Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

(1)

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

SKRIPSI

OLEH :

APIEK DWI PANCANINGSIH

0743010111

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA


(2)

Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) Oleh :

APIEK DWI PANCANINGSIH 0743010111

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 11 November 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs.

Kusnarto,

Msi

Ir.

Didiek

Tranggono,

M.si

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

NIP/NPT.1958122519900100

2.

Dr. Catur Suratnoaji, M.si

NIP/NPT. 368049400281

3.

Drs. Kusnarto, Msi

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

Mengetahui,


(3)

RUMAH TANGGA DI SURABAYA

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

Disusun Oleh :

Apiek Dwi Pancaningsih

0743010111

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui ,

PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, Msi

NIP. 19580801 198402 1001

Mengetahui,

DEKAN

 

 

 

Dra. Ec.Hj. Suparwati, M.si

NIP. 19550718 198302 2000 1


(4)

KECEMASAN IBU – IBU RUMAH TANGGA

DI SURABAYA

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan

Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

Tangga di Surabaya)

Nama Mahasiswa

: Apiek Dwi Pancaningsih

NPM

:

0743010111

Program

Studi

:

Ilmu

Komunikasi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs.

Kusnarto,

Msi

Ir.

Didiek

Tranggono,

M.si

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

NIP/NPT.1958122519900100

2.

Dr. Catur Suratnoaji, M.si

NIP/NPT. 368049400281

3.

Drs. Kusnarto, Msi

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

Mengetahui,


(5)

(6)

(7)

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG

di Media Massa Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya” (Studi

Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Dengan

Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Drs. Kusnarto, Msi

selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan kritik, saran, dan masukan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof.Ir. Teguh Sudarto,MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Dra. Hj. Suparwati,M.Si. Dekan FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4.

Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5.

Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

dukungan, saran, dan kritik untuk penulis. Ibu Yuli Candrasari,S.sos,Msi dan Ibu Dra.

Sumardjijati, Msi selaku dosen penguji proposal skripsi, Bapak Ir. Didiek Tranggono,

Msi dan Bapak Catur selaku dosen penguji skripsi atas saran dan kritik nya.


(8)

Timur dan Klaten, Jawa Tengah, Terima kasih untuk doa yang tiada hentinya untuk

penulis.

8.

My new family in Surabaya. Special Thanks buat Evan Rheza Aditya “Terima kasih

untuk dukungan, waktu, kepercayaan, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran yang semoga

selamanya tidak akan berujung, dan semua hal yang membuat kita tetap survive sampai

detik ini. Tetep berjuang dan semangat untuk kita”. Riski Saputri sahabat

se-perjuanganku se-perantauan, Dwi Aprilia, Desi Kurniawati “sukses untuk kita semua”

9.

Teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi Dyaksa, Akbar, Irfan, Siti, Orchid, Dwi,

Santy, Ratih, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih

terutama untuk membantu penulis menyebarkan kuisioner.

10.

Teman – teman di kost Pondok Nirwana Baruk Utara 8 No. 2, Mbak Yah, Mbak Fian,

Mbak Fani, Aya, Ayu, Rima.

11.

Dan teman – teman tersayang di Balikpapan, Anggita, Ayu, Ajeng, Anindhita, Anis,

Paska, Wily, Puput, Oki, Galih, dan semuanya yang juga tidak bisa disebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis berharap

kritik dan saran yang membangun agar Skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi, dan

khususnya bagi teman – teman yang melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama seperti


(9)

Penulis


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………... ii

KATA PENGANTAR ………iv

DAFTAR ISI ………...ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

DAFTAR TABEL ……….xii

ABSTRAKSI ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2

Perumusan Masalah …. ………. 8

1.3

Tujuan Penelitian……….. ………. 8

1.4

Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ……… ………... 9


(11)

2.1.5 Kecemasan ………...18

2.1.6 Tabung gas LPG ………. 20

2.1.7 Khalayak Media Massa ………... 22

2.1.8 Ibu Rumah Tangga Sebagai Komunikan Media Massa ……….. 23

2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial….………. 25

2.1.10 Kerangka Pikir ………28

2.1.11 Hipotesis Penelitian……….29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Defisini Operasional dan Pengukuran Variabel………... 30

3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa…... 30

3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga ………..…….………33

3.1.3 Pengukuran Variabel ………..………39


(12)

3.5 Metode Analisis Data ………... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..……… 44

4.1.1 Media Elektronik ……… 55

4.1.2 Media Cetak ……… 56

4.1.3 Media Internet atau online ………. ……… 57

4.2 Kota Surabaya ……….. 58

4.3 Penyajian Data ……… 58

4.3.1 Identitas Responden ……….. 58

4.3.1.1 Usia Responden ……….59

4.4.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ………..………….. 61

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa..61

4.3.2.1 Frekuensi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar

Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa .. 62

4.3.2.2 Durasi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar

Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa ...69

4.3.3 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya Pasca

Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa …………70


(13)

4.3.3.2 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat

Takut dan Tubuh Gemetar Ketika Mulai Menyalakan Kompor

Gas LPG ……….76


(14)

Terkejut Ketika Mendengar Suara Dentuman atau Ledakan

Keras Walaupun Tidak Pasti Karena Ledakan Gas LPG ………. 78

4.3.3.4 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Ragu

– Ragu Ketika Membeli Tabung Gas LPG Karena Tidak Yakin

Dengan Kualitasnya ………. 80

4.3.3.5 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat

Kecewa dan Sangat Tidak Puas Dengan Kualitas Tabung Gas …. 82

4.3.3.6 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Tidak

Nyaman Meletakkan Tabung Gas LPG di Dalam Rumah

Karena Jika Meledak Akan Melukai Orang – Orang Terdekat

dan Merusak Rumah. ……….. 85

4.3.3.7 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Takut

Yang Berlebihan dan Tangan Berkeringat Ketika Mengetahui

Adanya Peristiwa Kebakaran di Sekitar Mereka Karena Teringat

Peristiwa Meledaknya Tabung Gas LPG……….87

4.3.3.8 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Selalu

Memeriksa Keadaan Gas LPG, Kompor, dan Aksesorisnya

Setiap Waktu Untuk Memastikannya Tetap Aman Digunakan


(15)

Gas LPG Yang Digunakan Mengalami Kebebocoran……….91

4.3.4.0 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Tetap Merasa

Tidak Aman Menggunakan Tabung Gas LPG Walapun

Dipastikan Sudah Berstandar Nasional ……….……...93

4.3.4.1 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Mengantisipasi

Yang Berlebihan Untuk Tidak Menggunakan Lagi Gas LPG,

Kompor, dan Aksesorisnya Ketika Melihat Ada Kerusakan atau

Cacat Sekalipun Tidak Yakin Membahayakan ………...99

4.5

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……… 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 104

5.2 Saran ………. .105


(16)

1.

Quisi

oner ……….………...… 51

2.

Post

Metro Balikpapan Online edisi30 Maret 2009………. 56

3.

Medi

a Indonesia Online edisi 1 November 2009 ……… 58

4.

Post

Metro Balikpapan edisi 2 Juli 2010……….………. 60

5.

Metr

o News edisi 2 Juli 2010 …………..……… 63

6.

Post

Metro Balikpapan 3 Juli 2010………... 64

7.

Post

Metro Balikpapan Online edisi 3 Juli 2010 ………. 66

8.

Post

Metro Online edisi 9 Juli 2010 ………. 67

9.

Medi


(17)

11.

Post

Metro Balikpapan edisi 23 Juli 2010 ……….. 70


(18)

Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

Penelitian ini didasarkan pada semakin maraknya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG

di media massa seperti media elektronik (televisi dan radio), media cetak (koran, majalah,

tabloid), serta media online. Adanya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media

massa memberikan efek pada para audience nya, terutama kepada ibu – ibu rumah tangga yang

merupakan audience media massa sekaligus pengguna tabung gas LPG. Efek tersebut dapat

berupa kecemasan yang muncul akibat adanya pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini

pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa merupakan variabel X dan tingkat

kecemasan ibu – ibu rumah tangga merupakan variabel Y.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-R atau Stimulus-Respons.

