13 Berdasarkan ciri – ciri di atas, maka seni teater merupakan seni
peran yang menggabungkan ketiga unsur seni di atas, tanpa memilah – milah satu dengan yang lainnya. Karena dalam penyajiannya seni teater
selalu menggabungkan seni tari, seni drama, dan seni musik.
c. Sifat Seni
1. Seni Pertunjukan Tradisional
Adalah seni yang dipentaskan, dan berasal dari seluruh daerah nusantara, serta pada umumnya mempunyai fungsi sosial. Kesenian
nusantara ini disebut kesenian rakyat, yang dalam menampilkannya, serta menyertakan banyak orang.
Ciri – ciri seni pertunjukan tradisional : a. Nilai – nilai yang terjalin dalam kesenian tersebut
merupakan refleksi dari cara hidup sehari – hari untuk tidak jarang bersumber dari mitos – mitos.
b. Penciptaannya tidak terkenal, dan mempunyai pola jalan
cerita yang tetap dengan penampilan yang sederhana serta mudah dimengerti oleh penonton.
c. Mempunyai hubungan yang erat antara penonton dengan
pemain, dimana penonton terkadang merupakan bagian dari pertunjukan tersebut.
d. Tidak memerlukan teknik panggung yang sempurna karena
mereka bisa memainkan pertunjukan di alam terbuka dengan dekor alam sekitar.
e. Alat pengiringnya ikut ditampilkan. Berupa alat musik
tradisional tanpa memakai peralatan elektronik. 2.
Seni Pertunjukan Modern Struktur seni pertunjukan modern berdasarkan pada teknik
pertunjukan dari negara – negara barat Eropa, dan Amerika. Dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Umumnya antara penonton, dan pemain terdapat jarak yang terpisah secara fisik, maupun kegiatannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14 b. Memakai dekor tata panggung yang modern.
c. Alat – alat dan pemain musik seringkali bukan menjadi pertunjukan utama.
Berdasarkan ciri – ciri di atas, maka ruang seni pertunjukan modern haruslah mempunyai sistem teknik pentas, dan ruangan yang
sempurna, baik dalam tata suara kreasi baru yang didalamnya merupakan seni gabungan antara seni tradisional dengan seni modern. Sebagai
sumber bunyi – bunyian pengiring digunakan alat musik elektronik, sehingga dibutuhkan tata suara yang baik.
2.1.2.2. Persyaratan Pokok Proyek a. Sistem
Akustik
Sebagai sarana pertunjukan, ruang pertunjukan dituntut untuk dapat memberikan kenyamanan kepada penonton, tidak saja dalam hal
penglihatan, tetapi juga melalui pendengaran, itulah sebabnya akustik dalam teater tertutup harus menghindari hal - hal, seperti :
a. Menimbulkan gema b. Menimbulkan gema menerus
c. Menimbulkan suara yang memusat d. Menimbulkan daerah mati
e. Terjadi kebocoran bunyi dari luar f. Waktu dengung reverberation time sesuai yang diinginkan
Persyaratan akustik ruang agar dapat memenuhi fungsi suatu gedung pertunjukan adalah sebagai berikut Sumber : Faktor Akustik Dalam
Perancangan Desain Interior : a.
Kekerasan loudness yang cukup Pada ruang auditorium sesekali terjadi suara keras tetapi kekuatannya
terus melemah. Hal ini disebabkan energi suara hilang pada saat perambatan gelombang bunyi atau diserap oleh media ruang besar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15 Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup
dapat diadakan dengan cara sebagai berikut : 1.
Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh
bunyi. Penggunaan balkon sangat efektif untuk lebih mendekatkan banyak tempat duduk ke sumber bunyi.
Gambar 2. 1. Bentuk audiotorium Sumber : Akustik Lingkungan, 1990
Dalam audiotorium bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat didudukan lebih dekat dengan sumber bunyi daripada bentuk segi empat
tanpa balkon. 2.
Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas
gelombang yang merambat secara langsung dari sumber bunyi tanpa pantulan ke tiap pendengar.
Gambar 2. 2. Sumber bunyi Sumber : Akustik Lingkungan, 1990
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16 3.
Lantai dimana tempat penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring ramped or raked, karena bunyi lebih mudah diserap bila
merambat melewati penonton dengau sinar datang miring grazing incidence.
Gambar 2. 3. Lantai penonton Sumber : Akustik Lingkungan, 1990
Pada gambar 2. 3. menunjukan metode yang baik untuk mendapatkan garis pandang yang baik didasarkan pada pandangan satu baris.
4. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi
plester, gypsum board, plywood, Plexiglas, papan plastic, kaku, dan lain-lain.
b. Difusi Yaitu suatu kondisi dimana gelombang bunyi dapat merambat ke
segala arah sehingga tekanan bunyi pada tiap bagian sama besar. Hal ini dilakukan dengan menonjolkan elemen-elemen bangunan, misalnya langit-
langit ditutup, dinding dibuat bergerigi, kotak - kotak menonjol, atau dengan dekorasi pahatan.
c. Karakteristik dengung
Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan bahan acara yang paling disukai oleh penonton dan
penampilan acara yang paling efisien oleh pemain. d. Bebas
cacat akustik
Ruang harus bebas dari cacat akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan, gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan
resonansi ruang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17 e. Bebas bising
Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran. Pada penanganan sistem akustik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain : 1.
Sumber Suara Karena fungsi dari bangunan ini khususnya untuk pagelaran seni teater,
maka sebaiknya sumber suara datang dari arah yang sama dengan obyek yang ditonton. Dengan demikian pengeras suara sebaiknya diletakan pada
bagian panggung. 2.
Penerima Suara Alat pendengaran manusia dapat menerima suara dengan frekuensi yang
berkisar antara 20 – 2000 dan telinga yang sensitif 400 – 5000 Hz dengan intesitas 10 – 12 db dan kekerasan suara antara 20 – 140 phons.
3. Perambatan Suara
a. Dari luar
Kegaduhan jalan raya, suara pesawat terbang, jatuhnya air hujan pada atap gedung, dan sebagainya. Sumber suara dari luar ini harus direduksi sebanyak
– banyaknya agar tidak mengganggu kenyamanan penonton. b. Dari
dalam Kegaduhan yang ditimbulkan oleh suara mesin AC, genset, dan sebagainya.
Namun, pengalaman menunjukan, bahwa dalam pola pemancaran suara manusia perbedaan frekuensi sepanjang sudut total 90º dalam arah
depan, dapat diabaikan.
Gambar 2. 4. Diagram Penyebaran Bunyi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18 Gambar 2. 5. Balkon Gedung Konser
Hal ini yang perlu diperhatikan adalah waktu reverberasi RT yang berlaku didalam suatu ruang. Jika RT terlalu rendah dari RT yang
direkomendasikan untuk suatu ruang tertentu, maka suara dalam ruang akan tidak jelas pada bagian sudut ruang. Jika RT terlalu tinggi dari RT yang
direkomendasikan, maka kemungkinan terjadinya gaung dan gema semakin tinggi, yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas suara dalam ruang
tersebut. Rekomendasi RT pada ruang dapat dilihat pada Gambar L. Doelle, Leslie, 1985: Akustik Lingkungan.
Gambar 2.6. Jangkauan perkiraan RT yang penuh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
b. AudienceSeating Menurut anatomi manusia, gerakan kepala yang wajar dalam batas