Persoalannya, jika konstruksi gender dianggap sebagai kodrat, akibatnya gender mempengaruhi keyakinan manusia serta budaya
masyarakat tentang bagaiman lelaki sosial tersebut. Perbedaan biologis itu dianggap sebagai ketentuan Tuhan. Masyrakat sebagai kelompok yang
menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai keharusan untuk membedakan antara
lelaki dan perempuan. Keyakinan pembagian itu selanjutnya diwariskan dari satu generasi selanjutnya penuh dengan proses, negosiasi, retensi
maupun dominasi. Akhirnya alamiah, normal dan kodrat sehingga bagi meraka yang mulai melanggar dianggap tidak normal dan kurun waktu
yang berbeda, pembagian gender tersebut berbeda-beda.
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Ketidak Setaraan Gender
Perbedaan jenis
kelamin melahirkan perbedaan gender dan
perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan gender adalah akibat
adanya gender yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Beberapa anggapan yang memojokan kaum perempuan dalam konteks sosial ini
menyebabkan sejumlah persoalan. Sejak dulu banyak mitos-mitos yang menjadi penyebab
ketidakadilan gender, misalnya laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan kaum perempuan selalu mendahulukan
perasaan. Kebanyakan mitos-mitos yang muncul di masyarakat akan menguntungkan kaum lelaki dan mendiskreditkan kaum perempuan.
Misalnya perempuan itu sebagai konco wingking teman di belakang berfungsi 3M macak, masak, manak, meskipun M manak masih harus
dipertahankan. Disamping itu juga ada anggapan bahwa pantangan bagi laki-laki untuk bekerja di dapur untuk memasak, mencuci, maupun
malakukan keiatan rumah tangga. Dikatakannya juga laki-laki untuk bekerja di dapur maka rejekinya akan “seret” atau malah “cupar”. Semua
contoh yan ada disebabkan karena neara Indonesia menganut hukum hegemoni patriarki, yaitu yang berkuasa dalam keluarga adalah bapak.
Petriarki mengambarkan dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya. Patriarki adalah konsep dalam masyarakat, dalam
pemerintahan, militer, agama dan lain sebagainya. Selain hukum hegemoni patriarki di atas ketidakseimbangan
gender juga disebabkan karena sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini mengakibatkan
laki-laki yang dilambangkan lebih kuat dari pada perempuan akan mempunyai peran dan fungsi yan lebih besar.
Menifestasi ketidakadilan gender tersosialisasi kepada kaum laki- laki dan perempuan secara mantap, yang mengakibatkan ketidakadilan
tersebut marupakan kebiasaan dan akhirnya dipercaya bahwa peran gender itu seolah-olah merupakan kodrat dan akhirnya diterima masyarakat secara
umum. Hal ini disebabkan karena terdapat kesalahan atau kerancuan makna gender, dimana apa yang sesungguhnya gender, karena pada
dasarnya konstruksi sosial, justru dianggap sebagai kodrat yang berarti
ketentuhan tuhan. Misalnya pekerjaan domestik, seperti merawat anak, merawat rumah sangat melekat dengan tugas perempuan, yang akhirnya
dianggap kodrat. Padahal sebenarnya pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah konstruksi sosial yang dibentuk laki-laki maupun perempuan.
Usaha yang harus dilakukan untuk mencapai kesataraan gender nampaknya bukan hanya sekedar bersifat institusional, utamanya dari
phak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dan memegang peran dalam proses pembentukan gender. Untuk itu peranan pembuat dalam
proses pembentukan gender, pembuat kebijakan dan perencanaan pembangunan menjadi sangat penting dan menentukan arah perubahan
menuju kesetaraan gender atau dapat dikatakan bahwa negarapemerintahan mempunyai peranan atau andil dalam mewujudkan
keseimbangan gender. Dalam setiap perencanaan pembangunan, gender hendaknya
dijadikan sebagai “kunci utama” dalam memahami kegiatan apa yang dilakukan lelaki dan perempuan, berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk kegiatan tersebut, siapa yang memutuskan dan sebagainya. Perencana peran pembangunan hendaknya mampu menganalisis
perbedaan peran kodrat dan peran gender sehingga mengetahui hal-hal yang dapat diubah serta mempertimbangkan dalam proses perencanaan
pembangunan.
2.1.5 Karakter Psikologis Laki-Laki dan Perampuan