Berdasarkan asumsi teori ini bahwa stimulus pasti akan memberikan pengaruh. Sesuai dengan

teori tersebut bahwa terpaan pemberitaan akan memberikan pengaruh berupa kecemasan pada

ibu – ibu rumah tangga yang menonton, mendengarkan, dan membaca pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner. Pertanyaan dalam kuisioner

dikembangkan dari indikator – indikator variabel X dan Y. Untuk variabel X diberikan bentuk

pertanyaan terbuka, serta untuk variabel Y diberikan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak Setuju (STS), serta Tidak Setuju (TS).

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu – ibu rumah tangga yang berada di Surabaya.

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu semua ibu – ibu rumah

tangga yang berada di Surabaya berhak menjadi responden tanpa ada karakteristik tertentu.

Untuk menentukan jumlah responden maka digunakan rumus Yamane. Karena data berbentuk

ordinal maka ntuk menguji hubungan antara kedua variabel digunakan koofesien korelasi Rank

Spearman kemudian untuk memperjelas pembuktian hipotesis digunakan uji T

test.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga

di Surabaya. Sehingga kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa pemberitaan di

media massa yang bermuatan berita negatif memberikan efek yang negatif pula kepada para

audience nya.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman yang terus berkembang selalu diiringi dengan perkembangan informasi dan kebutuhan manusia. Sejalan dengan hal itu, masyarakat yang selalu membutuhkan informasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada guna mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi tidak lepas dari adanya proses komunikasi yang juga membutuhkan sarana atau media sehingga informasi mampu tersampaikan dengan baik. Agar informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat diterima dengan baik, maka diperlukan pemilihan sarana atau media yang tepat pula.

Proses komunikasi dalam penyampaian informasi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa terjadi secara tatap muka (face to face) atau secara tidak langsung bisa melalui media massa. Komunikasi melalui media massa adalah komunikasi massa. Media massa yaitu alat – alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Komunikasi massa bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Dalam komunikasi massa jenis – jenis media massa yang


(20)

Alexis S. Tan menyebutkan terdapat empat fungsi dari media massa, yang pertama adalah memberi informasi, tujuan dari fungsi ini yaitu agar komunikan dapat mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, serta meraih keputusan. Yang kedua adalah mendidik, tujuan dari fungsi ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi komunikan untuk memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, dan tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Yang ketiga adalah fungsi mempersuasi, tujuan dari fungsi ini adalah memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Dan yang terakhir adalah fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan.

Dalam menjalankan fungsinya untuk memberi informasi, komponen utama yang paling penting dalam menunjang fungsi ini adalah berita – berita yang disajikan di media massa. Berita adalah infomasi aktual tentang fakta – fakta dan opini yang menarik perhatian orang. Suatu berita yang akan dipublikasikan di media massa umumnya harus memenuhi salah satu unsur berita, diantaranya adalah aktualitas, kedekatan (proximity), keterkenalan (prominence), dampak (consequence), human interest yang mengandung unsur ketegangan, ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, binatang, serta humor.

Fakta – fakta yang ditemukan oleh wartawan di lapangan kemudian di tuangkannya dalam tulisan. Fakta yang dimaksud adalah kejadian yang benar –


(21)

sumber informasi bagi komunikannya. Dalam istilah jurnalistik, fakta – fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, + How).

Pemberitaan tentang meledaknya gas LPG yang marak dibicarakan belakangan ini adalah salah satu bentuk pemberitaan di media massa. Berbagai media massa seperti media elektronik yaitu radio dan televisi dan media cetak seperti koran dan majalah, serta internet memberitakan berbagai peristiwa meledaknya gas LPG di berbagai daerah di Indonesia pada bulan Juli 2010.

Seperti pemberitaan di media elektronik yaitu pada stasiun televisi swasta Metro TV. Dalam pemberitaannya di program acara Headline di Makassar, Yogyakarta, Tangerang, Jember, serta Cilacap. ( Sumber : www.metronews.com ). Selanjutnya untuk stasiun televisi swasta lainnya yaitu TV One mencatat beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Jakarta Barat dan di Pasuruan(Sumber: www.tvone.co.id). SCTV melalui program berita Liputan 6 juga memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Bandun, Denpasar dan di Pontianak.(Sumber : www.berita.liputan6.com). RCTI melalui program berita Seputar Indonesia juga memberitakan meledaknya tabung gas LPG di Magelang. (Sumber : www.seputarindonesia.com)

Dibeberapa media elektronik radio pun juga memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG. Seperti pada Radio RRI Bandung memebritakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Bandung. Peristiwa meledaknya tabung


(22)

gas lpg di Surabaya juga di beritakan oleh radio Suara Surabaya. (Sumber : www.rribandung.com dan www.jaringradio.suarasurabaya.net )

Untuk media cetak pun memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Samarinda pada edisi 16 Juli 2010. Tabloid Nova 5 Juli – 11 Juli 2010. Salah satunya pada artikel yang diberi judul “Tragedi Elpiji Terus Terjadi, Bayi Pun Belum Sempat Diberi Nama”. Pada artikel ini menceritakan sebuah peristiwa meledaknya tabung gas LPG 12 kg meledak di Tangerang. Kemudian masih di edisi yang sama juga diberitakan peristiwa ledakan tabung gas LPG di Medan.

Sementara untuk media online yaitu internet juga memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG di situs berita www.surabaya.detik.com. Situs ini memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG 3 kg di Malang.

Dari data Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) kasus ledakan tabung gas LPG paling sering terjadi di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan tempat yang pertama melakukan konversi gas LPG menerima konversi gas LPG. (Sumber : www.alatpenghematbbm.com/search/lpg%2Bmeledak )

Berdasarkan catatan Bareskrim Polri (Badan Reserse dan Kriminal) pada tanggal 12 Juli 2010, jumlah insiden ledakan gas LPG di 6 daerah di Indonesia mencapai 28 kasus. Daerah – daerah tersebut antara lain Medan sebanyak 2 kasus, Surabaya 6 kasus, Makassar 18 kasus, Semarang 1 kasus, dan Denpasar 1 kasus. Masih dari sumber yang sama dikatakan bahwa terjadi 76 kasus yang terjadi


(23)

2008, 17 kasus terjadi pada 2009, serta mencapai 28 kasus terjadi hingga pertengahan 2010 ini.

(Sumber:www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/07/15/brk,20100715-26387,id.html

danhttp://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149899 )

Sehingga kasus terbesar terjadi pada pertengahan 2010 yang mencapai angka 28 kasus yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Selanjutnya daerah dengan jumlah ledakan terbanyak berada di DKI Jakarta sebagai kota pertama penerima konversi minyak tanah ke gas LPG, selanjutnya disusul dengan Makassar dan Surabaya.

Dari keseluruhan jumlah peristiwa meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah di Indonesia, berdasarkan data dari PUSKEPI (Pusat Studi Kebijakan Publik) LPG yang lebih sering meledak adalah yang berukuran 3 kg, data yang disebutkan PUSKEPI menyebutkan angka lebih dari 38 kasus. LPG 3 kg yang meledak yaitu LPG dari program konversi minyak tanah ke gas LPG pemerintah. Sementara untuk yang berukuran 12 kg dan 50 kg hanya berkisar 18 dan 1 kasus saja.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) juga menyebutkan bahwa korban terbanyak dari serangkaian peristiwa meledaknya tabung gas LPG adalah wanita, yaitu ibu – ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan adanya tradisi menempatkan wanita di dapur, sehingga perempuan


(24)

luka bakar ringan, luka permanen, hingga meninggal dunia. Disebutkan pula bahwa wanita korban ledakan tabung gas LPG yaitu rata - rata dengan ekonomi menengah kebawah.

(Sumber : http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=68397)

Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, penyebab tabung gas LPG utamanya yang berukuran 3 kg yaitu dikarenakan buruknya kualitas kompor, tabung, dan aksesorisnya seperti selang, regulator, dan katup. Selanjutnya penempatan tabung gas pada ruangan yang kurang ventilasi, serta kecerobohoan pengguna akibat kurangnya pengetahuan tentang pamakaian gas LPG. (Sumber : http://www.groovylegacy.com/2010/07/penyebab-tabung-elpiji-meledak/ )

Melihat konsumen dari tabung gas LPG utamanya yang berukuran 3 kg adalah ibu – ibu rumah tangga dengan rata – rata ekonomi menengah ke bawah, maka disini mereka adalah pihak yang paling dirugikan. Adanya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa akan memunculkan kecemasan ibu – ibu rumah tangga sebagai bentuk lanjut dari ketakutan yang dirasakan ibu – ibu rumah tangga yang merupakan bentuk ketidakberdayaan terhadap ancaman meledaknya tabung gas LPG yang mungkin saja terjadi pada mereka. Kecemasan yang dirasakan ibu – ibu rumah tangga cenderung berbentuk perasaan emosional yang negatif akan sesuatu yang bisa dikarenakan sebagai bentuk kekecewaan mereka akan runtutan peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang marak diberitakan di media massa.


