2.1.2 Media Massa
Media massa mass media adalah channel, media atau medium, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yaitu
komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Yang termasuk media massa umumnya adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, film, serta internet.
Jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut : 1.
Media massa cetak printed media, yaitu media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa cetak
secara rinci meliputi koran atau surat kabar ukuran kertas broadsheet atau ½ plano, tabloid ½ broadsheet, majalah ½ tabloid, atau kertas
ukuran folio atau kwarto, buku ½ majalah, newletter folio, kwarto, jumlsh halaman lazimnya 4-8 halaman, serta buletin ½ majalah, jumlah
halaman lazimnya 4 – 8 halaman. Sementara berdasarkan isi nya dapat dibedakan menjadi jenis tulisan berita, opini, dan feature.
2. Media massa elektronik electronic media, yaitu jenis media massa yang
isinya disebarrluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro. Jenis media massa ini adalah televisi,
radio, dan film. 3.
Media online atau internet, yaitu media massa yang dapat ditemukan di internet atau situs web. Sumber : www.romeltea.com20090514media-
massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi.com
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak menerima dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV Cangara, 2002. Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses
pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi belajar sosial. Menurut Dennis Mc Quail 1997, terdapat peran dari media massa, yaitu :
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan
industri lain utamanya dalam periklanan promosi. 2.
Sumber kekuatan serta alat control, manajemen, dan inovasi masyarakat. 3.
Lokasi forum untuk menampilkan sejumlah peristiwa yang terjadi di masyarakat.
4. Wahana pengembangan budaya, tata cara, mode, gaya hidup, dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Media massa juga memiliki karakteristik, pertama publisitas, yaitu disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. Kedua universalitas,
yaitu pesan bersifat umum tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa umum di berbagai tempat serta menyangkut kepentingan umum karena sasaran
pendengarnya orang banyak. Ketiga periodisitas, yaitu tetap atau berkala, misalnya harian, mingguan, bulanan, atau siaran sekian jam per hari. Keempat
kontinuitas, yaitu berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode mengudara atau jadwal terbit. Kemudian aktualitas yaitu berisi hal – hal baru
seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan lain sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepaa publik.
2.1.3 Fungsi media massa sebagai penyaji informasi
Sebagai penyaji informasi, media massa memuat berita – berita tentang fakta – fakta yang terjadi di lapangan. Fakta – fakta tersebut dicari oleh wartawan,
kemudian dituangkannya dalam bentuk tulisan yang nantinya akan menjadi sumber informasi bagi audience nya. Fakta yang dimaksud disini adalah adanya
kejadian yang benar – benar terjadi di masyarakat. Menurut Jakob Oetama 2001, sebuah berita bukan saja tentang suatu
kejadian yang aktual dan bermakna, tetapo laporan tantang suatu kejadian yang actual dan bermakna. Kejadiannya sendiri adalah sesuatu yang objektif,
sedangkan bagaimana kejadian itu dipilih adalah sesuatu yang subjektif. Sehingga fakta di lapangan yang disajikan di media massa tidak akan berbobot tinggi jika
tidak ada makna yang terkandung dalam berita tersebut. Basuki 1983:5 Berita di media massa sendiri sebagai sumber informasi bagi para audience,
Maryono Basuki membagi berita berdarkan beberapa aspek. Berdasarkan sifat kejadian terdapat empat jenis berita, yaitu berita yang sudah diguga akan terjadi,
berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak, berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi, serta berita tentang gabungan peristiwa tak terduga dan
tidak terduga. Berdasarkan masalah yang dicakup yaitu merujuk kepada aspek kehidupan
yang ada di tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Berdasarkan lingkup pemberitaan, berita di media massa dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah
berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling
di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dapat
dirasakan oleh Negara lain. Berdasarkan sifat pemberitaan, sifat berita bisa dilihat dari isinya.
Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi, dan sebagainya.
