Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jig

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh

kemurahan”

-Matius 5:7-

Dengan hati penuh syukur dan kemurahan hati, kupersembahkan Skripsi ini

untuk :

Tuhan Yesus Kristus,

Papa dan Mama tercinta,

Adik tersayang Rama Mizaell Dwi Nugraha,

Kakak tersayang Maria Anjelina Irawati Ule,

Mas Leonardo Chandra Pratama,

Seluruh keluarga besar dan teman-teman,

Terimakasih atas segala doa dan dukungan yang selalu dilimpahkan.


(6)

(7)

(8)

vii

Chintya Kurniawati. 2017. Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, (2) pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa (3) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar, yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Validitas butir diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid dikonsultasikan kepada pakar untuk revisi. Reliabilitas instrumen motivasi diperoleh sebesar � = 0,685, sedangkan reliabilitas instrumen hasil belajar sebesar � = 0,614.

Berdasarkan analisis diperoleh bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II telah terlaksana dengan persentase terlaksana sebesar 88,89%, (2) ada pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5267 serta kontribusi pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar sebesar 27,74%, (3) ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5006 serta kontribusi pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 25,06%.


(9)

viii

Chintya Kurniawati, 2017. The Influence of Student’s Participation and Student’s Learning Motivation Toward The Student’s Learning Achievement on The Topic of Algebra Operations Using Cooperative Learning Type of Jigsaw II For Grade VIII B of Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research is aimed to find out (1) the implementation of mathematic learning using cooperative learning type of Jigsaw II (2) the influence of student’s participation towards student’s learning achievement (3) the influence of student’s motivation toward the learning achievement.

The researcher used quantitative method. The participants of this research are students in grade VIII B Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. This research used some instruments such as observation sheet of lesson plan (RPP),

observation sheet of student’s participation, motivation questionnaire sheet and

learning achievement test. The content of validity are obtained by doing an expert test from a lecturer and a teacher of the subject. The questions of the validity are obtained by testing the instrument. The invalid questions will be consultated by an expert to be revised. The motivation of reliability instrument is � = , 8 . In the other hand, the learning result of reliability instrument is � = , .

Based on the analysis, it is found that (1) the implementation of the cooperative learning type of Jigsaw II has been accomplished by the average of the percentage is about 89,17%, (2) the researcher found that the influence of student’s learning participation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5581 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 31,14%, (3) the researcher found that the influence of student’s learning motivation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5336 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 28,47%.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya

penyususnan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, kritik, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak Yusup Hidrianto P, S.Pd. selaku kepala SMP Kanisius Kalasan yang telah memberikan izin untuk penelitian.

6. Bapak Y. Daru Putranta, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika yang telah membimbing dan mendampingi dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.


(11)

x

7. Siswa-siswi SMP Pangudi Kanisius Kalasan kelas VIII B dan VIII C, atas kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian.

8. Orangtuaku, Agus Hariyanto dan Edita Erniwati yang selalu memberikan dukungan dan doa serta semangat pantang menyerah selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

9. Adikku, Rama Mizael Dwi Nugraha, yang selalu menghibur penulis dikala sedih dan selalu mendoakan penulis dengan tulus.

10.Keluarga besarku yang ada di Sekolaq Darat, Samarinda, Banyuwangi, Malang yang selalu memberikan doa dan dorongan.

11.Kakak Maria Anjelina Irawati Ule, yang selalu memberikan dorongan dan senantiasa membantu penulis jika menghadapi kesulitan dalam belajar. Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya. 12.Leonardo Chandra Pratama, yang rela meluangkan waktunya untuk mengantar penulis dari mencari sekolah sampai melakukan observasi. Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya.

13.Sahabat-sahabatku Dian, Nia, Ocep, Dewi dan Vita yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

14.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan digunakan sebagai acuan penelitian.


(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUB LIKASI…………... vi

ABSTRAK………. vii

ABSTRACT……….. viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………. xviii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Pembatasan Masalah……… 6

D. Rumusan Masalah……… 6

E. Tujuan Penelitian………. 7


(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI……….. 11

A. Belajar……….. 11

1. Pengertian Belajar……… 11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar………. 13

B. Hasil Belajar……… 18

C. Motivasi Belajar………... 20

1. Pengertian Motivasi Belajar ...………. 20

2. Jenis Motivasi Belajar ...……….. 23

3. Fungsi Motivasi Belajar ...……….……... 24

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar ...……….. 25

D. Keaktifan Belajar ……… 25

1. Pengertian Keaktifan Belajar...………... 25

2. Kategori Keaktifan Belajar.……… 27

3. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar …………..……… 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar …………... 30

