Gaya Bahasa Pertentangan Landasan Teori

berbahaya. Pada contoh 4 siaran televisi dapat berguna sebagai sarana perdamaian, tetapi dapat juga sebagai penghasut perang.

1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan dikelompokkan menjadi tiga belas jenis gaya bahasa, yaitu metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epilet, antonomasia, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton Tarigan, 1985: 122. Berikut salah satu contoh gaya bahasa pertautan. 5 Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. 6 Saya akan berangkat hari ini. Tarigan, 1985: 138 Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut adalah elipsis. Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap Tarigan, 1985:138. Pada contoh 5 ada penghilangan predikat, misalnya pergi atau berangkat. Pada contoh 6 ada penghilangan keterangan tujuan, misalnya ke Jakarta.

1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan dikelompokkan menjadi dua belas jenis gaya bahasa, yaitu aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis Tarigan, 1985:180. Berikut salah satu contoh gaya bahasa perulangan. 7 Dara damba daku datang dari danau Tarigan, 1985: 181 Gaya bahasa pada kalimat tersebut adalah aliterasi. Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada awal kata Tarigan, 1985: 231. Pada contoh 7 terdapat pengulangan konsonan d pada awal kata. Keraf 2004: 23, mengungkapkan bahwa sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu perlu diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik tinggi. Hal itu memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Gaya bahasa itu juga dapat dimanfaatkan dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya naskah lagu. Selain itu, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa Keraf, 1984: 113. Djohan 2005: 7-8, menyatakan bahwa musik merupakan perilaku sosial yang kompleks dan universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik atau seni suara dapat mewakili sesuatu hal atau kelompok tertentu. Musik tidak hanya dipandang menjadi sebuah sarana hiburan dan ekspresi, tetapi musik juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah pendidikan dalam proses komunikasi, menyuarakan pesan maupun kritik terhadap suatu hal dengan gaya bahasa yang dimiliki pemusik tersebut.