(25)

Berkaitan dengan permasalahan itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Peneliti merasa tertarik meneliti objek tersebut untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Dalam hal ini peneliti memilih sumber pemberitaan dari media massa dikarenakan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG diberitakan hampir di semua media massa baik elektronik maupun cetak. Media massa elektronik seperti televisi di stasiun swasta Metro TV, TV One, Global TV, Trans TV, Trans7, RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, TVRI, serta beberapa radio lokal . Dan juga berbagai media cetak seperti surat kabar (koran) juga tabloid hingga media online atau internet.

Sementara itu Surabaya dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu karena berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti bahwa Surabaya menempati peringkat ketiga jumlah ledakan tabung gas LPG sepanjang Juli 2010. Selanjutnya pemilihan lokasi ini juga didukung oleh data yang ditemukan oleh peneliti melalui situs www.metronews.com bahwa Jawa Timur adalah penghasil migas terbesar setelah Kalimantan Timur dan Riau, dan Surabaya adalah salah satu kota yang memiliki cekungan potensi migas yang tinggi di wilayah Jawa Timur.


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat mengaplikasikan teori – teori yang diperoleh oleh peneliti selama menimba ilmu di Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Surabaya, khususnya teori – teori komunikasi yang berkaitan tentang komunikasi massa.

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar pihak – pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat mengambil manfaat, selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi para konsumen tabung gas LPG di tengah masyarakat.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut A.Devito merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan visual yang lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku.

Selanjutnya Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble juga memperjelas bahwa sesuatu bisa dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal – hal di bawah ini :

1. Komunikatornya mengandalkan peralatan modern dalam menyebarkan pesan seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, film, atau gabungan dari semua media tersebut.

2. Komunikatornya dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling mengenal.

3. Pesan menjadi milik publik atau bisa didapat dan diterima publik. 4. Komunikator biasanya organisasi formal atau melembaga.


(28)

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper atau penapis informasi yaitu sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan melalui media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda.

Menurut Alexis S. Tan (1981) terdapat sifat khusus yang dimiliki komunikasi massa, yang pertama adalah penerima pesan dalam komunikasi massa paling tidak mempunyai heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai kelompok lapisan masyarakat, tidak saling mengenal dan berinteraksi satu dan lainnya, dan tidak memiliki pemimpin atau organisasi formal. Selanjutnya yang kedua berkaitan dengan komunikatornya yang merupakan organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah, yaitu biasanya media massa seperti surat kabar, majalah, stasiun atau jaringan televisi dan radio.

Bittner mengemukakan, dalam komunikasi massa membutuhkan adanya gatekeeper dalam proses penerimaan pesan. Dalam komunikasi massa selain melibatkan unsur – unsur komunikasi sebagaimana umumnya, juga dibutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri, didalamnya ada beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi itu sampai kepada audience nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut gatekeeper. Jadi, informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi media yang bersangkutan.


(29)

2.1.2 Media Massa

Media massa (mass media) adalah channel, media atau medium, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yaitu komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Yang termasuk media massa umumnya adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, film, serta internet.

Jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Media massa cetak (printed media), yaitu media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano), tabloid ( ½ broadsheet), majalah ( ½ tabloid, atau kertas ukuran folio atau kwarto), buku ( ½ majalah), newletter (folio, kwarto, jumlsh halaman lazimnya 4-8 halaman), serta buletin ( ½ majalah, jumlah halaman lazimnya 4 – 8 halaman). Sementara berdasarkan isi nya dapat dibedakan menjadi jenis tulisan berita, opini, dan feature.

2. Media massa elektronik (electronic media), yaitu jenis media massa yang isinya disebarrluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro. Jenis media massa ini adalah televisi, radio, dan film.

3. Media online atau internet, yaitu media massa yang dapat ditemukan di internet atau situs web. (Sumber : www.romeltea.com/2009/05/14/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi/.com)


(30)

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial).

Menurut Dennis Mc Quail (1997), terdapat peran dari media massa, yaitu :

1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan / promosi.

2. Sumber kekuatan serta alat control, manajemen, dan inovasi masyarakat. 3. Lokasi (forum) untuk menampilkan sejumlah peristiwa yang terjadi di

masyarakat.

4. Wahana pengembangan budaya, tata cara, mode, gaya hidup, dan norma. 5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

Media massa juga memiliki karakteristik, pertama publisitas, yaitu disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. Kedua universalitas, yaitu pesan bersifat umum tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa umum di berbagai tempat serta menyangkut kepentingan umum karena sasaran pendengarnya orang banyak. Ketiga periodisitas, yaitu tetap atau berkala, misalnya harian, mingguan, bulanan, atau siaran sekian jam per hari. Keempat kontinuitas, yaitu berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode mengudara atau jadwal terbit. Kemudian aktualitas yaitu berisi hal – hal baru


(31)

seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan lain sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepaa publik.

2.1.3 Fungsi media massa sebagai penyaji informasi

Sebagai penyaji informasi, media massa memuat berita – berita tentang fakta – fakta yang terjadi di lapangan. Fakta – fakta tersebut dicari oleh wartawan, kemudian dituangkannya dalam bentuk tulisan yang nantinya akan menjadi sumber informasi bagi audience nya. Fakta yang dimaksud disini adalah adanya kejadian yang benar – benar terjadi di masyarakat.

Menurut Jakob Oetama (2001), sebuah berita bukan saja tentang suatu kejadian yang aktual dan bermakna, tetapo laporan tantang suatu kejadian yang actual dan bermakna. Kejadiannya sendiri adalah sesuatu yang objektif, sedangkan bagaimana kejadian itu dipilih adalah sesuatu yang subjektif. Sehingga fakta di lapangan yang disajikan di media massa tidak akan berbobot tinggi jika tidak ada makna yang terkandung dalam berita tersebut. (Basuki 1983:5)

Berita di media massa sendiri sebagai sumber informasi bagi para audience, Maryono Basuki membagi berita berdarkan beberapa aspek. Berdasarkan sifat kejadian terdapat empat jenis berita, yaitu berita yang sudah diguga akan terjadi, berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak, berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi, serta berita tentang gabungan peristiwa tak terduga dan tidak terduga.

Berdasarkan masalah yang dicakup yaitu merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan


(32)

Berdasarkan lingkup pemberitaan, berita di media massa dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dapat dirasakan oleh Negara lain.

Berdasarkan sifat pemberitaan, sifat berita bisa dilihat dari isinya. Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi, dan sebagainya.

2.1.4 Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG

Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan berita meledaknya tabung gas LPG tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet. Terpaan pemberitaan di media massa ini ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu rumah tangga.

Dalam pemberitaan tersebut diinformasikan tentang sebuah peristiwa meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah. Lokasi pemberitaan diberitakan secara detail oleh wartawan. Pemberitaan juga mencatumkan tanggal terjadinya peristiwa hingga waktu terjadinya peristiwa.


(33)

korban atau keluarga korban,yaitu mulai dari gejala – gejala tabung gas LPG meledak hingga detik peristiwa meledaknya tabung gas LPG terjadi.

Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG juga dilengkapi dengan mencantumkan pendapat dan tanggapan dari pihak – pihak tertentu seperti Kapolsek, pihak Pertamina, dan pihak RT setempat, dan lain sebagainya.

Di beberapa pemberitaan juga menceritakan bagaimana kondisi fisik hingga psikologis korban ledakan tabung gas LPG melalui wawancara yang dilakukan oleh wartawan pada korban. Korban banyak mengungkapkan tentang perasaan nya pasca terjadinya peristiwa ledakan.

