Dari hasil klasifikasi di atas dapat dilihat bahwa peserta didik kelas kontro termasuk aktif ketika pembelajaran dan untuk peserta didik kelas
riset tergolong sangat aktif ketika menerima pelajaran didalam kelas.
C. Pembahasan
1. Peningkatan hasil belajar peserta didik
Penelitian yang dilakukan di SMP Kanisius Wonogiri ini bertujuan untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar peserta
didik SMP Kanisius Wonogiri kelas VIII dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi PhET pada pokok bahasan energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik. Dalam hal ini untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik di dalam kelas, peneliti
memberikan tes sebelum diberi perlakuan pretest dan sesudah diberi perlakukan posttest untuk pokok bahasan energi potensial, energi
kinetik dan energi mekanik kepada peserta didik. Hasil dari pretest dan posttest ini akan dianalisis menggunakan program SPSS untuk melihat
apakah ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode simulasi PhET.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dapat dilihat adanya perbedaan hasil pretest dan
posttest yang telah dilakukan baik itu kelas riset maupun kelas kontrol. Diperoleh nilai rata-rata pretest untuk kelas riset adalah 20,64 dengan
standar deviasi 11,05 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata
untuk pretest ialah 21,92 dengan standar deviasinya 14,17. Berdasarkan analisis nilai pretest yang telah dilakukan, diperoleh nilai
t = -0,366 dan p = 0,716 nilai α yang digunakan ialah 0,05. Hasil
analisis pretest ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik baik itu kelas riset maupun kelas kontrol. Dapat dilihat
dari hasil analisis pretest yang telah dilakukan untuk kedua kelas tersebut bahwa, nilai p lebih bes
ar dari pada nilai α yaitu 0,716 0,05 yang berarti tidak signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
pemahaman awal peserta didik sebelum diberi perlakuan atau pembelajaran adalah sama.
Setelah mengetahui bahwa pemahaman awal peserta didik SMP Kanisius Wonogiri kelas VIII baik itu kelas riset maupun kelas
kontrol adalah sama, maka dapat dilihat pula apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik SMP Kanisius Wonogiri baik
itu kelas riset maupun kalas kontrol setelah diberi perlakuan atau pembelajara. Untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik
SMP Kanisius Wonogiri ini, dilakukanlah analisis nilai pretest dan posttest uji-t untuk kelompok dependen kelas riset yang berjumlah 25
orang. Dari hasil analisi tersebut diperoleh nilai rata-rata pretest ialah 20,64 dengan standar deviasinya 11,05 dan nilai rata-rata posttest
untuk kelas riset ini ialah 45,92 dengan standar deviasinya 22,80. Selain itu hasil dari hasil analisis ini diperoleh pula nilai t = -6,170 dan
nilai p = 0,000 dengan nilai α yang digunakan ialah 0,05. Dari hasil
yang diperoleh diketahui bahwa nilai p lebih kecil dibandingkan nilai α yaitu 0,000 0,05 yang berarti signifikan. Oleh karena itu dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar untuk kelas riset ini. Telah diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta
didik kelas riset. Oleh karena itu dapat dilihat pula apakah ada peningkatan hasil belajar peserta didik untuk kelas kontrol yang
berjumlah 27 orang.. Untuk melihat apakah terjadi peningkatan hasil belajar untuk kelas kontrol dilakukanlah analisis SPSS uji-t untuk
kelompok dependen kelas kontrol. Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui nilai rata-rata
pretest kelas kontrol ini ialah 21,92 dengan standar deviasinya 14,17 dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol ini ialah 42,52 dengan standar
deviasinya 29,08. Berdasarkan hasil analisis ini doperoleh nilai t = - 4,498 dan nilai p = 0,000 dengan nilai α yang digunakan ialah 0,05.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai p lebih kecil dari pada nilai α yaitu 0,000 0,05 yang berarti signifikan. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik kelas kontrol ini mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari tabel 4.7 dimana untuk kelas riset yang berjumlah 25 orang, nilai pretest
yang dikatakan baik dan sangat baik 0 dan nilai posttest peserta didik yang dikatakan baik 4 dan sangat baik 16. Untuk kelas kontrol
yang berjumlah 27 orang, nilai pretest untuk kategori sangat baik 3,7
dan baik 0 sedangkan nilai posttest untuk kategori baik 18,51 dan sangat baik 14,81.
Setalah diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar baik itu kelas riset maupun kelas kontrol, maka dapat diketahui pula
,manakah yang lebih baik pembelajaran yang dilakukan oleh kelas riset dengan menggunakan metode simulasi PhET atau kelas kontol dengan
menggunakan metode ceramah aktif. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan lah analisis SPSS uji-t kelompok independen untuk kelas
riset dan kelas kontrol. Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai rata-rata
posttest kelas riset yang berjumlah 25 orang ialah 45,92 dengan standar deviasi 22,80 dan nilai rata-rata posttest untuk kelas kontrol
yang berjumlah 27 orang ialah 42,51 dengan standar deviasi 29,08. Berdasarkan hasil analisis posttest dengan menggunakan SPSS ini,
diperoleh nilai t = 0,471 dan nilai p = 0,640 . Niali α yang digunakan
ialah 0,05. Dari hasil analisis posttest ini dapat dilihat bahwa nilai p lebih besar dibandingkan
dnegan nilai α yaitu 0,640 0,05 yang berarti tidak signifikan. Oleh sebab itu dikatakan tidak ada perbedaan
hasil belajar akhir antara kelas riset dan kelas kontrol. Dan dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
simulasi PhET tidak lebih baik dari pada pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah aktif. Dengan kata lain pembelajaran
dengan menggunakan metode simulasi PhET ini tidak dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan.
Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya saja waktu yang kurang saat pembelajaran dengan menggunakan
metode simulasi PhET ini. Dimana pada saat belajar dengan menggunakan simulasi PhET ini hanya 2 jam pelajaran yaitu sekitar 80
menit dan peserta didiknya pun baru mulai mengenali pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi PhET ini. Butuh waktu bagi
peserta didik untuk memahami materi dengan menggunakan metode baru. Menurut Hilgrad dan Brower dalam Hamalik, 2009:45
mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. Dimana untuk melakukan suatu
prkatek membutuhan persiapan dan waktu yang cukup lama dan dalam hal ini peserta didik melakukan praktek dengan menggunakan simulasi
PhET dalam memahami pembelajaran fisika. Selain itu pengalaman belajar peserta didik dalam menggunakan program simulasi PhET juga
membutuhkan waktu agar peserta didik dapat memfungsikan simulasi PhET ini dengan baik dan memahami apa yang dipraktekan dengan
baik pula. Telah
dikatakan bahwa
pengalaman belajar
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Oleh sebab itu pengalaman
belajar sangatlah penting bagi peserta didik. Menurut Nana Sudjana 1989:22 hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Oleh sebab itu pengalaman belajar menggunakan metode simulai PhET ini sangat
penting bagi peserta didik agar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Model pembelajaran juga dapat mempengaruhi pemahaman belajar peserta didik. Menurut Suparno 2007:98 siswa akan dapat
belajar dengan baik bila metodologi yang digunakan tepat dengan situasi mereka dan kompetensi yang diharapkan. Karena pemahaman
belajar setiap peserta didik berbeda-beda, oleh karena itu dalam penelitian ini banyak peserta didik yang masih belum memahami cara
kerja program simulasi PhET.
2. Hasil observasi keaktifan peserta didik didalam kelas