Analisis Interaksi Sosial Anggota Keputrian di Lingkungan Sekolah (Studi Kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta)

(1)

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA

KEPUTRIAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(Studi Kasus Di MTs Fajrul Islam Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TIRTASARI

NIM: 109015000107

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Tirtasari (NIM: 109015000107). ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KEPUTRIAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH (STUDI KASUS DI MTS FAJRUL ISLAM JAKARTA), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyahn dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah terhadap guru, karyawan dan teman. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi sosial berupa komunikasi sosial dan tindakan sosial antara anggota keputrian di lingkungan sekolah terhadap guru, karyawan dan teman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi atau mix methods menggunakan strategi triangulasi konkuren. Strategi ini menggunakan dua studi sekaligus (kuantitatif dan kualitatif atau kualitatif dan kuantitatif) dalam satu waktu, dengan desain penelitian parallel design. Populasi yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah semua anggota keputrian di MTs Fajrul Islam Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampel purposif (porposional sampling) terhadap 25 anggota keputrian aktif. Instrumen yang digunakan yang bersifat kualitatif yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, sedangkan yang bersifat kuantitatif menggunakan angket. Teknik analisis data dengan parallel design untuk kualitatif menggunakan reduksi data, display data dan reduksi, sedangkan kuantitatif dengan statistik deskriptif. Kesimpulan akhir menggunakan triangulasi.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa interaksi sosial dalam unsur komunikasi sosial antara anggota keputrian terhadap guru, karyawan dan teman berada pada posisi baik. Interaksi sosial berupa tindakan sosial terhadap guru dan karyawan dalam posisi baik sementara tindakan sosial terhadap teman cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi anggota keputrian di lingkungan sekolah MTs Fajrul Islam Jakarta berada pada tingkat baik atau positif.


(6)

ii

ABSTRACT

Tirtasari (NIM: 109015000107), ANALYSIS OF SOCIAL INTERACTION

OF WOMAN'S SECTION MEMBER IN IN THE SCHOOL

ENVIRONMENT (STUDY CASE AT MTS FAJRUL ISLAM JAKARTA), Department of Social Science Education, Tarbiah and Teaching Faculty, State Islamic Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

The problem in this research is the form of social interaction members of woman's section in the school environment for teachers, employees and friends. The purpose of this study is to know the image of the social interaction in the form of social communication and the social act between members of woman's section in the school environment including the teachers, employees and friends.

The method used in this research is a mixed methods using triangulation concurrent strategy. This strategy uses two studies at the same time (quantitative and qualitative research or quantitative and qualitative research) with parallel design as the research design. The population that is the subject of this research is all members of the woman's section at MTs Fajrul Islam Jakarta. The sampling is done using purposional sampling method of 25 members of woman's section. The instrument used qualitative research namely observation, interview, and study documentation, while quantitative research using questionnaires. Data analysis techniques with parallel design for qualitative research uses data reduction, display data and reduction, while quantitative with descriptive statistics. The conclusion uses triangulation.

The results show that the social interaction in the social elements of communication between members of woman's section toward teachers, employees and friends is in good position. Social interaction in the form of social action towards the teachers and employees is in good position while social action towards friends is good enough. It can be concluded that the interaction members of woman's section in school environment of MTs Fajrul Islam Jakarta is good or positive.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Sang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul “Analisis Interaksi Sosial Anggota Keputrian Di Lingkungan Sekolah” disusun berdasarkan hasil Studi Kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Strata 1 (S1) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas segala bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di fakultas. 3. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Cut Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing akademik, yang telah mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua tercinta atas segala doa, pengorbanan, nasihat dan motivasinya kepada penulis.


(8)

iv

6. Segenap dosen jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial atas ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan yang dengan ikhlas diajarkan kepada penulis, semoga menjadi amal jariyah di akhirat kelak.

7. Fahmi Nur, S.Pd.I selaku kepala sekolah MTs Fajrul Islam Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah. 8. Indah Puspita Sari, S.Pd selaku Guru Pembina Keputrian MTs Fajrul Islam

Jakarta yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian di sekolah.

9. Teman-teman jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2009 yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman Tasqif yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

11. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan ilmu pengetahuan sosial pada khususnya dan masyrakat pada umumnya.

Jakarta, Juli 2016


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Teori ... 6

1. Interaksi Sosial ... 6

a. Pengertian Interaksi Sosial ... 6

b. Syarat-syarat Terjadinya Interakasi Sosial ... 8

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 10

d. Unsur-unsur dalam Interaksi Sosial ... 12

2. Keputrian ... 14

a. Definisi Anggota Keputrian ... 14


(10)

vi

c. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan

Keputrian ... 15

d. Jenis-jenis Kegiatan Keputrian ... 16

e. Prinsip-Prinsip Kegiatan Keputrian ... 18

f. Keputrian Sebagai Kelompok Sosial ... 20

3. Lingkungan Sekolah ... 21

a. Definisi Lingkungan Sekolah ... 21

b. Sekolah sebagai Pelaksana Kegiatan Keputrian 24 B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Fajrul Islam ... 43