Untuk media cetak umumnya dilengkapi gambaran tentang detail peristiwa melalui foto atau gambar ilustrasi lokasi pasca peledakan. Sementara untuk media elektronik dilengkapi dengan video tentang lokasi peledakan bahkan ditambahkan dengan kesaksian para keluarga korban hingga warga sekitar lokasi peledakan. Untuk media radio mencoba memberikan gambaran tentang detail peristiwa melalui runtutan narasi yang benar – benar menggambarkan keadaan lokasi pasca peledakan. Untuk penyajian pemberitaan di media online hampir sama dengan media cetak. Dari definisi diatas maka pemberitaan meledaknya tabung LPG dapat diartikan sebagai sebuah sajian pemberitaan meledaknya tabung gas LPG yang dikemas sedemikian rupa oleh media – media massa dengan menggambarkan betapa membahayakan tabung gas LPG jika meledak.

2.1.5 Kecemasan


(34)

Freud (Dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan rekasi terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya.

Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja menurut Lefrancois pada kecemasan bahaya bersifat kabur. Misalnya adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan – perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran.

Johston (1971) menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya permusuhan dengan orang lain.

Kartono (1981) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis tanpa adanya rangsangan yang spesifik.

Wignyosoebroto (1981) ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan tepat.

Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama kecemasan normal yaitu pada saat individu masih telah menyadari adanya konflik – konflik dalam diri individu yang menyebabkan adanya rasa cemas. Kemudian yang kedua berkenaan dengan kecemasan neurotik yang muncul ketika seorang individu tidak menyadari


(35)

adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas sehingga kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri

Menurut Bucklew (1980) membagi kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :

1. Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala – gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonstrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.

2. Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala – gejala fisik, terutama pada fungsi system syaraf misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar – debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Menurut Kartono (1981), menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, serta sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah.

Sue dkk (1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut :

1. Manifestasi kognitif, yaitu terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang terjadi.

2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.

3. Perubahan somatic muncul dalam keadaan mulut kering

Murray (1974) menngemukakan sumber – sumber kecemasan adalah kebutuhan untuk menghindari teracuni, menghindari dari terluka, serta menghindari dari disalahkan.


(36)

Disamping itu, kecemasan juga didefiniskan sebagai reaksi emosional pada berbagai kekhawatiran.

Secara klinis gangguan kecemasan pada seorang individu dapat dilihat melalui tanda – tanda diantaranya adalah merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, takut pada keramaian, gangguan pada pola tidur, mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, serta keluhan – keluhan somantik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar – debar, sesak nafas, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya. (Hawari, 2006:66-67)

Tidak semua orang mengalami kecemasan, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Seseorang akan menderita kecemasan apabila yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Seseorang yang memiliki kepribadian pencemas akan lebih cenderung lebih mudah mengalami gangguan kecemasan lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas. Seseorang yang memiliki kepribadian pencemas memiliki ciri – ciri :

1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.

2. Memandang masa depan dengan rasa was – was atau khawatir. 3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum. 4. Sering merasa tidak bersalah atau menyalahkan orang lain. 5. Gerakan sering serba salah , tidak tenang, bila duduk gelisah. 6. Sering mengeluh, dan khawatir berlebihan terhadap sesuatu.

7. Mudah tersinggung, marah, suka membesar – besarkan masalah kecil. 8. Sering bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan.


(37)

10.Sering bertindak histeris ketika emosi. (Hawari, 2006:64-65)

2.1.6 Tabung Gas LPG

LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas. Komponen utamanya adalah gas

propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan

LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Berdasarkan komposisi

propane dan butane, LPG dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu LPG

propane, yang sebagian besar terdiri dari C3 , LPG butane yang sebagian besar terdiri dari C4 , Mix LPG, yang merupakan campuran dari propane dan butane.

LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum

untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat dan lainnya.

LPG Pertamina yang dipasarkan dalam kemasan tabung (3 kg, 6 kg, 12 kg, 50 kg) dan curah merupakan LPG mix, dengan komposisi + 30% propane dan 70% butane. Varian lain adalah LPG odourless (tidak berbau). Zat mercaptan biasanya ditambahkan kepada LPG untuk memberikan bau yang khas, sehingga kebocoran gas dapat dideteksi dengan cepat.


(38)

lingkungan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kompor minyak tanah, kompor dengan menggunakan gas LPG memiliki panas yang lebih tinggi. Suhu pembakaran utamanya saat memasakan juga dapat diatur sesuai keinginan pengguna. Namun begitu, gas LPG juga memiliki beberapa kekurangan yaitu harga yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan bahan bakar memasak lainnya, selain itu juga peralatan seperti kompor gas pun juga mahal, terkecuali bagi mereka yang mendapatkan pertalatan dari konversi gas yang dilakukan pemerintah.

Terdapat sifat umum dari gas LPG, diantaranya adalah :

1. Tekanan gas LPG cukup besar, bila bocor maka akan membentuk gas, memuai, dan mudah meledak.

2. Berat jenis LPG lebih besar daripada udara sehingga cenderung bergerak ke bawah.

3. Gas LPG tidak mengandung racun.

4. Berbau sehingga mudah mendeteksi adanya kebocoran. (Sumber : www.pertamina.com )

2.1.7 Khalayak Media Massa

Khalayak dalam komunikasi massa yang sangat beragam, yaitu jutaan penonton televisi, pendengar radio, pembaca koran, majalah, tabloid, dan pengakses internet. Masing – masing masyarakat berbeda satu dan lainnya, namun masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. (


(39)

Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audience dalam komunikasi massa setidaknya – tidaknya memiliki karakter dapat berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social diantara mereka. Audience cenderung tersebar di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Audience cenderung heterogen dan berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial sehingga anonim atau tidak saling kenal. Sementara secara fisik audience terpisah dari komunikatornya. Komunikan juga memiliki ciri aktif jika mengetahui adanya pemberitaan yang mereka sukai di media massa, dan juga terkadang selektif dalam memilih pemberitaan yang sesuai kebutuhannya.

Menurut Melvin de Fleur dan Sandra Bell Rokeach (1988) menjelaskan tiga teori yang menjelaskan tentang khalayak media massa, yang pertama Individual Differences Perspective, Social Categories Perspective, serta Social Relation Perspective.

Berdasarkan teori Individual Differences Perspective menggambarkan perilaku khalayak tentang pengaruh individu terhadap media massa. Dijelaskan bahwa pengaruh media massa pada masing – masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu nya terhadap masa lalunya. Individu bertindak berbeda dalam menanggapi dan merespon pesan yang disampaikan di media massa sehingga respon pesan pun berbeda.

Social Categories Perspective menjelaskan adanya suatu perkumpulan sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kesempatan, dan lain sebagainya. Adanya perkumpulan sosial


(40)

nilai, dan sikap. Sehingga mereka akan cenderung bereaksi sama pada pesan khusus di media massa yang mereka terima.

Sementara itu, Social Relation Perspective menjelaskan bahwa dampak dari pesan di media massa diubah dengan sangat hebat oleh individu yang memiliki kekuatan hubungan sosial dengan anggota khalayak. Hal ini mengakibatkan, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota khalayak yang didapatkannya dari media massa. Artinya antar individu tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.

2.1.8 Ibu – Ibu Rumah Tangga

Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga yaitu sekelompok orang yang tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai dapur dan anggaran rumah tangga yang sama dapat terdiri dari anggota-anggota tambahan atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan dipimpin oleh satu kepala keluarga.

Seseorang wanita dikatakan sebagai ibu rumah tangga jika sudah dalam status menikah tanpa memandang profesi karena dalam kenyataannya ibu rumah tangga tidak selalu hanya menjalankan fungsinya di rumah sebagai seorang istri dan ibu, melainkan beberapa dari mereka juga menjalankan fungsi nya sebagai pencari nafkah atau bekerja di luar rumah.

Melihat beberapa ciri yang disebutkan sebagai kategori khalayak media massa, maka ibu rumah tangga juga bisa dikatakan sebagai komunikan dari media massa. ibu – ibu rumah tangga mempunyai sikap aktif dalam memilih


(41)

pemberitaan di media massa yang sesuai kebutuhannya. Sehingga mereka menjadi lebih aktif dalam mencari – cari pemberitaan yang mereka sukai di media massa.

Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka akan hubungan yang kuat antara keaktifan ibu – ibu melihat pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa karena mereka menyadari bahwa tabung gas LPG sendiri adalah kebutuhan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Memperhatikan hal tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masyarakat Surabaya yaitu ibu – ibu rumah tangga.