E. Pembelajaran ...………. 32

1.Pembelajaran Kooperatif ... 32

a. Metode Jigsaw ………. 34

b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Tipe Jigsaw II.. 35

F. Operasi Aljabar……… 38


(14)

xiv

G. Penelitian Terdahulu……… 47

H. Kerangka Berpikir……… 48

I. Hipotesis……….. 49

BAB III METODE PENELITIAN……….. 50

A. Jenis Penelitian………. 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian………... 50

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Obyek Penelitian……….. 51

E. Variabel Penelitian………... 52

F. Instrumen Penelitian……… 53

1.Instrumen Pembelajaran ………. 53

2.Instrumen Motivasi Belajar ………. 53

3.Instrumen Keaktifan Belajar ……….. 55

4.Instrumen Hasil Belajar ……….. 56

G. Validitas dan Reliabilitas………. 56

1. Validitas………... 57

2. Reliabilitas………... 58

H. Metode Analisis Data ………. 60

1.Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ……….. 60

2.Analisis Korelasi ………. 60


(15)

xv

1.Sebelum Penelitian ……… 65

2.Selama Penelitian ……….. 67

3.Sesudah Penelitian ………. 79

B. Deskripsi Data……….. 79

1. Keterlaksanaan pembelajaran ………... 79

2. Motivasi Belajar ………. 80

3. Keaktifan Belajar..………. 81

4. Hasil Belajar ……….……….. 82

C. Inferensi……… 83

1. Uji Normalitas……….. 83

2. Uji Korelasi……….. 87

D. Pembahasan……….. 92

E. Keterbatasan Penelitian……… 93

BAB V PENUTUP……….. 95

A. Kesimpulan………... 95

B. Saran………. 96

DAFTAR PUSTAKA……… 98


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ……… 54

TABEL 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi …………...……… 55

TABEL 3.3 Indikator Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 55

TABEL 3.4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar …….………... 56

TABEL 3.5 Intepretasi Tingkat Validitas ………..…………. 58

TABEL 3.6 Intepretasi Tingkat Reliabilitas...…………..……….……... 59

TABEL 3.7 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 60

TABEL 4.1 Validitas Kuesioner Motivasi ……….……. 68

TABEL 4.2 Validitas Tes Hasil Belajar ………..……… 69

TABEL 4.3 Reliabilitas ………..……… 69

TABEL 4.4 Data Keterlaksanaan RPP ………..…………. 80

TABEL 4.5 Data Motivasi …………...………... 80

TABEL 4.6 Data Keaktifan …….……….. 81

TABEL 4.7 Data Tes Hasil Belajar ……..………. 82

TABEL 4.8 Uji Normalitas Motivasi ……… 84

TABEL 4.9 Uji Normalitas Keaktifan ………...………. 85

TABEL 4.10 Uji Normalitas Hasil belajar ………. 86

TABEL 4.11 Korelasi antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar……… 88 TABEL 4.12 Korelasi antara Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar ….…. 90


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 48 Gambar 3.1 Diagram Terserak Korelasi Positif ……… 62 Gambar 3.2 Diagram Terserak KorelasiNegatif ..………. 62 Gambar 4.1 Diagram Terserak Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ……. 89 Gambar 4.2 Diagram Terserak Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar .…... 92


(18)

xviii

LAMPIRAN A Halaman

1. RPP ………. L.1 2. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw ………... L.8 3. Uji Pakar Lembar Pengamatan Keaktifan …..………... L.13 4 Uji Pakar Kuesioner Motivasi ..………... L.15 5 Uji Pakar Soal Tes Hasil Belajar………... L.18 LAMPIRAN B

1. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi…… L.22 2. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas THB ………….……...L.25 LAMPIRAN C

1. Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Hasil Belajar..…………. L.27 2. Perhitungan Uji Normalitas Data Motivasi Belajar..………….. L.28 3. Perhitungan Uji Normalitas Data Keaktifan Belajar ...………... L.29 4. Perhitungan Uji Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar…………. L.30 5. Perhitungan Uji Korelasi Keaktifan dan Hasil Belajar………… L.31 LAMPIRAN D

1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw II ... L.32 2. Sampel Hasil Belajar Siswa……… L.42 3. Sampel Kuesioner Siswa………. L.53 4. Sampel Lembar Pengamatan Keaktifan Awal Siswa……….... L.59 5. Sampel Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa………. L.61 LAMPIRAN E

1. Dokumentasi ………..……….… L.63 LAMPIRAN F

1. Skor Keaktifan Belajar……… L.65 2. Skor Motivasi Belajar………. L.69 3. Skor Tes Hasil Belajar………. L.70


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aktivitas dunia pendidikan erat kaitannya dengan belajar dan mengajar. Menurut W.S Winkel (2009:59) belajar adalah suatu aktivitas fisik, mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap, sedangkan “mengajar adalah proses interaksi

antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang benar-benar dipilih oleh guru” (Herman Hudojo, 1980:18).

Seorang guru bertanggung jawab atas terselenggaranya proses pembelajaran sesuai dengan target pencapaian belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar pelaksanaan proses pembelajaran tersebut tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pedidikan dasar dan menengah. Menurut peraturan tersebut, pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan sebagai berikut: “Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.


