lakon Teater, khususnya teater non tradisional ditangan sang kreator, yakni Sutradara
peramu Drama, atau Teater merupakan bahan baku yang perlu diolah secara seksama. Yakni
dari teks tulisan menjadi wujud pertunjukan. Setelah kamu belajar tentang jenis teater, jawablah beberapa
pertanyaan di bawah ini 1.
Apa saja yang kamu ketahui tentang ragam jenis dan bentuk teater yang ada disekitarmu?
2. Apa perbedaan teater tradisional dengan teater non
tradisional?
Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.10 Cut Nyak Dien
Karya Film Indonesia