2.1.4 Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG
Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan berita meledaknya tabung gas LPG tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan
melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet. Terpaan pemberitaan di media massa ini ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu
rumah tangga. Dalam pemberitaan tersebut diinformasikan tentang sebuah peristiwa
meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah. Lokasi pemberitaan diberitakan secara detail oleh wartawan. Pemberitaan juga mencatumkan tanggal terjadinya
peristiwa hingga waktu terjadinya peristiwa. Sejumlah pemberitaan melengkapinya dengan narasi tentang bagaimana
peristiwa meledaknya tabung gas LPG dapat terjadi yang diungkapkan oleh
korban atau keluarga korban,yaitu mulai dari gejala – gejala tabung gas LPG meledak hingga detik peristiwa meledaknya tabung gas LPG terjadi.
Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG juga dilengkapi dengan mencantumkan pendapat dan tanggapan dari pihak – pihak tertentu seperti
Kapolsek, pihak Pertamina, dan pihak RT setempat, dan lain sebagainya. Di beberapa pemberitaan juga menceritakan bagaimana kondisi fisik hingga
psikologis korban ledakan tabung gas LPG melalui wawancara yang dilakukan oleh wartawan pada korban. Korban banyak mengungkapkan tentang perasaan
nya pasca terjadinya peristiwa ledakan. Untuk media cetak umumnya dilengkapi gambaran tentang detail peristiwa
melalui foto atau gambar ilustrasi lokasi pasca peledakan. Sementara untuk media elektronik dilengkapi dengan video tentang lokasi peledakan bahkan ditambahkan
dengan kesaksian para keluarga korban hingga warga sekitar lokasi peledakan. Untuk media radio mencoba memberikan gambaran tentang detail peristiwa
melalui runtutan narasi yang benar – benar menggambarkan keadaan lokasi pasca peledakan. Untuk penyajian pemberitaan di media online hampir sama dengan
media cetak. Dari definisi diatas maka pemberitaan meledaknya tabung LPG dapat diartikan sebagai sebuah sajian pemberitaan meledaknya tabung gas LPG
yang dikemas sedemikian rupa oleh media – media massa dengan menggambarkan betapa membahayakan tabung gas LPG jika meledak.
2.1.5 Kecemasan
Menurut Post 1978, kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya system syarat pusat.
Freud Dalam Arndt, 1974 menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu
seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan rekasi terhadap sesuatu yang
dianggap berbahaya. Lefrancois 1980 juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang
tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja menurut Lefrancois pada kecemasan bahaya bersifat kabur. Misalnya adanya hambatan terhadap keinginan
pribadi, adanya perasaan – perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Johston 1971 menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan,
ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya permusuhan dengan orang lain. Kartono 1981 mengungkapkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikis dalam ketakutan
dan kecemasan yang kronis tanpa adanya rangsangan yang spesifik. Wignyosoebroto 1981 ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan.
Pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan
tepat. Jersild 1963 menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama kecemasan
normal yaitu pada saat individu masih telah menyadari adanya konflik – konflik dalam diri individu yang menyebabkan adanya rasa cemas. Kemudian yang kedua berkenaan
dengan kecemasan neurotik yang muncul ketika seorang individu tidak menyadari
adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas sehingga kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri
Menurut Bucklew 1980 membagi kecemasan dalam dua tingkat, yaitu : 1.
Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala – gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonstrasi, perasaan tidak menentu dan
sebagainya. 2.
Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala – gejala fisik, terutama pada fungsi system syaraf misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar – debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Menurut Kartono 1981, menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi
yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, serta sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah.
Sue dkk 1995 menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut :
1. Manifestasi kognitif, yaitu terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang terjadi. 2.
Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.
3. Perubahan somatic muncul dalam keadaan mulut kering
Murray 1974 menngemukakan sumber – sumber kecemasan adalah kebutuhan untuk menghindari teracuni, menghindari dari terluka, serta menghindari dari disalahkan.
Disamping itu, kecemasan juga didefiniskan sebagai reaksi emosional pada berbagai kekhawatiran.