(20)

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu SMP di Yogyakarta, proses pembelajaran matematika tidak berlangsung seperti yang diharapkan dalam Permendiknas tahun 2007 tersebut. Dalam pembelajaran, guru memposisikan diri sebagai satu-satunya pusat informasi. Materi yang disampaikan saat itu adalah materi aljabar. Guru menyampaikan pelajaran dengan membacakan materi yang berasal dari buku paket. Tidak ada interaksi timbal-balik diantara guru dan siswa. Guru tidak melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, tidak membimbing siswa untuk mendalami atau menganalisis informasi dan tidak mengecek kemampuan siswa di akhir pembelajaran. Beberapa siswa mengeluh bosan dan beberapa lainnya mengatakan masih bingung dengan materi yang disampaikan. Menurut peneliti, hal tersebut merupakan akibat dari proses pembelajaran yang kurang menantang siswa dan kurang memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang seperti itu bisa menghambat kreativitas dan kemandirian siswa karena siswa hanya menerima informasi tanpa mencari tahu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dan dua rekan peneliti lakukan sebanyak dua kali di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan, menunjukkan bahwa ada persamaan dalam proses pembelajaran antara salah satu SMP di Yogyakarta dan SMP Kanisus Kalasan. Saat guru mengajar, sebagian siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan kurang serius dan terlihat bosan dalam


(21)

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan, ada siswa yang ngobrol dengan teman, menggambar di buku catatan, memainkan pulpen dan terus melihat keluar kelas. Ketika diminta untuk mengerjakan soal latihan, beberapa siswa malah tidak mengerjakannya, ada siswa yang bersikap acuh tak acuh, ada siswa yang hanya diam saja dan ada pula yang berbincang dengan teman sebangkunya. Namun, tidak semua siswa melakukan hal-hal itu. beberapa siswa ada yang bertanya seputar materi, mencatat materi dari papan tulis, dan ada pula yang menjelaskan materi kepada teman sebangkunya yang tidak paham. Selama proses pembelajaran terkadang guru memberikan pertanyaan untuk memancing siswa agar aktif dalam pembelajaran. Namun tidak semua siswa aktif, hanya siswa tertentu yang aktif dalam pembelajaran tersebut. Beberapa dari siswa yang aktif tersebut ternyata merupakan salah satu siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang baik. Hal ini peneliti ketahui ketika peneliti melakukan wawancara.

Hasil wawancara peneliti kepada salah satu guru matematika di SMP Kanisius Kalasan yang berlokasi di Jalan Tirto Martani, menurut guru kemampuan matematika siswa masih kurang baik, terutama pada pokok bahasan operasi hitung pada bentuk aljabar. Kesulitan siswa dalam mempelajari aljabar terlihat dari hasil ulangan harian mereka saat di kelas VII pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar. Kurang baiknya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 2013;54). Jadi sangat banyak kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang baik, bisa dari faktor eksternal


(22)

misalnya model pembelajaran yang diterapkan guru dan bisa dari faktor interal misalnya motivasi dan keaktifan belajar siswa itu sendiri.

Aljabar sendiri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari konsep penyederhanaan serta pemecahan masalah yang menggunakan simbol atau huruf tertentu (Pandoyo dan Joko Musono, 1993:4). Aljabar juga merupakan materi dasar untuk mempelajari materi lain seperti lingkaran dan fungsi sehingga kemungkinan siswa akan mengalami kesulitan saat mempelajari materi lain yang menggunakan operasi hitung pada bentuk aljabar jika mereka tidak menguasainya.

Dari latar belakang yang sudah dijabarkan baik dari pengalaman PPL, hasil observasi, juga hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa di kelas VIII B memiliki hasil belajar yang kurang baik tentang materi operasi aljabar saat di kelas VII. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Seperti terlihat siswa kelas VIII B menunjukkan keheterogenan. Mereka berbeda secara individu dalam hal keaktifan, minat, motivasi, maupun hasil belajar. Beberapa permasalahan menunjukkan bahwa sebagian siswa bosan dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Kemudian kebanyakan dari siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, namun ada juga siswa yang aktif. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran jarang sekali siswa melewati proses diskusi yang mengharuskan mereka untuk menemukan dan menggali informasi itu sendiri, sehingga sangat jarang interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa.


(23)

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti memilih untuk menerapkan model pembelajaran Jigsaw II di kelas VIII B karena menurut peneliti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II mengharuskan setiap anggota kelompok menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk bersama-sama meningkatkan pemahaman setiap anggota kelompok. Dengan kata lain, model pembelajaran Jigsaw II diharapkan bisa membuat semua siswa bisa turut serta dan aktif dalam proses pembelajaran serta lebih memotivasi siswa karena model pembelajaran ini mengharuskan siswa menggali informasi sendiri, bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman sekelompoknya. Kemudian melalui model pembelajaran Jigsaw II diharapkan mereka bisa berkerjasama dan saling membantu satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang guru terapkan kurang menarik minat siswa untuk turut serta dalam pembelajaran


(24)

2. Kurangnya kemauan siswa untuk aktif saat proses pembelajaran berlangsung dan hanya mengandalkan informasi dari guru

3. Rendahnya nilai ulangan harian siswa mengenai materi operasi aljabar saat di kelas VII

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran matematika pada topik bahasan aljabar di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan?

