Gambaran Umum HASIL DAN PEMBAHASAN

45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Objek 4.1.1. Profil Buy Akur Subur Tahroni tapi yang lebih dikenal dengan Buy Akur, merupakan musisi dan pencipta lagu kelahiran Bandung pada 6 April 1961. Tinggal di rumah kecil di Gang Siti Mariah 6 RT 10 RW 1 Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung. Pria berusia 49 tahun ini sehari-hari tinggal bersama istri dan empat anaknya. Sejak 1982 sudah berkecimpung sebagai penyanyi dan pencipta lagu, baru sepekan belakangan nama Abuy banyak diperbincangkan banyak orang. Hal itu setelah beredarnya video lipsync Keong Racun versi Sinta dan Jojo yang diunggah ke Youtube. [www.detikokezone.com]. Awal karir, Buy Akur era 80-an lagu-lagu yang diciptakan waktu itu adalah country yang digandrungi kawula muda. Bahkan, album pertama Kang Abur 1982 bergenre musik country bertitel Anak Jin. Setelah kenyang dengan musik koboi, Kang Abur beralih ke musik Sunda pada era 90-an. Saat itu lagu-lagu Sunda memang tengah booming. Salah satu pemicunya adalah kesuksesan album Somse Doel Sumbang yang diteruskan Darso, Nining Mayda, Hetty Kusendang, dan deretan biduan top era 90-an lainnya. Dalam beberapa lagu yang dinyanyikan para penyanyi zaman itu terselip karya. Buy Akur Misalnya, lagu Campaka Bodas yang dinyanyikan Darso dan Nyandang Tunggara yang dibawakan Evi Tamala. Lagu lain yang sempat mengisi gendang telinga pencinta lagu tanah air karya Buy Akur adalah Sedang-Sedang Saja, Dua Istana, Da Bogoh, Kapatil Cinta, Pelangi di Kintamani, Biduan Plus, dan Senggol- senggolan Cubit-cubitan. Kini, dia tengah menyiapkan album Cinta Bau Kambing yang akan dinyanyikan sendiri. Dia juga sedang menggarap lagu pesanan penyanyi Nita Talia, I Dont Like You. Lagu Buy Akur umumnya bersifat terus terang, sedikit nyeleneh, dan jujur. Lagunya tidak hanya dinikmati pendengar tanah air, tapi juga sampai di India serta Malaysia. Bahkan, puluhan lagunya banyak dibajak di sana, jauh sebelum Keong Racun meledak. Pada 1999, lagu Sedang- Sedang Saja dibajak di India dan menjadi soundtrack film India berjudul Mann. Film itu laris manis. Tapi, pencipta lagunya tak mendapat apa-apa. http:www.hariansumutpos.com. Jojo, yang bernama asli Jovita Adityasari adalah seorang gadis yang berusia sekitar 20 tahun yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pasundan angkatan 2008. Jojo sendiri tinggal di Cimahi, di rumah yang sering dijadikan keduanya sebagai tempat merekam adegan lipsync mereka. Sedangkan Sinta bernama lengkap Sinta Nurmansyah adalah seorang gadis yang menempuh pendidikan di UPI. Sinta dan Jojo adalah teman lama, semenjak masa SMA, namun mereka terpisah ketika harus berkuliah di universitas yang berbeda http:profileband.chordpoprock.net201008profil-sinta-dan-jojo.html. Di tengah maraknya orang membicarakan Jojo-Sinta dengan aksi lipsync lagu Keong Racun yang membuatnya terkenal akibat tingkah laku lipsyncnya. Kehidupan Buy Akur, sang pencipta lagu menghebohkan itu, tetap merana. Hingga kini dia masih tinggal di rumah kontrakan nan mungil di Bandung. Kehidupan Buy Akur jauh dari ingar-bingar dunia hiburan yang glamor. Dia layaknya pertapa yang tinggal di rumah mungil di antara gang-gang sempit Jalan Pagarsih, Kota Bandung. Padahal, lagu Keong Racun ciptaannya kini sedang ngetop-ngetopnya bersama para artis yang membawakannya. Lagu tersebut awalnya dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Lissa, tapi tidak meledak. Charlie ST 12 kemudian mengolahnya dan menyerahkan lagu itu kepada duet Putri-Penelope. Hasilnya lumayan bagus. Namun, Keong Racun baru benar-benar meledak setelah dipopulerkan oleh Jojo-Sinta dengan aksi lipsync yang diunggah ke jejaring sosial YouTube. Seiring dengan meroketnya lagu Keong Racun, orang mengira kehidupan Buy Akur akan berubah. Tapi, kenyataannya, fenomena Keong Racun tak mengubah nasib sang pencipta. Dia tetap hidup merana di rumah kontrakan yang kecil dan lembap. Begitu lipsync Keong Racun Jojo-Sinta meledak, nama Buy Akur sering disebut-sebut sebagai orang di balik sukses lagu tersebut. Dia mengakui, ada pihak yang mau membeli lagu Keong Racun dengan harga ratusan juta rupiah. Namun, karena belum jodoh, lagu itu dijual kepada Charlie ST12 dengan harga Rp 10 juta saja. “Tapi, copy kontrak lagunya belum kembali sampai saat ini,” ujar eks personel grup musik PMR, grup pop dangdut era 90-an yang melejit dengan lagu Neng Ayo Neng, itu. http:www.klik-galamedia.com.

4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data