2.1.5 Karakter Psikologis Laki-Laki dan Perampuan
Aspek psikologis yang mencakup intelegensi dan emosi dalam proses perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini
berbeda dengan aspek biologis yang mengalami pertumbuhan secara otomatis tanpa harus dipelajari. Kondisi intelegensi dasrnya memang
biologis, yaitu pusat susunan syaraf otak yang mengandung pusat-pusat kemampuan yang diperoleh individu sejak dalam kandungan sampai tiga
tahun pertama sesudah lahir. Ada perkembangan selanjutnya tentang kondisi psikhis bagi lelaki dan perempuan sama hanya saja mana yang
dominan satu dengan yang lain berbeda. Ini juga dipengaruhi adanya perlakuan yang berbeda terhadap lelaki dan perempuan sesuai dengan
keinginan orang tua masing-masing. Apabila anak lelaki dan perempuan mempunyai potensi yang sama, diperlakukan dan diberi kesempatan yang
sama, diperlakukan dan diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin akan mencapai yang sama.
Napaknya apa yang berkembang di masyarakat tidaklah demikian, perlu disadari bahwa faktor budaya akan mempengaruhi pola penasuhan
orang tua terhadp anaknya. Misalnya: sistem patriarkhi yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat bahwa laki-lakilah yang
berkuasa sehingga muncullah pemikiran androgini. Kondisi ini dipolakan sejak bayi baru lahir dan dimapankan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga terkesan bahwa yang demikian itu tidak dapat ditolak akan tetapi harus diterima dan dilakukan.
2.1.6 Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan
Seperti dikatakan di atas bahwa aplikasi dan implikasi gender di masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya setempat. Perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan gender gender inequalities.
Ketidakadilan gender dimanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya: subordinasi, marginalisasi, beban kerja lebih
banyak dan stereotipe. Manfaat dan dampak dari aspek gender terhadap kualitas lelaki dan perempuan sebagai kualitas sumber daya pembangunan,
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa pola sosialisasi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan kesenjangan
gender. Bentuk-bentuk nyata yang dapat diamati munculnya gejala-gejala ketertinggalan, subordiansi, marjinalisasi dan diskriminasi.
Perbedaan gender dalam beberapa hal akan mengantarkan pada ketidakadilan gender gender inequalities. Ketidakadilan yang dilahirkan
oleh perbedaan gender inilah yang sesungguhnya sedang dipertanyakan. Ternyata dari sejarah perkembangan hubungan yang tidak adil, menindas
serta mendominasi antara kedua jenis kelamin tersebut. Bentuk menifestasi ketidakadilan gender ini adalah mempersepsi. Uraian berikut ini akan
menganalisis bagaimana manifestasi ketidakadilan gender dalam bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan pekerjaan yang mereka lakukan.
Sesungguhnya perbedaan gender gender differences tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender gender
inequalities. Namun persoalannya tidaklah sesederhana yang dipikirkan, ternyata perbedaan gender tersebut telah melahirkan berbagai
ketidakadilan baik bagi kaum lelaki maupun perempuan. Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana kaum lelaki dan
perempuan menjadi korban dari sistem itu. Guna memahami bagaimana perbedaan dapat dipahami melalui berbagai manifestasi ketidakadilan
tersebut.
2.1.7 Pengertian Seksualitas