Secara klinis gangguan kecemasan pada seorang individu dapat dilihat melalui tanda – tanda diantaranya adalah merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung, merasa tegang, takut pada keramaian, gangguan pada pola tidur, mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, serta keluhan – keluhan
somantik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar – debar, sesak nafas, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya. Hawari,
2006:66-67 Tidak semua orang mengalami kecemasan, hal ini tergantung pada struktur
kepribadiannya. Seseorang akan menderita kecemasan apabila yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Seseorang yang memiliki
kepribadian pencemas akan lebih cenderung lebih mudah mengalami gangguan kecemasan lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas. Seseorang yang
memiliki kepribadian pencemas memiliki ciri – ciri : 1.
Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang. 2.
Memandang masa depan dengan rasa was – was atau khawatir. 3.
Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum. 4.
Sering merasa tidak bersalah atau menyalahkan orang lain. 5.
Gerakan sering serba salah , tidak tenang, bila duduk gelisah. 6.
Sering mengeluh, dan khawatir berlebihan terhadap sesuatu. 7.
Mudah tersinggung, marah, suka membesar – besarkan masalah kecil. 8.
Sering bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan. 9.
Sering mengulang sesuatu yang dikatakan.
10. Sering bertindak histeris ketika emosi. Hawari, 2006:64-65
2.1.6 Tabung Gas LPG
LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas. Komponen utamanya adalah gas
propane C3H8 dan butane C4H10 yang dicairkan. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Berdasarkan komposisi
propane dan butane, LPG dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu LPG propane, yang sebagian besar terdiri dari C3 , LPG butane yang sebagian besar
terdiri dari C4 , Mix LPG, yang merupakan campuran dari propane dan butane. LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum
untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat
dan lainnya
.
LPG Pertamina yang dipasarkan dalam kemasan tabung 3 kg, 6 kg, 12 kg, 50 kg dan curah merupakan LPG mix, dengan komposisi + 30 propane dan 70
butane. Varian lain adalah LPG odourless tidak berbau. Zat mercaptan biasanya ditambahkan kepada LPG untuk memberikan bau yang khas, sehingga kebocoran
gas dapat dideteksi dengan cepat. Jika dibandingkan dengan minyak tanah, LPG memiliki nilai lebih. LPG jelas
lebih mudah digunakan dan dipindahkan. Selanjutnya juga bersih dan ramah
lingkungan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kompor minyak tanah, kompor dengan menggunakan gas LPG memiliki panas yang lebih tinggi. Suhu
pembakaran utamanya saat memasakan juga dapat diatur sesuai keinginan pengguna. Namun begitu, gas LPG juga memiliki beberapa kekurangan yaitu
harga yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan bahan bakar memasak lainnya, selain itu juga peralatan seperti kompor gas pun juga mahal, terkecuali bagi
mereka yang mendapatkan pertalatan dari konversi gas yang dilakukan pemerintah.
Terdapat sifat umum dari gas LPG, diantaranya adalah : 1.
Tekanan gas LPG cukup besar, bila bocor maka akan membentuk gas, memuai, dan mudah meledak.
2. Berat jenis LPG lebih besar daripada udara sehingga cenderung bergerak
ke bawah. 3.
Gas LPG tidak mengandung racun. 4.
Berbau sehingga mudah mendeteksi adanya kebocoran. Sumber : www.pertamina.com
2.1.7 Khalayak Media Massa
Khalayak dalam komunikasi massa yang sangat beragam, yaitu jutaan penonton televisi, pendengar radio, pembaca koran, majalah, tabloid, dan
pengakses internet. Masing – masing masyarakat berbeda satu dan lainnya, namun masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya.
