7 Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna pengembangan rencana dan program.
Sistem akuntansi pemerintahan harus dikembangkan untuk para pengguna informasi keuangan, yaitu pemerintah, rakyat lembaga legislatif, lembaga
donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya. 8 Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus memungkinkan analisis ekonomi atas data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksi pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan nasional.
5. Teknik pencatatan dalam akutansi sektor publik
Sesuai dengan amanat UU no.17 tahun 2003 dan PP No.71 tahun 2010 maka pemerintah daerah wajib menggunakan basis akrual. Basis akrual adalah
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar. Menurut Sholihin2015:10, basis akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan dalam Laporan Operasional, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual
untuk pendapatan Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan diakui pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di rekening kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada
saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah
atau entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Secara ringkas, basis akrual adalah basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transakasi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.
B. Otonomi Daerah 1. Pengertian Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Mardiasmo 2002: 25 otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
2. Beberapa komponen yang membentuk otonomi daerah yaitu:
1 Kewenangan Otonomi Luas Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan
daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu
keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. 2 Otonomi Nyata
Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan
diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah. 3 Otonomi Yang Bertanggung Jawab
Otonomi yang
bertanggung jawab
adalah berupa
perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan
kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan
dan kesejahteraan
masyarakat yang
semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.