2. Adakah pengaruh keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?


(25)

3. Adakah pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan aljabar di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

2. Mengetahui pengaruh keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

3. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

F. Batasan Istilah

Pada penelitian ini, akan dijelaskan bebrapa istilah yang memiliki kaitan dengan judul yang diambil agar tidak menimbulkan pemahaman yang bebeda-beda. Adapun stilah yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Belajar

Belajar merupakan proses bagi sesorang untuk mendapatkan perubahan tingkah laku pada ranah kognitif yang bersifat positif, kontinu dan


(26)

permanen. Perubahan-perubahan tingkah laku ini diperoleh secara sadar oleh seseorang yang belajar.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi suatu proses belajar terhadap siswa.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa, jadi setiap kelompok dibagi secara nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa.

4. Jigsaw II

Jigsaw II adalah model pembelajaran yang mana siswa dikelompokkan secara nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa, kelompok ini dinamakan kelompok asal (home team), kemudian masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari suatu bab kemudian mempelajarinya bersama dengan anggota kelompok lain yang memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari suatu bab yang sama, kelompok ini dinamakan kelompok ahli (expert team). Setelah semua kelompok ahli selesai mempelajari bagian dari bahan akademik masing-masing, maka mereka kembali ke kelompok asal dan


(27)

menjelaskan satu bagian dari suatu bab yang mereka pelajari di kelompok ahli.

5. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan fisik maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

6. Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dari siswa yang menimbulkan semangat atau keinginan untuk gigih dalam mencapai keberhasilan belajar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang ke arah yang lebih baik. Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku pada kemampuan kognitif siswa.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan ke dunia praktis. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau dasar penelitian lanjutan mengenai pengaruh keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa, untuk kemudian dapat


(28)

meningkatkan kompetensi dan kesiapan dalam pelaksanaan tugas sebagai pengajar dan pendidik.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam merancang proses pembelajaran agar guru senantiasa selalu memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian serupa.


(29)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Slameto (2013:2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih jauh Slameto merumuskan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut: a)Terjadi secara sadar; b)Bersifat kontinu dan fungsional; c)Bersifat positif dan aktif; d)Bukan bersifat sementara; e)Bertujuan dan terarah; dan f)Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Herman Hudojo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Muhibbin Syah (2009:68) mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses


(30)

kognitif. Sedangkan Hilgard dan Marquis (dalam Syaiful Sagala, 2014:13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. Belajar juga dikatakan sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2014:21).

Biggs (dalam Muhibbin Syah,2003:67) mendefenisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu (a)Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa; (b)Secara institusional (ditinjau dari kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti intitusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya adalah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru, akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai; (c)Secara kualitatif (ditinjau dari mutu), belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan


(31)

berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan lingkungannya menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil dari belajar, karena perubahan tingkah laku dalam belajar haruslah disadari oleh seseorang yang belajar, berkesinambungan dan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut juga bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari individu yang belajar, dan bersifat permanen, terarah, dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang memengaruhinya. Muhibbin Syah (2012:156) merumuskan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:

a. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.


(32)

1) Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Psikologis

Faktor–faktor psikologis adalah kedaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat minat dan motivasi siswa. Terutama dalam penelitian ini, peneliti akan menelaah lebih jauh mengenai motivasi dan keaktifan


(33)

siswa. Slameto (2013:56-59) menambahkan faktor-faktor psikologis lain yang memengaruhi belajar diantaranya perhatian, kematangan dan kesiapan

b. Faktor Eksternal Siswa

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Muhibbin Syah (2003:102) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa


(34)

kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan Non-Sosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,


(35)

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

d) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada sangat banyak faktor-faktor yang memengaruhi belajar. Faktor-faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, faktor yang berasal dari luar diri, dan faktor pendekatan belajar. Semua faktor-faktor ini berkaitan satu dengan yang lainnya. Faktor internal meliputi faktor psikologi dan faktor fisiologi siswa, faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial siswa, dan faktor pendekatan belajar berkaitan dengan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode.


(36)

B. Hasil Belajar

Abdurarahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2012:14) meyatakan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Agus Suprijono (2009:5) menyatakan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009:37) menyatakan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh individu setelah melalui kegiata belajar. Meskipun secara teoritis belajar menghasilkan perubahan tingkah laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku individu dianggap hasil belajar.

Menurut Muhabbin Syah (2003:118), karakteristik hasil belajar yang diharapkan adalah: (a)Perubahan itu intensional; dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan sebuah kebetulan; (b)Perubahan itu positif-aktif; positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan dan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dengan usaha; (c)Perubahan itu efektif-fungsional; membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.