Hidayat,2009:105
Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audience dalam komunikasi massa setidaknya – tidaknya memiliki karakter dapat berbagi pengalaman dan
dipengaruhi oleh hubungan social diantara mereka. Audience cenderung tersebar di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Audience cenderung
heterogen dan berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial sehingga anonim atau tidak saling kenal. Sementara secara fisik audience terpisah dari
komunikatornya. Komunikan juga memiliki ciri aktif jika mengetahui adanya pemberitaan yang mereka sukai di media massa, dan juga terkadang selektif
dalam memilih pemberitaan yang sesuai kebutuhannya. Menurut Melvin de Fleur dan Sandra Bell Rokeach 1988 menjelaskan tiga
teori yang menjelaskan tentang khalayak media massa, yang pertama Individual Differences Perspective, Social Categories Perspective, serta Social Relation
Perspective. Berdasarkan teori Individual Differences Perspective menggambarkan
perilaku khalayak tentang pengaruh individu terhadap media massa. Dijelaskan bahwa pengaruh media massa pada masing – masing individu berbeda dan
tergantung pada kondisi psikologis individu nya terhadap masa lalunya. Individu bertindak berbeda dalam menanggapi dan merespon pesan yang disampaikan di
media massa sehingga respon pesan pun berbeda. Social Categories Perspective menjelaskan adanya suatu perkumpulan sosial
yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kesempatan, dan lain sebagainya. Adanya perkumpulan sosial
tersebut memebri kecenderungan khalayak mempunyai kesamaan norma sosial,
nilai, dan sikap. Sehingga mereka akan cenderung bereaksi sama pada pesan khusus di media massa yang mereka terima.
Sementara itu, Social Relation Perspective menjelaskan bahwa dampak dari pesan di media massa diubah dengan sangat hebat oleh individu yang memiliki
kekuatan hubungan sosial dengan anggota khalayak. Hal ini mengakibatkan, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota khalayak yang
didapatkannya dari media massa. Artinya antar individu tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.
2.1.8 Ibu – Ibu Rumah Tangga
Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga yaitu sekelompok orang yang tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai dapur dan
anggaran rumah tangga yang sama dapat terdiri dari anggota-anggota tambahan atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan
dipimpin oleh satu kepala keluarga. Seseorang wanita dikatakan sebagai ibu rumah tangga jika sudah dalam status
menikah tanpa memandang profesi karena dalam kenyataannya ibu rumah tangga tidak selalu hanya menjalankan fungsinya di rumah sebagai seorang istri dan ibu,
melainkan beberapa dari mereka juga menjalankan fungsi nya sebagai pencari nafkah atau bekerja di luar rumah.
Melihat beberapa ciri yang disebutkan sebagai kategori khalayak media massa, maka ibu rumah tangga juga bisa dikatakan sebagai komunikan dari media
massa. ibu – ibu rumah tangga mempunyai sikap aktif dalam memilih
pemberitaan di media massa yang sesuai kebutuhannya. Sehingga mereka menjadi lebih aktif dalam mencari – cari pemberitaan yang mereka sukai di media massa.
Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka akan hubungan yang kuat antara keaktifan ibu – ibu melihat pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa karena mereka menyadari bahwa tabung gas LPG sendiri adalah kebutuhan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Memperhatikan hal tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masyarakat Surabaya yaitu ibu – ibu rumah tangga.
2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial
Teori S-R adalah teori komunikasi yang paling dasar. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya tentang aliran behavioristik. Teori tersebut
menggambarkan hubungan stimulus respon. Teori ini menunjukkan komunikasi sebagai proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana.
Teori S-R mengasumsikan bahwa kata – kata verbal lisan, tulisan, isyarat – isyarat non verbal, gambar – gambar dan tindakan tertentu akan merangsang
orang lain untuk memberikan respon tertentu. Teori S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang
berkenaan dengan faktor manusia. Secara imlisit, terdapat sebuah asumsi bahwa dalma teori S-R ini perilaku respons manusia dapat diramalkan. Ringkasnya
komunikasi dianggap statis yang menganggap manusia selalu berperilaku karena
kekuatannya dari luar stimulus, bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemamuan bebasnya.
Unsur – unsur yang terdapat dalam teori ini adalah : a.
Stimulus b.