B. Gambaran Kegiatan Keputrian di MTs Fajrul Islam .. 48

C. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 49

D. Triangulasi dan Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu dan kegiatan penelitian ………... 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi observasi ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara dengan pembina keputrian ... 37

Tabel 3.4 Kisi-kisi wawancara dengan anggota keputrian 37 Tabel 3.5 Kisi-kisi studi dokumntasi ... 38

Tabel 3.6 Kisi-kisi angket ... 38

Tabel 4.1 Keadaan siswa ... 44

Tabel 4.2 Keadaan guru ... 45

Tabel 4.3 Kondisi bangunan ... 46

Tabel 4.4 Sarana dan prasarana ... 47

Tabel 4.5 Wawancara Interaksi sosial dalam unsur komunikasi sosial 50 Tabel 4.6 Wawancara Interaksi sosial dalam unsur interaksi sosial 52 Tabel 4.7 Memberi salam kepada guru ... 56

Tabel 4.8 Memotong pembicaraan guru ... 57

Tabel 4.9 Menyapa petugas ketika tiba di sekolah ... 58

Tabel 4.10 Mendiamkan sapaan petugas ... 58

Tabel 4.11 Berbicara dengan nada keras kepada teman ... 59

Tabel 4.12 Mengucapkan terima kasih kepada teman ... 59

Tabel 4.13 Meminta izin kepada guru ketika keluar kelas ... 60

Tabel 4.14 Tidak mengikuti perintah guru ... 60

Tabel 4.15 Mengucapkan kata “tolong” ketika meminta bantuan ... 61

Tabel 4.16 Memberikan senyum kepada petugas ... 62

Tabel 4.17 Menyimak cerita teman ... 62

Tabel 4.18 Mengacuhkan teman yang bertanya ... 63

Tabel 4.19 Menanyakan kabar guru ketika bertemu ... 64

Tabel 4.20 Membantu guru membawa buku pelajaran ... 62

Tabel 4.21 Tidak membuang sampah pada tempatnya ... 65


(12)

viii

Tabel 4.23 Berbagi makanan pada saat istirahat ... 66

Tabel 4.24 Menasehati teman yang suka menyontek ... 67

Tabel 4.25 Membiarkan pembina menyiapkan peralatan untuk keputrian ... 67

Tabel 4.26 Membantu pembina menggelar karpet untuk sholat berjama’ah ... 68

Tabel 4.27 Membersihkan kelas pada saat piket ... 68

Tabel 4.28 Merapihkan alat kebersihan ... 69

Tabel 4.29 Menjenguk teman yang sakit ... 70

Tabel 4.30 Menyisihkan uang jajan untuk membantu teman ... 70

Tabel 4.31 Mengacuhkan guru saat guru membutuhkan bantuan ... 71

Tabel 4.32 Membantu guru merapihkan buku pembelajaran ... 71

Tabel 4.33 Membantu petugas TU mengumpulkan tabungan ... 72

Tabel 4.34 Mengambil sampah yang berserakan ... 72

Tabel 4.35 Membantu memperjelas pembicaraan ... 73

Tabel 4.36 Tidak menjelaskan ulang materi keputrian pada yang belum paham ... 74


(13)

ix

DAFTAR DIAGRAM

2.1 Kerangka berfikir penelitian ... 28 3.2 Desain mix methods interaksi sosial anggota keputrian di


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara dengan Pembina Keputrian Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Anggota Keputrian Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Pembina Keputrian Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Anggota Keputrian Lampiran 5 Daftar Angket

Lampiran 6 Perhitungan Persentase Interaksi Sosial Lampiran 7 Diagram Parallel Design Strategi Triangulasi

Konkuren Lampiran 8 Profil Sekolah

Lampiran 9 Dokumentasi MTs Fajrul Islam Jakarta Lampiran 10 Dokumentasi Anggota Keputrian Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 12 Surat Pengantar Penelitian dari MTs Fajrul Islam Jakarta Lampiran 13 Uji Reverensi


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Belakangan ini, berbagai masalah pendidikan nasional sering menjadi bulan-bulanan kritik masyarakat. Kenapa pendidikan di Indonesia tidak mengahasilkan peribadi-peribadi yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak dan kemanusiaan? Kita melihat sendi-sendi kehidupan bangsa saat ini tengah digoyang berbagai macam aksi kekerasan, kerusuhan, anarki, korupsi, vandalisme, dan tindakan-tindakan amoral. Fenomena tersebut membuat kita mempertanyakan kembali makna pendidikan yang hakiki. Banyak kalangan yang mulai melihat bahwa model pendidikan kita kurang berbasis pada kemanusiaan, sehingga anak-anak didik dan produk pendidikan di Indonesia rentan konflik kemanusiaan dan disintegrasi sosial-budaya.1 Selain hal tersebut, masih banyak faktor yang menyebabkan pendidikan pada saat ini tidak dapat berjalan optimal sebagaimana diharapkan. Sedangkan peserta didik adalah generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan dalam pembangunan.

Ketika kita melihat kepada pengertian pendidikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2 Oleh karena itu, dalam pendidikan baik secara formal maupun informal peserta didik diarahkan agar dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam dirinya sehingga mereka

1 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), h. xvii-xviii.

