Daya Tarik Wisata Deskripsi Konsep dan Teori Analisis

Daya Tarik Wisata Buatan Manusia merupakan daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial artificially created dan kegiatan-kegitan manusia lainnya di luar wisata alam dan wisata budaya Dalam penelitian ini tentunya konsep 4A yang dijabarkan oleh Cooper,et al.1993 yang meliputi Atraksi, Accessbilitas, Amenity serta Ancillary dan Konsep dari Yoeti 2002 : 5 tentang jenis-jenis Atraksi akan menjadi acuan dalam mendeskripsikan Kondisi Eksisting yang terdapat di Pantai Canggu Echo Beach. Selain itu menurut Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 57 yang menjadi Daya Tarik Wisata Alam dalam penelitian ini adalah Keindahan Pemandangan Pantai dan Potensi yang dimilik dari Pantai Canggu Echo Beach dan Daya Tarik Wisata Budaya dalam penelitian ini meliputi potensi fisik dan non fisik, potensi fisik dalam penelitian ini berupa bangunan bersejarah dan potensi non fisik dalam penelitian ini berupa tradisi kesenian daerah.

2.2.2 Evaluasi

Menurut pengertian bahasa Indonesia , kata evaluasi berasal dari bahasa inggris Evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran Echols dan Shadily : 1983 . Menurut Stufflebeam dalam Gautama 2011 mendifinisikan evaluasi sebagai “ The process of delineating, obtaining, and providing useful in formation for judging decision alternatives” artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternative keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih bersifat kuantitatif , sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevensi, efisiensi, efektivitas, dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan obyektif. Soekartawi 1999 dalam Fauziah 2007 mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan BAB VIII mengenai Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pasal 30 menyebutkan bahwa a Pemerintah KabupatenKota berwenang memfasilitasi dan melakukan promosi Destinasi Pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya b Menetapkan Daya Tarik Wisata Kabupaten Kota c Menyelenggarakan Bimbingan Sadar Wisata d Memelihara dan melestarikan Daya Tarik Wisata yang berada di wilayahnya Menurut Pasal 19 ayat 2 BAB VII mengenai Hak, Kewajiban dan Larangan menyebutkan bahwa : “Setiap Orang dan atau masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas : a Menjadi Pekerja buruh b Konsinyasi dan atau c Pengelolaan Menurut Pasal 24 BAB VII mengenai Hak, Kewajiban dan Larangan menyebutkan bahwa : Setiap orang berkewajiban : a Menjaga dan melestarikan Daya Tarik Wisata b Membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berprilaku santun dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata Menurut Pasal 14 BAB VI mengenai Usaha Pariwisata menyebutkan bahwa: Usaha Pariwisata meliputi : a Daya Tarik Wisata b Kawasan Pariwisata c Jasa transportasi wisata d Jasa perjalanan wisata e Jasa makanan dan minuman f Penyediaan akomodasi g Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensif, konferensi dan pameran h Jasa informasi pariwisata i Jasa konsultan pariwisata j Jasa pramuwisata k Wisata tirta , dan SPA Dari indikator yang berdasarkan Undang – undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tersebut, nantinya tahap Evaluasi pada penelitian ini akan membandingkan antara kondisi ideal dari peran hak dan kewajiban masing – masing pihak Stakholder yang berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwsataan dengan Kondisi yang terjadi di Pantai Canggu Echo Beach, membandingkan apakah pihak dari masing – masing Pemangku Kepentingan Pariwisata Tourism Stakholder sudah melaksanakan kewajibannya sesuai Undang – Undang yang berlaku ataukah belum, dan nantinya penelitian ini tentu dapat memberikan masukan rekomendasi pada pihak masing – masing stakholder apabila kewajibannya belum dapat dilaksankan secara optimal

2.2.3 Pemangku Kepentingan Pariwisata Tourism Stakeholder

Menurut Swarbrooke 1998 : 86 dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, tentunya terdapat 6 aktor kunci yang berperan di dalamnya. Aktor tersebut antara lain : Sektor Publik, Industry Jasa Pariwisata, Organisasi Relawan, Masyarakat Lokal, Media dan Wisatawan. Dalam pengembangannya, masing-masing aktor tentunya memiliki peran dan Tanggun jawab yang berbeda diantaranya:

a. Sektor Publik

Sektor publik tentunya dapat mempengaruhi pariwisata di segala Sector dan peran sektor publik dalam pengembangan pariwisata tentunya dari aspek : Undang – Undang dan Peraturan, Pendanaan Fiskal yang intensif, Penyediaan Infrastruktur, Pengembangan dan Pengendalian bangunan termasuk penilaian dampak lingkungan.

b. Industri Jasa Pariwisata

Dalam pengembangan pariwiata, pihak Industri Jasa Pariwisata memiliki peran diantaranya : bagaimana mengembangkan, unsur-unsur yang berwujud fisik dari produk ini seperti hotel baru atau bandara, bagaimana beroperasi dalam hal segala sesuatu dari konsumsi energi dengan kebijakan dari tingkat upah dan kondisi kerja untuk eksploitasi satwa liar. Secara umum terdapat beberapa kecaman yang dituduhkan kepada Industri Jasa Wisata diantaranya: terlalu peduli dengan keuntungan jangka pendek dari pada dengan kesinambungan jangka panjang, adanya eksploitasi lingkungan secara besar-besaran dan kurang memiliki inisiatif pelestarikan lingkungan, Secara relatif bebas melakukan apapun dan memiliki kemungkinan yang kecil untuk mau berkomitmen pada tujuan tertentu,

c. Organisasi Relawan

i. Organisasi Relawan dalam konteks ini terbagi atas 4 kelompok diantaranya: ii. Kelompok Publik yang bersifat memaksa seperti Perusahaan pariwisata di UK yang mencoba mempengaruhi pemerintahan dan industri dalam mendukung konsep pariwiwsata berkelanjutan.