Menurut Gagne (dalam Winkle, 1989:72) hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal (capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu (performance). Gagne merumuskan lima kategori besar dari kemampuan manusia berkenaan dengan hasil belajar yaitu: (1) informasi verbal yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis.


(37)

Pengetahuan ini diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan dan tertulis; (2) keterampilan intelektual, yaitu kemapuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri menggunakan simbol-simbol (huruf, angka, kata, gambar) dan gagasan-gagasan; (3) Strategi kognitif, yaitu suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Dalam teori belajar modern, strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberi perhatian, belajar, mengingat, berpikir; (4) keterampilan motorik, yaitu cirri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel; (5) sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat memengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh secara sadar, bersifat positif-aktif, membawa pengaruh dan manfaat bagi pebelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perilaku) dan psikomotik (keterampilan).


(38)

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berawal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2014:73). Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2014:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Kompri,2015:3). Menurut Abin Syamsudin (2004:37), motivasi merupakan suatu kekuatan atau suatu kedaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

Menurut Muhibbin Syah (2003:151) pengertian dasar motivasi adalah kedaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Hamzah B.Uno (2008:3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang artinya kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat. Motif ini tidak dapat diamati


(39)

secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dikatakan juga bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Maslow dalam Robert E. Slavin (2011:102-103) mengajukan teori tentang motivasi manusia berdasarkan dari hirarki kebutuhan. Kebutuhan terendah yang ada dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling dominan. Dengan kata lain, ketika seseorang memiliki beberapa kebutuhan, prioritas kebutuhan ada pada kebutuhan yang terendah. Ketika kebutuhan terendah itu terpenuhi, maka kebutuhan baru pun muncul. Begitu seterusnya dengan urutan sebagai berikut: (1)Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling mendasar dari manusia yang antara lain meliputi kebutuhan untuk bernafas, makan, minum, seks, tidur, eksresi, keseimbangan hormonal, dsb. Contohnya, sulit bagi kita untuk duduk dan belajar apabila rasa lapar, lelah dan kantuk berlebihan menyerang; (2)Kebutuhan akan kemanan. Kebutuhan akan rasa aman meliputi pengertian bebas dari rasa takut, seperti misalnya takut akan lingkungan yang tidak aman, terancam secara sosial, takut kehilangan sesuatu, dsb. Kebutuhan ini biasanya terlihat jelas pada anak-anak, seperti misalnya rasa takut akan orang asing. Kebutuhan akan rasa aman ini biasanya terpenuhi pada kebanyakan orang dewasa yang tinggal di lingkungan yang ramah dan hangat; (3)Kebutuhan akan cinta dan kasih. Fokus pada


(40)

kebutuhan ini adalah aspek afeksi dari manusia. Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, manusia sebagai makhluk sosial akan merasa perlu memenuhi kebutuhannya akan kedekatan dengan orang lain, seperti rasa pertemanan, kekeluargaan, dan kedekatan seksual; (4)Kebutuhan akan diakui dan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk diakui adalah kebutuhan untuk diakuinya kemampuan diri dalam hubungan dengan orang lain, sedangkan aktualisasi diri diartikan sebagai keinginan untuk menjadi lebih dan lebih sesuai jati diri kita, untuk menjadi apapun yang mampu kita capai; (5)Kebutuhan keimanan yaitu kebutuhan yang kaitannya dengan Tuhan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dipandang sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gaiarah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman A.M, 2005:73).


(41)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan perubahan energi yang berasal dari dalam diri individu atau dorongan yang mendasari seorang individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang menimbulkan semangat belajar, terarah dan kegigihan untuk belajar.

2. Jenis Motivasi

Sumadi Suryabrata (2014:72-73) membedakan motivasi menjadi dua jenis, yaitu motivasi-motivasi intrinsik dan motivasi-motivasi ekstrinsik: a. Motivasi intrinsik

Motivasi instrinsik adalah atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk didalamnya perasaan siswa menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi ini memberi pengaruh yang relatif lebih kuat dan bertahan lama.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Pujian dan hadiah, peraturan, teladan merupakan contoh motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa belajar (Sardiman A.M,2005:90).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu dan memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi hasil belajar. Motivasi ini memberi pengaruh


(42)

kuat dan bertahan lama. Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Motivasi yang berasal dari luar individu ini juga diperlukan ketika keadaan siswa dinamis, berubah-ubah, dan mungkin proses belajar-mengajar kurang menarik.

3. Fungsi motivasi

Motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan memengaruhinya serta mengubah kelakuan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi a) mendorong peserta didik untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; dan c) menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dicapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Oemar Hamalik (2015:161) menambahkan fungsi penggerak, yaitu motivasi berfungsi sebagai mesin, dalam artian besar kecilnya motivasi akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun, terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik.


(43)

4. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi

Menurut A. M Sardiman (2005:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak akan berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukan minat terhadap berbagai persoalan d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif

f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi akan menjadi sangat bersemangat dalam melakukan suatu hal tanpa paksaan. Pada siswa akan ditunjukkan dengan hasil belajar yang optimal.