Respons Jadi perubahan sikap tergantung pada stimulus yang diterima seperti yang
ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 Teori S-R
Secara lebih rinci dalam teori ini dijelaskan bahwa stimulus dalam situasi tertentu berupa objek dalam lingkungan, suatu pola pengindraan, atau suatu
pengalaman, dan kombinasi ketiga nya. Sifat khas stimulus adalah agak kompleks yang dapat berupa sebuah sirkulasi antara yang satu dan yang lain dan yang pasti
akan mempengaruhi kita tentang fenomena yang akan dijelaskan. Sedangkan respons merupakan respon tertentu terhadap stimulus tertentu Fisher, 1980 : 196
Dari uraian tersebut berkenaan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti bahwa stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan
Stimulus Respons
meledaknya tabung gas LPG di media massa. Respons adalah berupa tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Berdasarkan teori ini dapat
diasumsikan bahwa pemberitaan meledaknya tabung gas LPG sebagaimana yang dikemas oleh media massa sedemikian rupa dapat menimbulkan kecemasan pada
ibu – ibu rumah tangga yang merupakan audience media massa sekaligus pengguna tabung gas LPG.
Teori Belajar Sosial Social Learning Theory dikemukakan oleh Bandura. Dimana menurut teori ini belajar terjadi karena peniruan imitation. Kemampuan
meniru respon orang lain misalnya meniru bunyi yang sering didengar adalah penyebab utama belajar Rakhmat, 2004 : 62
Berdasarkan teori ini dapat diketahui bahwa pada saat melihat, menonton, maupun mendengarkan pemberitaan tentang meledaknya tabung gas LPG
berulang – ulang, maka masyarakat akan mengalami proses belajar. Dalam proses belajar tersebut masyarakat mempelajari tentang berbagai pengetahuan tentang
meledaknya tabung gas LPG seperti pengertian, penyebab, cara pencegahan dan lain sebagainya. Karena memiliki motivisi dan kepentingan yang sesuai dengan
kebutuhan, maka berbagai pemberitaan tersebut akan mendorong masyakat untuk melakukan tindakan – tindakan sebagai upaya pencegahan ledakan tabung gas
LPG. 2.1.10
Kerangka Pikir
Peristiwa meledaknya tabung gas LPG di beberapa wilayah di Indonesia marak diberitakan di media massa belakangan ini. Mulai dari media elektronik
seperti radio dan televisi, media cetak seperti surat kabar koran, tabloid, majalah, hingga internet. Media massa memberitakannya secara serempak dengan berbagai
gaya pemberitaan yang beragam. Satu peristiwa tidak hanya diberitakan pada satu media massa saja, melainkan media – media lainnya turut memberitakan peristiwa
serupa. Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa kemudian yang
diperhatikan, dimengerti, dan diterima oleh masyarakat terutama ibu – ibu rumah tangga memberikan gambaran betapa menakutkannya jika tabung gas LPG yang
menjadi kebutuhan primer mereka meledak sewaktu – waktu. Dari sejumlah peristiwa yang diberitakan di media massa sama – sama memberikan gambaran
yang menakutkan terutama tentang akibat meledaknya tabung gas LPG yang menimpa para korbannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga di media massa. Dalam penelitian ini terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dinyatakan sebagai
variabel X, sedangkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga adalah variabel Y. Bagaimana keterkaitan hubungan antara kedua variabel tersebut nantinya akan
diukur dengan melihat total skor yang dikumpulkan melalui data hasil penyebaran kuisioner kepada responden. Jika skor tinggi menunjukkan tingkat kecemasan ibu
– ibu rumah tangga dikategorikan kuat setelah mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah
tangga benar – benar merasa cemas. Jika skor sedang menunjukkan tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan sedang setelah mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Maksudnya yaitu ibu –
ibu merasa cemas setelah mengetahui terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa, namun tingkat kecemasan itu tidak terlalu kuat dan tidak
terlalu lemah juga. Jika skor rendah menunjukkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan lemah setelah mengetahui pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah tangga tidak merasa cemas setelah melihat terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di
media massa. Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
X
Y Y
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung
Gas LPG di media massa
Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya : 1.
Merasa khawatir yang berlebihan terhadap pemberitaan.
2. Merasa sangat takut takut hingga gemetar
menyalakan kompor gas LPG. 3.
Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman atau ledakan keras.
4. Menjadi ragu-ragu membeli tabung gas LPG
dan aksesorisnya. 5.
Merasa kecewa yang sangat mendalam dengan kualitas tabung gas LPG yang kurang
baik.