2 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.


(16)

menjadi manusia yang mampu mengisi masa pembangunan seperti pada saat ini.

Lebih lanjut lagi, bertumpu kepada tujuan pendidikan dan pengajaran yang termaktub dalam Undang-undang No. 12 tahun 1945 pasal 3 bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran nasional untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.3 Kemudian tujuan pendidikan dan pengajaran disempurnakan kembali menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi,

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Maka akan kita jumpai bahwa arah tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia mengarah kepada hakikat pedidikan dan membentuk peserta didik agar menjadi seorang manusia seutuhnya.

Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan, disamping menekankan pada ilmu pengetahuan (kognitif) juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar cepat dengan terampil dalam melaksanakan sesuatu (psikomotorik), serta diarahkan pada pengembangan sikap mental dan kepribadian (afektif) untuk terjun di masyarakat.

Pengembangan sikap mental dan kepribadian dalam pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara mendalam. Hal ini dikarenakan pendidikan yang ada di Indonesia lebih mengedepankan aspek

3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendiidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 10, h. 27.

4

Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


(17)

kognitif yang akhirnya menimbulkan kesenjangan terhadap pengembangan aspek psikomotorik dan afektif dalam diri peserta didik. Sehingga proses belajar mengajar menjadi kurang efektif.

Lingkup pendidikan di sekolah, proses belajar mengajar merupakan inti kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik secara langsung. Dimana peserta didik dalam proses belajar ini diharapkan dapat berinteraksi sosial dengan baik kepada guru, karyawan dan teman yang berada di lingkungan sekolah baik ketika proses belajar mengajar di kelas maupun ketika berada di luar kelas agar tercapai proses pembelajaran yang kondusif.

Interaksi sosial yang dimaksudkan di sini berarti adanya hubungan dua orang atau lebih yang perilaku dan tindakannya direspon oleh orang lain.5 Jadi dari pengertian ini dapat dilihat bahwa ketika seseorang mengadakan hubungan dengan orang lain baik secara lisan maupun tindakan dan hal tersebut terjadi secara timbal balik maka sudah dapat dikatakana interaksi sosial.

Sedangkan pengertian interaksi sosial menurut Gilin dan Gilin, “Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia”.6 Oleh karena itu, untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pangajaran yang terjadi dalam proses belajar mengajar, peserta didik memerlukan interaksi sosial sebagai wujud pembentukan aspek afektif dalam pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru. Guru tersebut menyatakan bahwa interaksi sosial peserta didik di sekolah kurang optimal diantaranya adanya perilaku kurang baik seperti berbicara kasar kepada guru, mengacuhkan perintah guru, mengejek karyawan, mengejek teman dan sebagainya. Dengan demikian, pihak sekolah membuat alternatif penanganan secara preventif melalui kegiatan ekstrakurikuler keputrian.

5 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengatar Memahami

Konsep-konsep Sosiologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 52.

6 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta:


(18)

Kegiatan keputrian adalah sarana atau wadah berkumpulnya remaja putri untuk menambah ilmu, keterampilan dan pemahaman mengenai kewanitaan. Dengan manajemen yang rapi dan professional, yang diadakan secara rutin oleh sekolah yang bersangkutan.

Pada dasarnya kegiatan keputrian dalam dunia sekolah ditujukan untuk menggali, memperkenalkan dan memberitahukan bagaimanakah menjadi seorang wanita yang seutuhnya. Dalam hal ini kegiatan keputrian bertujuan untuk membantu, memperkenalkan dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang kajian keislaman dan mengkaji tentang kewanitaan. Selain itu, kegiatan keputrian yang dilaksanakan di sekolah tempat dilaksanakan penelitian bertujuan untuk meningkatkan aktifitas interaksi sosial peserta didik dapat secara berangsur berubah menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui gambaran keterkaitan kegiatan keputrian terhadap interaksi sosial siswa. Atas dasar itulah penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisis Interaksi Sosial Anggota Keputrian di Lingkungan Sekolah (Studi Kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta)".

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat diidetifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Tidak tercapainya tujuan pendidikan secara utuh dalam aspek afektif. 2. Terjadinya kesenjangan penilaian pada aspek afektif.

3. Terjadinya interaksi sosial yang kurang optimal antara peserta didik dengan lingkungan sekolah.

C.

Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi yang penulis susun lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:


(19)

1. Aspek interaksi sosial yang diteliti meliputi komunikasi sosial dan tindakan sosial.

2. Bentuk interaksi sosial yang dijadikan bahan penelitian yaitu interaksi antar status dan pertemanan, yaitu anggota keputrian dengan guru, karyawan dan teman.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah (studi kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta).”

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi sosial yang terjadi antar anggota keputrian dengan guru, karyawan dan teman di sekolahnya.

F.

Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, keputrian sebagai salah satu alternatif usaha preventif dalam menangani interaksi sosial peserta didik yang kurang optimal.

2. Bagi siswa, sebagai informasi untuk membantu mereka dalam melakukan aktifitas interaksi sosial dengan mengikuti kegiatan keputrian.