2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial

Teori S-R adalah teori komunikasi yang paling dasar. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya tentang aliran behavioristik. Teori tersebut menggambarkan hubungan stimulus respon. Teori ini menunjukkan komunikasi sebagai proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana.

Teori S-R mengasumsikan bahwa kata – kata verbal (lisan, tulisan), isyarat – isyarat non verbal, gambar – gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon tertentu.

Teori S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara imlisit, terdapat sebuah asumsi bahwa dalma teori S-R ini perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya komunikasi dianggap statis yang menganggap manusia selalu berperilaku karena


(42)

kekuatannya dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemamuan bebasnya.

Unsur – unsur yang terdapat dalam teori ini adalah :

a. Stimulus b. Respons

Jadi perubahan sikap tergantung pada stimulus yang diterima seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Teori S-R

Secara lebih rinci dalam teori ini dijelaskan bahwa stimulus dalam situasi tertentu berupa objek dalam lingkungan, suatu pola pengindraan, atau suatu pengalaman, dan kombinasi ketiga nya. Sifat khas stimulus adalah agak kompleks yang dapat berupa sebuah sirkulasi antara yang satu dan yang lain dan yang pasti akan mempengaruhi kita tentang fenomena yang akan dijelaskan. Sedangkan respons merupakan respon tertentu terhadap stimulus tertentu (Fisher, 1980 : 196)

Dari uraian tersebut berkenaan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti bahwa stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan


(43)

meledaknya tabung gas LPG di media massa. Respons adalah berupa tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Berdasarkan teori ini dapat diasumsikan bahwa pemberitaan meledaknya tabung gas LPG sebagaimana yang dikemas oleh media massa sedemikian rupa dapat menimbulkan kecemasan pada ibu – ibu rumah tangga yang merupakan audience media massa sekaligus pengguna tabung gas LPG.

Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dikemukakan oleh Bandura. Dimana menurut teori ini belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan meniru respon orang lain misalnya meniru bunyi yang sering didengar adalah penyebab utama belajar (Rakhmat, 2004 : 62)

Berdasarkan teori ini dapat diketahui bahwa pada saat melihat, menonton, maupun mendengarkan pemberitaan tentang meledaknya tabung gas LPG berulang – ulang, maka masyarakat akan mengalami proses belajar. Dalam proses belajar tersebut masyarakat mempelajari tentang berbagai pengetahuan tentang meledaknya tabung gas LPG seperti pengertian, penyebab, cara pencegahan dan lain sebagainya. Karena memiliki motivisi dan kepentingan yang sesuai dengan kebutuhan, maka berbagai pemberitaan tersebut akan mendorong masyakat untuk melakukan tindakan – tindakan sebagai upaya pencegahan ledakan tabung gas LPG.

2.1.10 Kerangka Pikir


(44)

seperti radio dan televisi, media cetak seperti surat kabar (koran), tabloid, majalah, hingga internet. Media massa memberitakannya secara serempak dengan berbagai gaya pemberitaan yang beragam. Satu peristiwa tidak hanya diberitakan pada satu media massa saja, melainkan media – media lainnya turut memberitakan peristiwa serupa.

Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa kemudian yang diperhatikan, dimengerti, dan diterima oleh masyarakat terutama ibu – ibu rumah tangga memberikan gambaran betapa menakutkannya jika tabung gas LPG yang menjadi kebutuhan primer mereka meledak sewaktu – waktu. Dari sejumlah peristiwa yang diberitakan di media massa sama – sama memberikan gambaran yang menakutkan terutama tentang akibat meledaknya tabung gas LPG yang menimpa para korbannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di media massa. Dalam penelitian ini terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dinyatakan sebagai variabel X, sedangkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga adalah variabel Y. Bagaimana keterkaitan hubungan antara kedua variabel tersebut nantinya akan diukur dengan melihat total skor yang dikumpulkan melalui data hasil penyebaran kuisioner kepada responden. Jika skor tinggi menunjukkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan kuat setelah mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah tangga benar – benar merasa cemas. Jika skor sedang menunjukkan tingkat


(45)

kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan sedang setelah mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Maksudnya yaitu ibu – ibu merasa cemas setelah mengetahui terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa, namun tingkat kecemasan itu tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah juga. Jika skor rendah menunjukkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan lemah setelah mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah tangga tidak merasa cemas setelah melihat terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(46)

X

Y Y

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Terpaan Pemberitaan

Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa

Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya : 1. Merasa khawatir yang berlebihan terhadap

pemberitaan.

2. Merasa sangat takut takut hingga gemetar menyalakan kompor gas LPG.

3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman atau ledakan keras.

4. Menjadi ragu-ragu membeli tabung gas LPG dan aksesorisnya.

5. Merasa kecewa yang sangat mendalam dengan kualitas tabung gas LPG yang kurang baik.

6. Merasa sangat tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah.

7. Merasa sangat takut dan tangan berkeringat mengetahui peristiwa kebakaran.

8. Memeriksa tabung gas LPG setiap waktu. 9. Bingung bertindak menghandapi ancaman. 10. Merasa tidak aman sekalipun LPG sudah

sesuai SNI.

11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan tidak menggunakan jika LPG cacat walaupun tidak membahayakan.


(47)

2.1.11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :

Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dengan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk mengetahui perbedaan persepsi dari berbagai pihak mengenai definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan variabel dalam penelitian ini :

Variabel bebas : Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Variabel terikat : Tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya

3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa (Variabel X)

Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet yang ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu rumah tangga.

Definisi operasionalnya adalah frekuensi menonton pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dan jumlah waktu yang digunakan oleh ibu – ibu rumah tangga untuk membaca, mendengar, dan menonton terpaan pemberitaan. Semakin sering pemberitaan dipublikasikan di media massa maka akan menimbulkan dampak yang kuat dan besar bagi khalayaknya.


(49)

Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dapat diwujudkan dalam indikator :

1. Frekuensi, yaitu seberapa sering responden mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton, mendengar, serta membaca di media massa dalam satu bulan terakhir. 2. Durasi, seberapa lama responden responden mengetahui pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton, mendengar, serta membaca di media massa.

3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga (Variabel Y)

Tingkat kecemasan dioperasionalkan sebagai penggambaran dari sejauh mana kecemasan ibu – ibu rumah tangga terhadap tabung gas LPG pasca pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Tingkat kecemasan disini di maksudkan sebagai bentuk ketakutan ibu – ibu rumah tangga yang berkembang menjadi rasa cemas terhadap ancaman meledaknya tabung gas LPG yang marak terjadi. Kecemasan ini muncul seiring dengan adanya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG yang marak diberitakan di media massa dan menjadi sajian informasi yang diterima ibu – ibu rumah tangga. Kecemasan cenderung bentuk luapan emosional negatif ibu – ibu rumah tangga yang disebabkan adanya terpaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Perlu diingat bahwa kecemasan tidak selalu terjadi pada setiap orang, itu berarti kecemasan tidak mutlak di rasakan oleh ibu – ibu rumah tangga dengan


(50)

kecemasan tiap – tipa orang pun tidak sama, sehingga tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga pun bisa beragam, ada yang tergolong tinggi, sedang, hingga rendah. Adapun indikator dari tingkat kecemasan ini diantaranya adalah :

1. Merasa khawatir yang berlebihan mengetahui pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa karena sama – sama pengguna tabung gas LPG dan berpotensi mengalami peristiwa serupa.

2. Merasa sangat takut menyalakan kompor gas LPG sehingga merasakan gejala tubuh gemetar akibat maraknya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa .

3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman keras atau ledakan keras karena teringat peristiwa ledakan tabung gas LPG di media massa juga menimbulkan dentuman atau ledakan keras.

4. Menjadi ragu – ragu membeli tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya walaupun lebih mudah di temukan daripada minyak tanah karena tidak yakin dengan kualitas tabung gas LPG yang dibeli.

5. Merasa sangat kecewa dan tidak puas dengan kualitas tabung gas LPG yang kurang baik dan menjadi cemas menggunakan LPG karena kualitasnya yang kurang baik sebagaimana yang marak diberitakan di media massa bahwa tabung gas LPG rawan meledak.

6. Merasa tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah karena berpotensi melukai orang – orang terdekat dan merusak rumah jika terjadi ledakan.