6. Merasa sangat tidak nyaman meletakkan
tabung gas LPG di dalam rumah. 7.
Merasa sangat takut dan tangan berkeringat mengetahui peristiwa kebakaran.
8. Memeriksa tabung gas LPG setiap waktu.
9. Bingung bertindak menghandapi ancaman.
10. Merasa tidak aman sekalipun LPG sudah
sesuai SNI. 11.
Mengantisipasi yang berlebihan dengan tidak menggunakan jika LPG cacat walaupun
tidak membahayakan.
Kesimpulan
2.1.11 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :
Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dengan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mengetahui perbedaan persepsi dari berbagai pihak mengenai definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka peneliti akan
menjelaskan variabel dalam penelitian ini : Variabel bebas : Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media
massa. Variabel terikat : Tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya
3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa
Variabel X
Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan melalui media massa, baik
cetak, elektronik, maupun internet yang ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu rumah tangga.
Definisi operasionalnya adalah frekuensi menonton pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dan jumlah waktu yang digunakan oleh ibu – ibu
rumah tangga untuk membaca, mendengar, dan menonton terpaan pemberitaan. Semakin sering pemberitaan dipublikasikan di media massa maka akan
menimbulkan dampak yang kuat dan besar bagi khalayaknya.
Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dapat diwujudkan dalam indikator :
1. Frekuensi, yaitu seberapa sering responden mengetahui pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton, mendengar, serta membaca di media massa dalam satu bulan terakhir.
2. Durasi, seberapa lama responden responden mengetahui pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton, mendengar, serta membaca di media massa.
3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Variabel Y
Tingkat kecemasan dioperasionalkan sebagai penggambaran dari sejauh mana kecemasan ibu – ibu rumah tangga terhadap tabung gas LPG pasca pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa. Tingkat kecemasan disini di maksudkan sebagai bentuk ketakutan ibu – ibu rumah tangga yang berkembang
menjadi rasa cemas terhadap ancaman meledaknya tabung gas LPG yang marak terjadi. Kecemasan ini muncul seiring dengan adanya pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG yang marak diberitakan di media massa dan menjadi sajian informasi yang diterima ibu – ibu rumah tangga. Kecemasan cenderung bentuk
luapan emosional negatif ibu – ibu rumah tangga yang disebabkan adanya terpaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.
Perlu diingat bahwa kecemasan tidak selalu terjadi pada setiap orang, itu berarti kecemasan tidak mutlak di rasakan oleh ibu – ibu rumah tangga dengan
adanya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Tingkat
kecemasan tiap – tipa orang pun tidak sama, sehingga tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga pun bisa beragam, ada yang tergolong tinggi, sedang, hingga
rendah. Adapun indikator dari tingkat kecemasan ini diantaranya adalah :
1. Merasa khawatir yang berlebihan mengetahui pemberitaan meledaknya tabung
gas LPG di media massa karena sama – sama pengguna tabung gas LPG dan berpotensi mengalami peristiwa serupa.
2. Merasa sangat takut menyalakan kompor gas LPG sehingga merasakan gejala
tubuh gemetar akibat maraknya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa .
3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman keras atau ledakan keras
karena teringat peristiwa ledakan tabung gas LPG di media massa juga menimbulkan dentuman atau ledakan keras.
4. Menjadi ragu – ragu membeli tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya
walaupun lebih mudah di temukan daripada minyak tanah karena tidak yakin dengan kualitas tabung gas LPG yang dibeli.
5. Merasa sangat kecewa dan tidak puas dengan kualitas tabung gas LPG yang
kurang baik dan menjadi cemas menggunakan LPG karena kualitasnya yang kurang baik sebagaimana yang marak diberitakan di media massa bahwa tabung
gas LPG rawan meledak. 6.
Merasa tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah karena berpotensi melukai orang – orang terdekat dan merusak rumah jika terjadi
ledakan. 7.
Merassa sangat takut sehingga tangan berkeringat ketika mengetahui peristiwa kebakaran karena teringat pemberitaan di media massa jika peristiwa kebakaran
juga dapat terjadi karena ledakan gas LPG.