D. Keaktifan Belajar

1. Pengertian keaktifan belajar

Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam setiap proses pembelajaran, dan juga berarti harus diterapkan oleh siswa


(44)

dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu (dalam Aunurarahman, 2012:119).

Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung saat melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Suatu tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi kebisaaan bilamana didukung dengan motivasi atau keiinginan yang kuat untuk melakukan secara terus-menerus (dalam Aunurarahman, 2012:121-122).

Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 17). Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjag keberhasilan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) (dalam skripsi Ana Karisma, 2015:36) keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(45)

Sedangkan menurut Sardiman (2001:98) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan fisik maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.

2. Katagori keaktifan

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim di sekolah-sekolah tradisional. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar (Sardiman, 2014:101) adalah sebagai berikut 1) visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi; 3) listenting activities, sebagai contoh mendengarkan percakapan, diskusi, musik, pidato; 4) writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; 5) drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan,


(46)

membuat konstruksi, bermain; 7) mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusam; 8) emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergaiarah, tenang.

Nana sudjana (2016:61) menyatakan salah satu penilaian proses belajar-mengajar adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang diihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan (8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam kegiatan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti saat siswa memperhatikan, mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya, keberanian siswa, dan memecahkan soal.


(47)

3. Jenis-jenis keaktifan belajar

Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat banyak. Mohammad Ali membagi jenis-jenis keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut menjadi delapan aktivitas, yaitu:

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sngat menonjol mendengar dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, siswa dapat menyerap dan belajar 8% dari pengelihatannya. Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal dengan istilah alat peraga. c. Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang

dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.

e. Meraba, dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengelolah ide siswa melakukan proses berpikir atau proses kognisi.


(48)

g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks ditunjang dengan kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide.

h. Melakukan latihan, kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan melalui latihan-latihan.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembanggkan bakat yang dimilikinya. Peserta didik juga dapat berlatih untuk berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Gagne dan Briggs dalam Martinis (2007:84) menyebutkan faktor-faktor yang dapat menuimbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik); 3) mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik; 4) memberikan stimulasi (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari); 5) memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari;


(49)

6) memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; 7) memberikan umpan balik (feedback); 8) melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur; 9) menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaiki keterlibtan siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebab dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berpikir secara altif dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pemberian motivasi atau menarik perhatian siswa, memberikan feedback, memberikan stimulus dan lain-lain. Kemudian keaktifan siswa yang rendah juga bisa ditingkatan, salah


(50)

satu caranya dengan abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.

E. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik. Diantara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Slavin menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan pembelajaran di kelas (dalam Muhammad Faturrohman, 2015:44). Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurut Wragg pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, konsep, nilai dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan (dalam Asep Jihad, 2013:12).

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivisme. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2010:74) teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran


(51)

kognitif yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Kemudian Slavin juga mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya (dalam Trianto, 2010: 74). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengupayakan tiap individu menyimpang pencapaian tujuan individu lain guna mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai cukup banyak tipe model pembelajaran, diantaranya ada STAD (Student Teams Achievement Devisions), TGT (Teams Games Tournaments), Snowball Throwing, Jigsaw, Learning Together, CLS (Cooperative Learning Structures), GI (Group


(52)

Investigation), CI (Complex Instruction) dan masih banyak lagi. Lebih jauh dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pembelajaran tipe Jigsaw II. a. Metode Jigsaw II

Jigsaw adalah model pembelelajaran kooperatif yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Metode ini dikenal dengan Jigsaw orisinil. Menurut Slavin (2016:245), dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini bermanfaat untuk membantu para ahli menguasai informasi sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu Jigsaw II (Slavin, 2016:237). Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi terlebih dahulu.

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto,2009:74-75) dengan sedikit perbedaan. Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang


(53)

heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memwakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2016:237).

b. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe JigsawII

Metode mengajar tipe Jigsaw ini mengharuskan siswa untuk aktif karena keaktifan siswa sangat dibutuhkan (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2016:24).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Slavin (2016:66-67) adalah sebagai berikut:

1) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw II


(54)

dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

2) Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 30 orang siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking. Selanjutnya kita membagi menjadi 5 grup (A-E) dengan isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematikanya.

Tiap grup akan berisi : Grup A (A1 ,A2 ,A3 ,A4 ,A5 ,A6); Grup B (B1, B2, B3, B4, B5, B6); Grup C (C1, C2, C3, C4, C5, C6); Grup D (D1, D2, D3, D4, D5, D6); dan Grup E (E1, E2, E3, E4, E5, E6) 3) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1) Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2) Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3) Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4) Kelompok 5 (A5, B5, C5, D5, E5)


(55)

Kelompok 6 (A6, B6, C6, D6, E6)

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli. Tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

4) Diskusi kelompok ahli dalam grup

Expertist (pesera didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan kehliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu dalam proses ini diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru merupakan tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.


(56)

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.