7. Merassa sangat takut sehingga tangan berkeringat ketika mengetahui peristiwa kebakaran karena teringat pemberitaan di media massa jika peristiwa kebakaran juga dapat terjadi karena ledakan gas LPG.


(51)

8. Memeriksa tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya setiap waktu untuk memastikan kondisinya baik – baik saja karena merasa cemas jika meninggalkan rumah LPG bisa meledak kapan saja.

9. Merasa bingung bertindak menghadapi ancaman ledakan ketika tabung gas yang digunakan mengalami kebocoran.

10. Merasa tetap tidak aman sekalipun LPG sudah sesuai SNI karena merasa masih berpotensi meledak.

11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan memilih untuk tidak memakai gas LPG, kompor, dan aksesorisnya jika ada yang cacat sekalipun tidak yakin membahayakan.

Indikator – indikator tersebut nantinya akan dijabarkan dalam pertanyaan – pernyataan yang lebih operasional. Pernyataan yang operasional inilah yang akan menjadi skala pengukur (Singarimbun, 1989 :134).

Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan – pertanyaan mengenai objek penelitian. Dalam penelitian untuk mengetahu tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga ini, responden diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang didasarkan oleh indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pilihan jawaban yang disediakan pada tiap pertanyaan terbagai dalam empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (ST).


(52)

sering disebut skala likert. Prosedurnya relatif mudah untuk dijalankan. Satu bagian pernyataan diseleksi yang menggambarkan dukungan atau penentangan akan suatu objek. Setelah setiap pernyataan siap, baru dibuat skala persetujuan. Responden ditanyakan sikapnya dalam skala singkat setuju atau ketidaksetujuannya dalam setiap pernyataan. Skala persetujuan ini boleh jadi mempunyai dua pilihan (setuju-tidak setuju) atau boleh jadi mempunyai lebih banyak pilihan tergantung pada tujuan dari pertanyaan. Yang seringkali dipakai adalah lima kategori (sangat setuju-setuju-tidak menjawab-tidak setuju-sangat tidak setuju) (Erriyanto, 1999:216-217)

Dalam beberapa riset, skala likert dapat digunakan dengan meniadakan pilihan jawaban ragu – ragu. Alasannya karena kategori ragu – ragu memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan ragu – ragu. Disediakannya jawaban ditengah – tengah terutama bagi responden yang ragu – ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu responden memilih jawaban untuk memilih amannya. Yang terakhir, disediakannya jawaban di tengah – tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang. (Kriyantono, 2007:134)

Untuk mengetahui tingkat kesemasan ibu – ibu rumah tangga dilakukan pemberian skor pada pilihan jawaban pertanyaan :

Sangat setuju (SS) = skor 4

Setuju (S) = skor 3


(53)

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1

Untuk pilihan jawaban sangat setuju menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan pernyataan yang dijelaskan dalam item pertanyaan, kemudian untuk pilihan jawaban setuju menunjukkan bahwa responden setuju dengan pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan, untuk pilihan jawaban tidak setuju menunjukkan bahwa responden tidak menyetujui pernyataan pada item pertanyaan, selanjutnya pilihan jawaban sangat tidak setuju menunjukkan bahwa responden sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan.

Pilihan jawaban hanya digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban ”ragu – ragu” (undecided). Hal ini didasarkan menurut pendapat Hadi (1986:20) sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu – ragu. Kategori ini merupakan jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah yang menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah ( central tendency), terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang


(54)

Setiap pilihan jawaban dikategorikan kedalam tiga interval, yaitu tinggi, sedang, rendah. Penentuan interval dilakukan dengan rumus :

R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor tertinggi (sangat setuju, skor 4) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah (Sangat tidak setuju, skor 1) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk interval Tinggi, Sedang, dan Rendah.

Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 11 item. Sehingga penghitungannya :

Skor Terendah = 11 x 1 =11 Skor Tertinggi = 11 x 4 = 44 Range = 44-11 = 11


(55)

Berdasarkan rumus diatas maka tingkat kecemasan responden dikategorikan sebagai berikut :

Rendah  11- 21 Sedang 22 – 32 Tinggi  33 – 44

Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 11 - 21 maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung rendah. Yaitu ibu – ibu rumah tangga tidak cemas karena akibat pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

2. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 22 - 32 maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung sedang. Yaitu ibu – ibu rumah tangga merasa cemas tapi tidak terlalu kuat dan tidak lemah juga.

3. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 33 - 44 maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung tinggi. Yaitu ibu – ibu rumah tangga menjadi sangat cemas akibat pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.


(56)

Sementara itu untuk mengukur variabel terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa yaitu frekuensi dan durasi dapat dilakukan melalui :

1. Indikator Frekuensi :

R = Frekuensi terpaan tinggi dikurangi terpaan terendah K = Interval atau kategori yang diinginkan

Indikator Frekuensi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

2.Indikator Durasi

R = Durasi terpaan tinggi dikurangi durasi terpaan terendah K = Interval atau kategori yang diinginkan

Indikator Durasi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

Untuk mengetahui frekuensi dan durasi repsonden tertinggi maupun terendah dapat dilihat melalu jawaban responden yang berupa pertanyaan terbuka.

Kemudian setelah mendapatkan hasil dari frekuensi dan durasi dengan menggunakan rumus diatas, maka untuk mengetahui tinggi rendahnya pada

I = Jarak Pengukuran (R) Jarak Interval

I = Jarak Pengukuran (R) Jarak Interval


(57)

variabel terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media sigunakan rumus :

R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor tertinggi dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui haisl perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk Tinggi, Sedang, dan Rendah.

2.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 2.3.1 Populasi

Dari judul yang diambil oleh peneliti, responden dari penelitian ini yaitu ibu – ibu rumah tangga. Selanjutnya lokasi penelitian yaitu di Surabaya, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah ibu – ibu rumah tangga di Surabaya, yaitu 515.385 jiwa Sumber : Situs Resmi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya 2008 (www.surabaya.go.id )


(58)

2.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu rumah tangga di Surabaya. Teknik penarikan sampel dilakukan adalah teknik

simple random sampling. Teknik random sampling adalah salah satu jenis

sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan karakteristik tertentu. Anggota populasi dianggap relatif homogen atau sama. Ibu – ibu rumah tangga disini dianggap homogen, yaitu sama – sama menggunakan tabung gas LPG tanpa melihat pekerjaan, status ekonomi, agama, dan karakteristik lainnya karena rata – rata pengguna tabung gas LPG adalah ibu – ibu rumah tangga . Homogenitas dari ibu – ibu rumah tangga itu lah salah satunya menjadi acuan peneliti memilih teknik ini.

Jumlah populasi yaitu ibu rumah tangga di Surabaya yaitu 515.385 jiwa. Penarikan sampel dari jumlah ibu rumah tangga di Surabaya akan ditentukan dengan rumus Yamane :

n= N Nd2+1 Keterangan :


(59)

N= Jumlah populasi

d=Presisi 10% derajat ketelitian (0,1)

n= 515.385

515.385 . (0,1)2+1

= 515.385

5154,85

= 99,9 dibulatkan menjadi 100

Didapatkan 100 responden, ini berarti 100 sampel yang digunakan dari keseluruhan jumlah populasi ibu – ibu rumah tangga di Surabaya yaitu sebanyak 100 orang. Ibu – ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah di Surabaya berpotensi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

2.4Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu : 1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner. Selain itu dalam menyebarkan kuisioner yang diajukan jika terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden maka peneliti dapat menjelaskan agar tidak salah dalam mengisi kuisioner.


(60)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka didapat dari buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi – instansi terkait.

2.5Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk menguji hubungan antara kedua nya maka digunakan koofesien korelasi Rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal yaitu berjenjang atau bertingkat antara antara satu data dengan yang lainnya tidak sama. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

ρ = koofesien korelasi Rank Spearman n = jumlah sampel

∑ di = jumlah total hitungan Rank X dan Rank Y (Supangat,Andi,2007:362)

ρ= 1 – 6 ∑ d

i

2 n ( n2 – 1 ) 


(61)

Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y ke dalam rumus Rank Spearmanmaka diperlukan tabel penolong sebagai berikut :

Tabel 3.1

Table Penolong Koofesien Korelasi Rank Spearman Responden X Y Rank X Rank Y di di2

1 2 3 4

Dst

Jumlah d

i

2 Ada ataupun tidak adanya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0, 0000 dapat diartikan bahwa kedua variabel yang dikorelasikan terdapatnya korelasi.