3. Bagi peneliti, sebagai informasi untuk mengetahui gambaran keterkaitan ekstrakuriuler keputrian terhadap interaksi sosial peserta didik.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A.

Deskripsi Teori

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial yang akan selalu memerlukan orang lain sudah sewajarnya melakukan interaksi sosial dalam kesehariannya baik kepada orang yang sering ditemui maupun yang baru dikenalnya. Dengan demikian, interaksi menjadi sesuatu hal yang penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya.

Interaksi sosial terdiri dari dua kata yaitu interaksi dan sosial. Berdasarkan bahasa yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi adalah hal saling mempengaruhi aksi, berhubungan, mempengaruhi.1 Maka ketika seseorang berinteraksi di sana ada proses saling mempengaruhi dan adanya hubungan antar manusia.

Pengertian sosial menurut KBBI adalah berkenaan dengan masyarakat.2 Atau dapat dipahami dengan kemasyarakatan. oleh karena itu, dari pengertian interaksi secara bahasa saja sudah dapat dipahami pentingnya interaksi sosial. Karena interaksi sosial yaitu hubungan kemasyarakatan dimana seseroang dengan orang lainnya akan saling berhubungan dan saling mempengaruhi baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokoknya maupun upaya dalam melangsungkan eksistensinya sebagai manusia dalam bermasyarakat.

Berikut definisi interaksi sosial menurut para ahli:

H. Booner dalam bukunya, Social Psychology, memberikan rumusan “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 438.

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ..., h. 1085.


(21)

lebih, dimana kelakuan individu yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”3 Sehingga semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang tertentu, maka kelakuannya akan memiliki kemiripan dengan orang tersebut.

Gilin dan Gilin mengungkapkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia.4 Hubungan dinamis dalam interaksi sosial dalam artian hubungan tersebut dapat berubah bentuknya atau tidak tetap.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip berpendapat,

Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan atau pertikaian. Dan diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.5

Jadi, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok dengan individu, maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya yang saling berhubungan, dimana antara individu atau kelompok saling mempengaruhi, merubah atau memperbaiki kelakuan dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial.

Mengacu kepada beberapa pangertian interaksi sosial yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Maka, interaksi sosial berdasarkan

3 Elly M. Setiadi, Kama Adul Hakam, Ridwan Efendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 2, Cet. 3. hal. 92.

4 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2008), h. 28.

5 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Perubahan Sosial Teori Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), Cet. 13, h. 64.


(22)

istilah dapat diartikan sebagai hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.6

b. Syarat-syarat Terjadinya Interakasi Sosial

Gillin dan Gillin mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu: Dua syarat terjadinya interaksi sosial:

1) Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

2) Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. 7 Ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan orang lain.8 Kedua syarat ini akan selalu ada selama manusia melakukan interaksi sosial dengan orang lain barik secara individu atau secara kelompok.

6 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakatra: C.V. Andi Offset, 2003), h. 65.

7 Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), h. 195.

8 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), Cet. 3, h. 16.


(23)

Pengertian terkait syarat-syarat interaksi sosial yaitu kontak dan komunikasi sosial dijelaskan lebih lanjut sebagaimana yang dikemukakan Soerjono Soekanto,

Kata kontak berasal dari bahasa latin con dan cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, arti secara harfiyah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu suatu hubungan badaniyah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, separti misalnya dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat dan seterusnya, yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniyah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniyah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.9

Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama. Dalam komunikasi terdapat dua pihak yang terlibat, pihak yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan pihak penerima pesan disebut komunikan.10 Dari pengertian ini, komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuh interaksi dikarenakan hubungan yang dinamis akan terjadi ketika seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain.

Menurut Soerjono Seokanto,

komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap persamaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.”11

Dari uraian diatas tampak bahwa komunikasi hampir sama dengan kontak. Namun adanya kontak belum tentu berarti komunikasi telah terjadi. Komunikasi menurut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak.

9 Soerjono Soekanto, Sosilogi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 54. 10 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, ..., h. 95.


(24)

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial menurut jumlah pelakunya: 1) Interaksi antara individu dan individu, individu yang satu

memberikan pengaruh, rangsangan atau stimulus kepada individu lainnya. Wujud interaksi bisa dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.

2) Interaksi antar individu dan kelompok, bentuk interaksi antara indvidu dengan kelompok, misalnya seorang orator sedang berpidato di depan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.

3) Interaksi anatara kelompok dan kelompok, bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya satu kesebelasan sepak bola bertanding melawan kesebelasan lain. 12

Menurut Gerungan bahwa sesuai dengan bentuk pelaksanaannya terdapat jenis interaksi sosial untuk menjelaskan bentuk interaksi sosial tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1) Interaksi antar status

Interaksi antar status adalah hubungan antara dua pihak dalam individu yang berbeda dalam satu lingkungan yang bersifat formal sehingga masing-masing pihak dapat melakukan interaksinya didasarkan pada status masing-masing.

Misalnya hubungan antara guru dan siswa atau siswa dengan orang tua atau dengan keluarganya yang berbeda status.


