Litotes Gaya Bahasa Pertentangan .1 Oksimoron

kekasihnya. Maksud litotes ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „memberi maaf‟.

2.3.4 Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada Tarigan, 1985: 243. Gaya bahasa paradoks terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”. 23 Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya... Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Hal itu merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa sebuah sinar dilukis di dalam hati seseorang. Maksud paradoks aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah ketidakmungkinan. 24 ...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya... Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat rasaku tlah mati untuk menyadarinya. Hal itu sangat bertentangan dengan kenyataan, di mana sebuah perasaan yang dimiliki seseorang tidak akan pernah mati atau hilang sebelum meninggal dunia. Perasaan adalah anugerah dari Tuhan. Maksud paradoks rasaku tlah mati untuk menyadarinya adalah putus asa.

2.3.5 Inuendo

Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya Tarigan, 1985: 240. Gaya bahasa inuendo terdapat pada lagu “Tak Mungkin Lagi”. 25 “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat ...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa inuendo. Pencipta lagu mencoba untuk menyindir kekasih yang telah mengecewakannya dengan mengatakan bahwa ia memaklumi tindakan kekasihnya. Maksud inuendo ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „ungkapan sakit hati‟. 2.4 Gaya Bahasa Pertautan 2.4.1 Sinekdoke Pars Pro Toto Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya Moeliono dalam Tarigan, 1985: 124. Sinekdoke ada dua jenis, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Sinekdoke pars pro toto untuk menyebut nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan, sedangkan sinekdoke totem pro parte untuk menyebut nama keseluruhan sebagai nama sebagian. Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Akhir Penantian”. 26 Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku... Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto yang terdapat pada baris kedua, yaitu kata namanya pada kalimat setiap kali