Intepretasi kuat atau lemahnya korelasi dapat juga diketahui dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Semakin besar angka dalam indeks korelasi, semakin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

Tabel 3.2

Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 – 0,55 Hubungan Tidak Kuat 0,56 – 0,65 Hubungan Cukup Kuat 0,66 – 0,75 Hubungan Kuat 0,76 – 0,99 Hubungan Sangat Kuat 1 Hubungan Sangat Sempurna


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Objek Penelitian

Media massa di Indonesia tergolong menjadi media elektronik yaitu televisi dan radio, media cetak yaitu surat kabar, tabloid, majalah, dan lain sebagainya, media online atau internet.

4.1.1 Media Elektronik

Media elektronik terdiri dari televisi dan radio. Stasiun televisi swasta di Indonesia yang menjadi acuan bagi peneliti yaitu Global TV, Metro TV, TPI, RCTI, TV One, Trans TV, SCTV, TPI, Trans 7, serta stasiun televisi milik negara TVRI. Stasiun televisi tersebut memberitakan tentang meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah di Indonesia dan pastinya disiarkan secara nasional sehingga dijangkau oleh masyarakat Surabaya.

Global TV Global TV adalah adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Berawal dari sebuah stasiun televisi swasta lokal di Jakarta, Global TV belakangan meluaskan siaran ke 5 kota besar lainnya. Global TV diluncurkan sejak tanggal 8 Oktober 2002 di Jakarta dan diresmikan sejak tanggal 1 Januari 2005 di Jakarta dan dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan TPI. Stasiun ini pada awalnya didirikan untuk merelay acara-acara MTV Asia, yang sebelumnya direlay melalui antv, namun


(63)

pada perkembangannya juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan pembagian 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk MTV dan 8 jam untuk Nickelodeon yang juga pernah ditayangkan di antv. Pada awalnya pula, kartun jenis Nickelodeon adalah kartun yang banyak di Global TV, namun sekarang juga menyiarkan kartun non-Nickelodeon, termasuk anime. Beberapa acara yang disiarkan. Beberapa acara berita yang ditayangkan di stasiun televisi ini adalah Global Pagi, Global Siang, Berita Global, Global Malam, dan English News.

Metro TV atau PT Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga merupakan pemilik surat kabar Media Indonesia. PT Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama "MetroTV" pada tanggal 25 Oktober 1999. Pada tanggal 25 November 2000, MetroTV mengudara untuk pertama kalinya dalam bentuk siaran uji coba di 7 kota. Pada awalnya hanya bersiaran 12 jam sehari, sejak tanggal 1 April 2001, MetroTV mulai bersiaran selama 24 jam. Dari awalnya memulai operasi dengan 280 orang karyawan, saat ini MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi. Stasiun TV ini pada awalnya memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya


(64)

juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia. Metro TV juga menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi. Metro TV dimiliki Media Group pimpinan Surya Paloh yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post. Beberapa acara berbasic berita yang ditayangkan stasiun televisi ini adalah Breaking News, Headline News, Metro Pagi, Metro Xin Wen, Metro This Morning, Indonesia This Morning, Metro Siang, News Flash, World News, Metro Hari Ini, Suara Anda,

Top Nine News, Top Nine News Weekend, Metro Sport, Metro Malam, serta

Indonesia Now.

TPI(dahulu merupakan singkatan dari Televisi Publiksiaran Indonesia nama sebelumnya Televisi Pendidikan Indonesia) adalah stasiun televisi swasta nasional kedua di Indonesia setelah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. TPI didirikan oleh Mbak Tutut dan dulu sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Cipta Lamtoro Gung Persada (CLGP). TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari jam 19.00-21.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di Studio 12 TVRI dari kecematan Senayan basis kota di Jakarta Pusat. Pada awal pendiriannya tahun 1991 TPI hanya ingin menyiarkan siaran Pendidikan saja. Saat itu TPI hanya mengudara 4 jam. Salah satunya dengan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyiarkan materi pelajaran pendidikan menengah. Sejak itu TPI mengudara 4 jam, lalu sejak 1 Juni 1991 menjadi 6,5 jam. Lalu


(65)

menjelang akhir 1991 sudah 8 jam. Pada tahap awal pendiriannya, TPI berbagi saluran dengan televisi milik pemerintah oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Perlahan-lahan mereka mengurangi misi Pendidikan dengan juga menyiarkan acara-acara lain, termasuk kuis-kuis dan sinetron sebagai selingan.Pada tanggal 1 Juli 1991, TPI memiliki kanal sendiri khusus untuk kota Jakarta yaitu channel 37 UHF. Itu semua karena TPI saat itu sedang belajar untuk mandiri untuk daerah lain TPI tetap berbagi saluran dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) karena TPI belum memiliki modal cukup untuk bersiaran nasional dengan kanal sendiri. Pada tanggal 1 Januari 1993, TPI mendapatkan izin bersiaran nasional dan pada saat itu, TPO memindahkan pusat operasionalnya dari Studio 12 TVRI dari kecematan Senayan basis kota di Jakarta Pusat ke Studio MNC dari kecamatan Kebon Sirih basis kota di Jakarta Barat tahun itu pula didirikan Cipta Lamtoro Gung Persada (CLGP) sebuah induk usaha bentukan Formatara Prima Sejati. Kini, program edukasi tersebut sudah tergusur dan TPI fokus di program acara musik dangdut, seolah acara lain yang disebut "Makin Indonesia dalam motto barunya seakan tenggelam oleh hingar bingar acara dangdut di TPI. Bahkan TPI sebagai kependekan dari Televisi Pendidikan Indonesia sudah tidak berlaku lagi. Salah stau contoh program berita milik TPI adalah Selamat Pagi Indonesia.

RCTI atau RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) adalah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. RCTI merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Tujuannya adalah sebagai


(66)

itu menjadi corong pemerintah untuk mempropagandakan Orde Baru yang berkuasa saat itu. RCTI awal siaran lewat ijin saluran membasis di Jakarta & sekitarnya setelah siaran televisi area membasis kota di Jakarta dan Bandung; sekitar area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dengan dekoder kemudian mengudara pada tanggal 1 Januari 1987 di Jakarta kemudian siaran percobaan mulai pada tanggal 1 Januari 1988 dan diresmikan tanggal 24 Agustus 1989 bertepatan dengan ulang tahun TVRI ke-27 membasis di Jakarta. Saat awal siaran, RCTI hanya menayangkan acara-acara luar negeri karena modalnya lebih murah jika dibandingkan dengan memproduksi sendiri yang biayanya jauh lebih mahal. Karena setiap hari pelanggan dekoder RCTI semakin bertambah di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka pemerintah akhirnya mengizinkan RCTI untuk bersiaran secara bebas mulai 24 Agustus 1990. Saat itu pula di Surabaya persembahan PT. Bimantara Citra, Tbk. juga mendirikan stasiun televisi yang bertujuan menayangkan acara-acara RCTI di Surabaya, yaitu SCTV. Saat itu pula, RCTI dan SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" karena RCTI dan SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara RCTIdan SCTV selalu berbeda. Setelah sekian lama bersiaran lokal di kota Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), akhirnya tanggal 24 Agustus 1990 RCTI bersiaran secara nasional, namun hal itu baru direalisasikan tahun 1990 saat meluncurkan RCTI Bandung yang bertugas merelay acara-acara RCTI di Jakarta sejak tanggal 24 Agustus 1990. RCTI termasuk stasiun televisi besar di Indonesia, tapi susunan acaranya berbeda.