5) Akhiri diskusi dengan merayakannya agar memperoleh kepuasan. 5) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

6) Penghargaan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

F. Operasi Aljabar

Aljabar adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari konsep penyederhanaan serta pemecahan masalah yang menggunakan simbol atau huruf tertentu (Pandoyo dan Joko Musono, 1993:4)


(57)

1. Bentuk aljabar dan unsur-unsurnya

Menurut Dewi Huharini dan Marsigit (2009:2) bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk seperti + disebut bentuk aljabar.

Contoh bentuk aljabar yang lain adalah , – , + , – + , +

– , dan – – + . Huruf-huruf , , dan pada bentuk aljabar tersebut disebut variabel.

Selanjutnya, pada suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi variabel, konstanta, faktor, suku sejenis, dan suku tak sejenis (Endah Budi Rahayu, 2008:2).

a. Variabel, konstanta dan faktor

Pada bentuk aljabar + + – + , huruf dan disebut variabel. Menurut Dewi Nuharini (2008:5) variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.

Adapun bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta. Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel.


(1)

KEAKTIFAN AWAL SISWA No

Siswa

Skor Hasil Pengamatan

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

S1 3 3 2 2 3 2 1 1 2 3 22

S2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

S3 3 3 2 2 3 2 1 1 2 3 22

S4 2 3 2 2 3 2 1 1 2 2 20

S5 4 4 3 3 4 3 2 3 5 3 34

S6 4 5 5 4 3 4 2 2 3 3 35

S7 1 2 2 2 2 2 1 1 2 3 18

S8 4 4 4 3 2 4 1 1 5 5 33

S9 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 21

S10 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 22

S11 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 35

S12 3 3 2 1 2 2 1 1 3 3 21

S13 2 3 2 1 3 3 1 1 3 3 22

S14 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 35

S15 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 20

S16 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 17

S17 3 4 3 3 4 3 1 1 5 3 30

S18 3 3 3 2 2 1 1 1 2 3 21

S19 3 3 3 3 3 3 1 2 4 3 28

S20 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 22

S21 2 2 2 2 3 3 1 1 3 3 22

S22 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 19

S23 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 32

S24 3 2 2 3 2 3 1 2 2 2 22

S25 3 3 3 5 4 4 2 2 5 5 36

Total Skor 629


(2)

L66

SKOR KEAKTIFAN SISWA SAAT DITERAPKAN JIGSAW II No

Siswa

Skor Hasil Pengamatan 1

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

S1 5 5 4 5 4 2 2 2 2 3 34

S2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 2 29

S3 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 43

S4 5 5 2 2 3 3 3 3 4 4 34

S5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 43

S6 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 45

S7 1 4 4 3 4 4 4 5 5 4 38

S8 5 5 4 3 2 3 4 4 5 5 40

S9 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 31

S10 4 3 5 5 5 5 4 5 4 4 44

S11 4 3 5 5 5 5 5 5 4 3 44

S12 5 4 4 4 5 4 3 4 4 5 42

S13 5 5 3 2 3 3 3 3 3 3 33

S14 3 4 4 3 5 5 5 5 5 5 44

S15 4 3 5 5 5 5 4 3 2 4 40

S16 4 4 1 3 3 3 3 2 1 5 29

S17 4 3 4 4 4 4 3 3 5 3 37

S18 5 5 3 2 3 1 1 1 1 1 23

S19 4 4 5 5 5 4 5 5 5 3 45

S20 3 3 3 3 4 2 1 3 2 2 26

S21 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 46

S22 3 2 2 3 1 2 5 2 1 3 24

S23 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 40

S24 4 2 2 4 4 3 3 3 3 2 30

S25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50

Total Skor 932

Rata-rata Skor 37.28


(3)

No Siswa

Skor Hasil Pengamatan 2

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

S1 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 24

S2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 40

S3 3 3 3 3 5 4 3 4 4 5 37

S4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 27

S5 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 35

S6 3 3 2 2 4 2 3 3 5 3 30

S7 3 3 2 2 4 2 2 4 4 2 28

S8 5 4 3 4 4 4 3 4 5 4 40

S9 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 24

S10 4 4 5 5 4 3 3 3 4 4 39

S11 4 4 5 3 5 5 5 3 4 4 42

S12 2 4 3 3 4 3 2 3 3 4 31

S13 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 28

S14 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 17

S15 2 2 2 2 3 2 2 2 3 5 25

S16 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 21

S17 4 5 5 5 4 4 5 3 4 4 43

S18 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 20

S19 4 4 3 4 4 3 3 5 4 5 39

S20 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 34

S21 4 3 4 2 4 2 4 4 3 3 33

S22 2 1 1 3 2 1 5 2 2 2 21

S23 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 37

S24 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21

S25 3 4 3 2 4 3 5 4 4 5 37

Total Skor 773

Rata-rata Skor 30.92


(4)