(25)

2) Interaksi antar kepentingan

Interaksi antara kepentingan merupakan hubungan antara pihak induvidu yang berorientasi terhadap kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam hubungan ini, masing-masing pihak saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu sikap yang harmonis sehingga komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik.

3) Interaksi antara keluarga

Interaksi antar keluarga merupakan suatu hubungan yang terjadi antar pihak yang mempunyai hubungan darah. Pada hubungan ini, solidaritas antara anggota yang relatif lebih tinggi dan bentuk hubungannya lebih bersifat informal. 4) Interaksi antar persahabatan

Interaksi ini merupakan hubungan antara dua atau lebih dimana masing-masing individu sangat mendambakan adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang sedemikian dekat atau kekerabatan. 13

Bentuk-bentuk proses sosial akibat adanya interaksi sosial dapat dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu:

1) Kerja sama (cooperation)

Kerja sama dapat dijumpai dalam semua kelompok sosial. Kebiasaan kerja sama dimulai dari semasih kanak-kanak, berupa permainan hingga dewasa dalam segala bentuk usaha guna mencapai tujuan bersama.

2) Akomodasi (accomodation)

Akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu menunjukan pada suatu keadaan dan untuk menunjukan pada suatu proses. Akomodasi sebagai keadaan berarti kenyataan adanya suatu


(26)

keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia, sehingga dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi sebagai proses yang menunjukan pada usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai kestabilan.

3) Persaingan (competition)

Persaingan merupakan proses sosial, dimana seseorang atau kelompok sosial bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan bidang kehidupan melalui cara-cara menarik perhatian publik. Persaingan dapat bersifat pribadi dan dapat berupa kelompok atau organisasi.

4) Pertikaian (conflic)

Pertikaian merupakan proses sosial di mana seseorang atau kelompok sosial berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang lawannya dengan ancaman atau kekerasan. Pertikaian terjadi karena perbedaan dipertajam oleh emosi atau perasaan, apalagi didukung pihak ketiga. 14

d. Unsur-unsur dalam Interaksi Sosial 1) Tindakan Sosial

Tindakan sosial atau tindakan manusia sebagai pelaku sosial dapat dipahami bahwa tindakan sebagai perbuatan, perilaku atau aksi yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu.15 Selayaknya manusia yang hidup, setiap perbuatannya dipastikan memiliki tujuan yang hendak dicapai sebagai upaya pemenuhan fisik, naluri ataupun pemikirannya.

14 Syahrial Sarbaini, A. Rahman dan Monang Djihado, Sosiologi dan Politik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. 2, h. 28.

15 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala


(27)

Ada banyak tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia, akan tetapi Max Weber memberikan batasan bahwa tindakan sosial sebagai tindakan seseorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat.16

Lebih lanjut, Max Weber mengungkapkan metode yang bisa dipergunakan untuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen. Versrehen itu sendiri adalah kemampuan berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuan mau dilihat menurut perspektif itu.17 Sebuah tindakan sosial akan berdampak atau berpengaruh kepada orang lain ketika seseorang yang berintaraksi dapat memahami dan menempatkan orang lain sebaimana apa yang diharapkan orang tersebut.

Oleh karena itu, tindakan sosial yang dapat mempengaruhi, merubah atau memperbaiki perilaku orang lain diantaranya seperti kepedulian, empati dan suka menolong.

2) Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial merupakan aksi antara dua pihak atau lebih yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsiran atas pesan yang disampaikan oleh masing-masing pihak. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas maksud yang disampaikan oleh pihak lain.18

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi sosial yang terjadi baik antar perorangan maupun kelompok bisa berupa

16 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Perubahan Sosial Teori Aplikasi dan Pemecahannya, ..., h. 71.

17 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, ..., h. 18. 18 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala


(28)

cara berbicara dan sopan santun yang ditunjukan pada saat berkomunikasi.

2. Keputrian

a. Definisi Anggota Keputrian

Kata anggota berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah orang (badan) yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia, dan sebagainya).19 Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai anggota apabila dia masuk atau menjadi bagian dalam suatu golongan atau organisasi tertentu.

Keputrian berasal dari kata putri yang artinya anak perempuan atau sapaan khusus untuk wanita. Penambahan imbuhan ke-an pada kata putri menyatakan sifat atau keadaan. Jadi keputrian merupakan sifat seorang anak perempuan atau keadaan yang melekat pada anak perempuan yang menjadi identitas dirinya.20

Keputrian di lingkungan sekolah lebih identik dengan sebuah ekstrakurikuler yang membahas kajian-kajian keislaman dan kewanitaan yang dikhsuskan kepada peserta didik perempuan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa anggota keputrian adalah bagian dari golongan ektrakurikuler keputrian.

b. Kegiatan Keputrian

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan, kegiatan keputrian adalah sarana atau wadah berkumpulnya peserta didik putri untuk menambah ilmu, keterampilan dan pemahaman mengenai keislaman dan kewanitaan dengan manajemen yang rapi dan profesional, yang diadakan secara rutin. Kegiatan keputrian sama halnya dengan kegiatan ekstrakurikuler ataupun rohis, akan tetapi perbedaan yang sangat menonjol dari kegiatan keputrian dengan

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 48.