(67)

Setelah sukses dengan RCTI dari Bandung, akhirnya awal tahun 1990 RCTI bersiaran secara nasional pertama di Indonesia diantaranya Banda Aceh, Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Tanjung Balai, Rantau Prapat, Kediri, Tulungagung, Gresik, Malanag, Pekanbaru, Batam, Manado, Balikpapan, Lombok, Flores, Ambon, Jayapura, Binjai, Pemantang Siantar, Sibolga, Kupang, Lhokseumawe, Bukit Tinggi, Bengkulu, Jambi, Tarakan, Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, Bontang, Jambi, Langsa, Sabang dan Mataram hingga akhirnya tahun 1993 RCTI sudah bisa disaksikan di seluruh Indonesia. Pada tahun 1997, terjadi kekisruhan antar pemilik saham RCTI dan SCTV. Itu semua karena pemilik saham SCTV merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. Bimantara Citra, Tbk. yang lebih me-nomor satu-kan RCTI ketimbang SCTV. Karena itulah, RCTI dan SCTV memutuskan untuk berpisah dan menjalankan kehidupannya sendiri-sendiri. Tahun 1999, RCTI merupakan televisi swasta pertama yang melakukan reformasi besar-besaran dalam susunan manajemen. Hampir semua susunan direksi dan komisaris dirombak total untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang sempat merugi karena krisis moneter tahun 1997 lalu. Setelah 4 tahun menyendiri, akhirnya RCTI memiliki 2 stasiun televisi yang menjadi teman RCTI, yaitu Metro TV dan Global TV. PT. Bimantara Citra Tbk. mendirikan Global TV (PT. Global Informasi Bermutu, Tbk.) pada tahun 1999 dan memiliki 70% saham atas Global TV dan juga memodali berdirinya Metro TV (PT. Media Televisi Indonesia, Tbk.) dan memiliki 25% saham Metro TV.


(68)

dibeli PT. Bhakti Investama, Tbk. Pemilik baru dari PT. Bimantara Citra, Tbk. menilai Metro TV kurang memberikan keuntungan berarti dan segmentasinya tumpang tindih dengan RCTI. Hingga akhirnya Bimantara menjual 25% saham Metro TV dan 1 Juli 2003 Bimantara membeli 75% saham PT. Cipta TPI, Tbk. dan langsung menempatkan para direksi baru di TPI. dan pada 1 Oktober 2003, PT. Bimantara Citra, tbk. mendirikan induk usaha untuk RCTI, TPI dan Global TV yaitu Media Nusantara Citra (MNC). Sejak 1 Oktober 2003, RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki Global TV dan TPI. RCTI memiliki hak siar atas ajang sepak bola Euro 2008 bersama Global TV dan TPI. RCTI juga mengudara di Timor-Leste. Tahun 2009 telah berusia 20 tahun dan Finalis The Master Limbad juara runner up the master telah beraksi berdiri di menara selama 20 jam di menara 20 meter tanggal 24 Agustus 2009, Limbad berhasil menjatuhkan diri dari menara yaitu pertanda Hari ulang tahun RCTI yang ke-20. Direktur Utama RCTI saat ini adalah Hary Tanoesoedibjo, yang juga Presiden Direktur dan CEO dari Media Nusantara Citra (MNC) dan Global Mediacom RCTI-pun menggandeng JakTV stasiun televisi lokal Jakarta, untuk bergabung dalam satu manajemen, yaitu Media Nusantara Citra (MNC) Tbk. pada tahun 2005 yang lalu. Salah satu program berita terunggul nya adalah Seputar Indonesia.

TV One (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas


(69)

dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga memiliki antv. Pada tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Erick Thohir yang juga merupakan Direktur Utama Harian Republika. Beberapa program nya adalah Kabar Pagi adalah program berita yang menyajikan peristiwa. Apa Kabar Indonesia adalah acara talkshow yang disiarkan diluar studio tvOne yakni di Wisma Nusantara Bundaran HI, dan CitiWalk Sudirman setiap Senin-Jumat pukul 06.30 WIB - 11.00 WIB, dan setiap Sabtu-Minggu pukul 06.00-08.00. Kabar 9 adalah program berita yang menyajikan peristiwa-peristiwa terkini sepanjang pukul 00.00-09.00 WIB. Program ini hadir pukul 09.00 WIB dan mengambil durasi Apa Kabar Indonesia selama 15 menit. Kabar Siang adalah program berita yang ditayangkan di tvOne pertama kali pada tahun 2006.Mengudara setiap hari pukul 12.00 WIB. Kabar 15 adalah program berita yang menyajikan peristiwa-peristiwa terkini sepanjang pukul 09.00-15.00 WIB. Hadir 30 menit pukul 15.00 WIB. Kabar Petang adalah program berita yang menyajikan peristiwa-peristiwa sepanjang hari yang dibacakan oleh 5 penyiar sekaligus dalam satu layar. Disiarkan setiap hari pukul 17.30 WIB. Kabar Petang menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung


(1)

105   

tetap aman. Sehingga kecemasan tidak terlalu dirasakan mereka karena memang sudah sangat terbiasa menggunakan gas LPG dan tidak ada efek negatif yang berlebihan dengan adanya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.


(2)

106   

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang tidak kuat antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dengan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Terdapat faktor – faktor (variabel control) yang mempengaruhi kondisi kedua variabel tersebut, diantaranya adalah faktor pendidikan, pekerjaan, serta status ekonomi.

Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa yang merupakan pemberitaan bermuatan negatif ternyata juga mampu memberikan efek negatif kepada khalayaknya yaitu ibu – ibu rumah tangga. Hal ini sangat sesuai dengan asumsi pada teori S-R dimana ibu – ibu rumah tangga terpengaruh pada rangsangan berupa terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa sehingga menjadi cemas.

5.2 Saran

Dari hasil peneltian ini, peneliti memberikan saran agar media massa lebih mengemas berbagai pemberitaannya terutama yang benar – benar berkaitan erat dengan kehidupan sehari – hari masyarakat dan pemberitaan tentang peristiwa negatif yang memungkinkan memberikan efek keresahan di masyarakat. Pemberitaan diharapkan bersifat netral, yaitu tidak terlalu berlebihan ataupun


(3)

107   

meremehkan suatu peristiwa tapi akan lebih baik mengemasnya dengan menetralisir pemberitaan agar tidak menimbulkan kecemasan sebagaimana adanya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Namun perlu diingat pemberitaan harus sesuai dengan unsur – unsur 5W + 1H.

Kemudian juga audience dari masing – masing media massa hendaknya tidak terlalu cepat terpengaruh akan isu – isu yang diberitakan di media massa. Akan lebih baik mencoba untuk memfilternya terlebih dahulu dan melihat berbagai permasalahan secara lebih bijaksana di berbagai pemberitaan yang ada sehingga efek nya tidak akan negatif bagi audience.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Alwisol, 2009 Psikologi Kepribadian, Malang : UMM Press.

Ardianto, Elvinaro, 2004 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa

Rekatama Media.

Budyatna, Muhammad, 2009 Jurnalistik Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Bungin, Burhan, 2008 Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada

Media Group.

Effendy, Uchjana, Onong, 2006 Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Hudaniah, dan Dayakisni Tri, 2006 Psikologi Sosial, Malang : Universitas Muhammadiyah

Malang.

Hawari, Dadang, 2006 Manajemen Stress Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.

Irianto, Agus, 2004 Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Prenada Media.

Kriyantono, Rachmat, 2006 Teknik Praktis, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(5)

Mulyana, Deddy, 2007 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Saebani, Ahmad, Beni, 2008 Metode Penelitian, Bandung : CV. Pustaka Setia.

Singarimbun, Masri, dan Effendy, Sofian, 1989 Metode Penelitian Survai, Jakarta : PT.

Pustaka LP3ES.

Soekanto, Soerjono, 2006 Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2008 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,

cv.

Rakhmat, Jalaluddin, 2008 Psikologi Komunikasi, Bandung : Rosda.

Rivers, William, dan Peterson, Jensen, 2008 Media Massa dan Masyarakat Modern,

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sumber Non Buku :

www.mediaindonesia.com

www.kompas.com

www.metronews.com

www.tvone.com.id


(6)

www.rribandung.com

www.jaringradio.suarasurabaya.net

www.pertamina.com

www.surabaya.go.id

www.surabayadetik.com

www.alarpenghematbbm.com/search/lpg%2Bmeledak  

http://politik.kompasiana.com/2010/06/20/apakah-penyebab-kompor-gas-meledak/ 

www.tribunkaltim.co.id

www.wikipedia.com

(

http://myenglish01.wordpress.com/2009/10/27/interpolasi-dalam-perhitungan-statistik/

)

Sumber Skripsi :

Armawati,Siska, 2005 Hubungan Terpaan Acara Reality Show Misteri di Televisi Dengan

Rasa Takut Terhadap Hantu Pada Wanita di Surabaya, Surabaya : Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya,Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu

Komunikasi


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25