L68

NO SISWA

SKOR PERTEMUAN 1

SKOR

PERTEMUAN 2 TOTAL

1 34 24 58

2 29 40 69

3 43 37 80

4 34 27 61

5 43 35 78

6 45 30 75

7 38 28 66

8 40 40 80

9 31 24 55

10 44 39 83

11 44 42 86

12 42 31 73

13 33 28 61

14 44 17 61

15 40 25 65

16 29 21 50

17 37 43 80

18 23 20 43

19 45 39 84

20 26 34 60

21 46 33 79

22 24 21 45

23 40 37 77

24 30 21 51

25 50 37 87

TOTAL SKOR 1707

RATA-RATA SKOR 68.28


(5)

L

6

9

2 4 3 3 4 5 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 5 3 1 3 4 65

3 4 3 2 2 5 3 3 2 5 3 3 3 3 5 5 3 3 3 4 4 68

4 5 3 3 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 3 5 2 1 3 5 78

5 4 2 2 3 2 3 3 3 4 5 2 4 5 4 3 3 3 2 3 3 63

6 2 3 3 2 5 5 4 3 4 3 3 2 2 5 4 5 2 1 3 2 63

7 5 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 67

8 4 3 5 5 5 5 3 5 2 4 4 5 5 3 5 4 4 2 5 5 83

9 3 2 2 1 3 1 1 5 4 2 3 5 2 1 5 3 2 1 2 3 51

10 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 4 3 4 3 3 3 4 5 4 3 72

11 3 2 3 4 3 2 5 2 4 3 4 2 2 4 3 5 3 1 3 4 62

12 3 3 3 3 3 5 3 5 5 5 3 5 5 4 5 5 3 1 5 5 79

13 5 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 2 4 3 3 64

14 2 2 3 4 5 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 5 3 4 5 75

15 3 1 2 3 1 3 2 2 4 5 3 2 3 3 2 5 1 1 4 3 53

16 5 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 55

17 5 3 4 3 3 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 1 5 5 80

18 2 3 3 3 3 4 2 4 4 2 3 5 3 3 4 5 1 1 5 3 63

19 2 1 3 2 3 5 4 2 2 3 2 3 2 3 4 5 2 1 2 2 53

20 3 3 3 3 5 3 3 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 2 5 5 81

21 5 4 3 3 5 5 5 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 5 5 5 85

22 2 1 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 1 4 3 4 2 1 2 1 44

23 3 3 3 3 5 5 3 3 5 3 3 3 2 3 5 5 3 1 5 5 71

24 5 3 4 4 4 5 3 5 4 2 4 3 2 3 3 4 4 1 3 2 68


(6)

L70

SKOR TES HASIL BELAJAR No

Siswa

Butir Soal

Skor Nilai

1 2a 2b 3 4 5 6a 6b

1 10 30 5 60 5 60 30 80 280 70

2 21 30 20 60 45 30 30 80 316 79

3 5 30 10 20 5 60 30 20 180 45

4 17.5 30 5 60 5 60 30 5 212.5 53.125

5 10 30 5 60 5 5 30 5 150 37.5

6 17 30 30 60 60 5 30 80 312 78

7 10 30 40 5 60 30 20 195 48.75

8 7.5 30 30 60 60 60 30 80 357.5 89.375

9 7.5 30 0 5 5 60 30 0 137.5 34.375

10 20 30 30 40 45 60 30 100 355 88.75

11 17.5 30 30 40 45 60 30 80 332.5 83.125

12 20 30 30 60 60 5 30 100 335 83.75

13 10 30 5 60 5 30 30 80 250 62.5

14 17.5 30 30 60 60 5 30 100 332.5 83.125

15 17.5 30 15 5 20 5 30 20 142.5 35.625

16 10 30 0 40 5 60 30 5 180 45

17 20 30 30 60 60 5 30 100 335 83.75

18 30 20 20 60 20 5 30 0 185 46.25

19 15 30 5 60 60 30 30 100 330 82.5

20 20 30 30 60 45 60 30 20 295 73.75

21 10 30 30 60 60 60 30 80 360 90

22 5 30 30 5 5 60 30 5 170 42.5

23 15 30 20 40 5 5 30 20 165 41.25

24 30 10 10 20 15 60 30 5 180 45

25 11 30 30 60 20 60 30 80 321 80.25


Dokumen yang terkait

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tahun ajaran 2016/2017.

0 0 193

Hubungan keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 287

Hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.

0 0 216

Pengaruh keaktifan dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan prisma dan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 241

Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi PhET terhadap hasil belajar dan keaktifan peserta didik kelas VIII SMP Kanisius Wonogiri pada pokok bahasan Energi Potensial,

2 5 137

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

1 6 193

Pengaruh pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2012/2013 pada sub pokok bahasan pengertian dan operasi hitung bentuk aljabar.

0 1 2

Peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Kanisius Panembahan Senopati Tirtomoyo tahun ajaran 2012 2013 pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT

0 0 272

Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

0 1 5

TINGKAT KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR DENGANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI SMP KANISIUS SLEMAN

0 0 300