(29)

kegiatan lainnya ini adalah kegiatan keputrian hanya dilakukan oleh wanita saja. Kegiatan keputrian dilakukan di luar jam sekolah, dimana peserta didik dibimbing dan diperkenalkan tentang kedudukan dan hak wanita menurut Islam, akhlak atau pribadi seorang perempuan, fiqh wanita, adab terhadap guru-orang yang lebih tua-teman dan lain-lain.

Selain itu, di dalam kegiatan keputrian, peserta didik juga diajarkan mengenai keterampilan-keterampilan sebagaimana seorang perempuan. Misalnya saja membuat barang dari daur ulang, memasak, dan lain sebagainnya. Efektifitas kegiatan keputrian dapat memberikan sumbangan pendidikan yang sangat besar pada diri peserta didik, namun tentu saja harus didasari dengan elemen dasar tujuan pembelajaran, sehingga target pembelajaran dapat dievaluasi dengan baik.

Pada dasarnya kegiatan keputrian dalam dunia sekolah ditujukan untuk menggali, memperkenalkan dan memberitahukan bagaimanakah menjadi seorang wanita yang seutuhnya. Dalam hal ini kegiatan keputria bertujuan membentuk pribadi muslimah berkarakter Islam dan mandiri dalam menjalankan perannya menjadi seorang muslimah sesuai dengan perintah Allah SWT.

c. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Keputrian

Kegiatan keputrian yang merupakan seperangkat pengelaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan dan pengembangan peserta didik. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan keputrian di sekolah, antara lain:

1) Kegiatan keputrian harus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang masalah kewanitaan yang mencakup masalah pribadi wanita, dan masalah-masalah fiqh wanita. 2) Memahami adab-adab dalam berinteraksi baik terhadap guru,


(30)

3) mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 4) dapat mengetahui, mengenal serta membedakan hak sebagai

wanita dan seorang laki-laki.

5) Mengenalkan remaja putri muslim dengan jati dirinya sebagai seorang muslimah.

6) Menambah pengetahuan keislaman dan kemuslimahan.

7) Mengembangkan potensi peserta didik perempuan sesuai fitrahnya.

Ruang lingkup dari kegiatan ektrakurikuler keputrian harus berpangkal pada kegiatan yang menunjang serta dapat mendukung program sekolah. Jadi ruang lingkup kegiatan keputrian adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program sekolah dalam mengembangkan pengetahuan, pemahaman, pengertian dan kemampuan penalaran siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

d. Jenis-jenis Kegiatan Keputrian

Kegiatan keputrian sendiri dibagi menjadi dua, ada kegiataan keputrian yang berhubungan dengan keagamaan dan ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan keagamaan.

Beberapa macam kajian antara lain: 1) Keagamaan

Kata keagamaan merupakan istilah yang mengalami imbuhan dari kata dasar “agama” yang mendapat awalan “ke-“ dan “-an”. Menurut pendapat Harun Nasution yang di kutip oleh Jalaluddin dalam bukunya Psikologi agama, pengertian agama berdasarkan asala kata yaitu:

“Al-Din, religi dan agama. Al-Din (semit) berarti undang-undang arau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengendung arti menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) berarti


(31)

mengumpulkan dan membaca. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak dan gam= pergi; mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun.

Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah: a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan

kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

b) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mngandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

c) Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib. 21

Dari pengertian diatas penulis memahami bahwa yang dimaksud dengan kegiatan keagamaan adalah segala perbuatan, perkataan, lahir batin seseorang atau individu yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada ajaran-ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah.

Adapun materi-materi yang diulas dari kegiatan keputrian antara lain: hak wanita menurut Islam, akhlak atau pribadi seorang perempuan, adab-adab seorang wanita baik terhadap guru, teman maupun lawan jenis, fiqh wanita, memperkenalkan wanita-wanita yang tangguh dalam syiar Agama dan lain-lain. 2) Tata boga

Tata boga adalah teknik mengolah, menyediakan dan menghidangkan makanan. Seperti membuat makanan ringan atau makanan berat.

3) Kesehatan wanita

Kajian kesehatan wanita ini membahas berbagai macam bagaimana merawat diri seorang wanita, terutama pada saat


(32)

haid. Karena belum banyak remaja yang mengerti bagaimana merawat kesehatan diri dengan baik dan benar.

4) Kerajinan dan keterampilan

Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai.

e. Prinsip-Prinsip Kegiatan Keputrian

Kegiatan keputrian merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut memiliki prinsip-prinsip yang ditetapakan, anatara lain:

1) Semua siswa, guru dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan kegiatan keputrian. Meski kegiatan keputrian ini hanya dilakukan oleh siswa perempuan saja, akan tetapi semua pihak sekolah harus tetap mendukung kegiatan ini.

2) Kerjasama dalam tim adalah fundamental.

3) Proses dan hasil harus seimbang (sama-sama pentingnya). 4) Kegiatan hendaknya memperhitungkan kebutuhan sekolah. 5) Kegiatan harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada

nila-nilai pendidikan dan efisiensi pelaksanaannya.

6) Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan siswa.

7) Kegiatan keputrian ini hendaknya dipandang sebagai integral dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekedar tambahan atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.


(33)

Dalam usaha dan membina kegiatan keputrian hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1) Pada materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan dan pemahaman peserta didik

Materi dalam kegiatan keputrian ini harus berdasarkan pada tujuan dari alasan kenapa sekolah mengadakan kegiatan keputrian dan juga harus berkesinambungan dengan namanya, yaitu keputrian. Jadi materi yang ada dalam kegiatan ini semuanya menyangkut dengan masalah-masalah wanita. Misalnya saja penulis mengambil tentang keagamaan: bagaiamana menjadi seorang pribibadi yang memiliki akhlak mulia, bagaiamana cara menjaga kesehatan wanita terutama di saat haid, dan masalah-masalah fiqh lainnya.

2) Sejauh mana mungkin tidak terlalu membebani peserta didik. Kegiatan keputrian haruslah diimbangkan dengan pola pikir atau daya kemampuan dari peserta didik, membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam sehingga dapat diterima, dilaksanakan dan memberikan hasil yang baik bagi kepribadian peserta didik.

Salah satu ciri yang membedakan kegiatan keputrian dengan kegiatan lainnya, seperti kegiatan keagamaan atau sering disebut dengan rohis adalah kegiatan keputrian dilakukan oleh peserta didik putri saja dan dilaksanakan hari Jum’at ketika siswa laki-laki sedang melaksanakan shalat Jum’at. Selain itu jenis-jenis program kegiatan keputrian ini tidak hanya fokus pada satu kegiatan saja yang berbentuk keagamaan, kegiatan ini diselingi dengan beberapa kegiatan lain seperti tata boga, kerajinan, keterampilan dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan rohis merupakan sutau wadah yang antara laki-laki dan perempuan campur menjadi satu.


(34)

f. Keputrian Sebagai Kelompok Sosial

Kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Menurut Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren menyatakan bahwa satu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.22

Wila Huky lebih rinci menjelaskan beberapa ciri dasar dari suatu kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang dan terus dapat bertamban menjadi lebih dari itu. Dan orang itu haruslah orang yang dapat memberikan respon mental. 2) Kelompok tersebut harus ada saling interaksi dan

komunikasi.

3) Komunikasi dan interaksi harus bersifat timbal balik.

4) Kelompok dianggap berakhir, bila relasi aktif di dalam pemikiran mereka yang tergabung didalamnya telah berakhir.23

Ciri-ciri kelompok itu telah jelas menerangkan bahwa setiap perkumpulan, organisasi, perserikatan atau bentuk kesatuan yang beranggotakan lebih dari dua orang, ada interaksi dan komunikasi yang bersifat timbal balik, dan bersatu dalam kesatuan pemikiran atau tujuan maka telah dapat dikategorikan sebagai kelompok.

Selain ciri-ciri yang telah disampaikan diatas, ada beberapa hal yang menjadi dasar atau daya tarik seseorang berkelompok

22 Abdulsyani, Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. 4, h. 98.


(35)

diantaranya karena menjadi kesempatan untuk berinteraksi, kesamaan latar belakang dan kesamaan sikap.24

Dari pengertian kelompok sosial dan dasar seseorang berinteraksi diatas maka ektrakurikuler keputrian dapat dikategorikan sebagai kelompok sosial dikarenakan memenuhi ciri-ciri dari kelompok sosial itu sendiri. Apabila diurai sebagaimana cirinya maka bisa dilihat bahwa ekstrakurikuler keputrian terdiri lebih dari dua orang, terdapat interaksi yang bersifat timbal balik dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, dan memiliki pemikiran yang berorientasi kepada tujuan yang hendak dicapai.

3. Lingkungan Sekolah

a. Definisi Lingkungan Sekolah

Lingkungan sebagai tempat seseorang tumbuh akan mempengaruhi perkembanganya. Saat manusia berada dalam posisinya sebagai makhluk sosial maka lingkungan yang maksud adalah manusia atau induvidu lain yang berada dalam lingkaran kehidupan manusia tersebut. Contohnya ketika seseorang berada bersama manusia lainnya, maka cara berpakaian dan berbicara sama dengan lingkungannya, beda halnya manusia yang tidak hidup dengan manusia lainnya dipastikan dia tidak akan bisa berbicara dan berprilaku sebagai manusia biasanya.

Lingkungan menurut bahasa dapat diartikan sebagai daerah – kawasan- yang termasuk didalamnya. Dan lingkungan sosial adalah kekuatan masyarakat serta berbagai sistem norma di sekitar individu atau kelompok manusia yang mempengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antar mereka.25 Dalam pengertian lingkungan sosial secara bahasa dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan tempat dimana

24 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), Cet.23, h. 93.


(36)

seseorang itu berada yang mempengaruhi perilakunya melalui norma-norma masyarakat.

Lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu: lingkungan fisik berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim. Lingkungan sosial berupa lingkungan tempat tinggal individu berinteraksi. Pengaruh lingkungan terhadap individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, termasuk didalamnya belajar.26 Macam-macam lingkungan ini saling terintegrasi dan saling mempengaruhi dalam pembentukan perilaku atau tindakan sosial seseorang.

Selajutnya pengertian sekolah jika dilihat dari bahasa, maka akan dijumpai bahwa sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian, pelajaran, pengajaran.27

Sekolah adalah lembaga sosial yang keberadaanya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa.28 Sistem sosial ini terintegrasi dengan lembaga sosial lainnya diantaranya lembaga keluarga. Maka sistem sosial dalam sekolah harus juga melihat kepada lembaga-lembaga yang bersangkutan dengan lembaga-lembaga pendidikan.

Kata sekolah berasal dari bahasa Latin, yakni skhole, scola, scolae atau skhole yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang dimana ketika sekolah adalah kegitan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kini kata sekolah sebagaimana yang dikatakan Sunarto telah berubah

26 Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, ..., h. 198.

27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ..., h. 1013. 28 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), h. 117.


(37)

berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.29

Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidikan yang profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi. Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan merumuskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku baik. Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang peserta didik dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru di mana perlaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara formal sebagaimana yang dinyatakan oleh Sumitro.

Lingkungan belajar menurut Wens Tanlain yang dikutip oleh Hasbullah dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, pada dasarnya lingkungan belajar mencakup:

1) Tempat (lingkungan fisik), yaitu keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.

2) Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan keagamaan.

3) Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat), seperti keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan.30 Cakupan lingkungan belajar ini akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah, baik pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dikarenakan manusia atau peserta didik

29 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 142.

30 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. 11, h. 33.


(38)

yang memiliki kemampuan untuk berfikir, menggunakan pemikirannya sesuai dengan apa yang diperoleh melalui kondisi tempat, budaya dan kelompok hidup bersama/kelompok sosial.

Sumbangan sekolah sebagia lembaga terhadap pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam

masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. 3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan. 4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,

membedakan benar atau salah dan sebagainya.31

Dari peryataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar sekolah yang memiliki hubungan terhadap karakteristik dan sikap seseorang secara langsung maupun tidak langsung.

b. Sekolah Sebagai Pelaksana Kegiatan Keputrian

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang melaksanakan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan terencana. Dengan kata lain, sekolah sebagai institusi pendidikan yang formal menyelenggarakan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, dan sistematis oleh para guru profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan pada kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak mampu atau tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan


(39)

masing, oleh karena berbagai keterbatasan para orang tua peserta didik.

Sebagai lembaga pendidikan formal, secara umum sekolah memiliki tiga tanggung jawab yang mendasar, yaitu :

1) Tanggung jawab formal, di mana kelembagaan formal kependidikan sesuai dengan fungsi, tugas, dan tujuan yang hendak dicapainya. Misalnya, pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

2) Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi dan tujuan, serta tingkat pendidikan yang dipercayakan masyarakat kepadanya.

3) Tanggung jawab fungsional, yaitu bentuk tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakannya berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelimpahan wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua peserta didik. Sekolah dituntut untuk mampu menjalankan tiga bentuk tanggung jawab tersebut secara optimal. Untuk itu, pada umumnya, sekolah tidak membatasi tanggung jawab formal kependidikan dengan sekedar menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara rutin, tapi juga berupaya mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kegiatan kegiatan terprogram lainnya, dengan tujuan agar hasil belajar yang diperoleh peserta didik menjadi lebih maksimal.

Di antara kegiatan-kegiatan terprogram yang diselenggarakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan


(40)

meningkatkan kepribadian peserta didiknya kearah yang lebih baik yaitu dengan cara kegiatan keputrian, baik yang sama sekali tidak terkait dengan mata pelajaran maupun yang masih memiliki kaitan dengan mata pelajaran tertentu.

Porgram kegiatan keputrian di tujuakan untuk menambah kecakapan peserta didik dalam hal afektif atau sikap yang dimungkinkan tidak dapat sepenuhnya diterapkan pada saat proses belajar mengajar di kelas. Oleh kerena itu keputrian menjadi wadah bagi sekolah agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan seutuhnya sebagaimana tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasonal yaitu diantaranya menjadi manusia yang takwa kepada Penciptanya, berbudi pekerti yang baik dan memiliki kecakapan sebagai kodratnya seorang perempuan.

B.

Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil peelitian yang dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterikatan tentang interaksi sosial dan keputrian. Diantaranya yaitu:

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan

No. Keterangan

Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Rabi R. Dama,

Jurusan Bimbigan dan Kon

Analisis Tentang Interaksi Sosial Siswa SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo

Kemampuan interaksi siswa secara umum di sekolah tempat penelitian masih rendah, dilihat dari asek-aspek dalam interaksi sosial seperti:


(41)

masih ada siswa yang berbicara kasar, siswa yang tidak mau menolong sesama teman atau guru, dan siswa yang memiliki sikap acuh.

2. Ria

Kurniawati, 105015000649, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN Jakarta “Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar IPS di SMP Dua Mei Ciputat”

Terdapat hubungan antara interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar IPS di SMP Dua Mei Ciputat.

3. Sya’idah, 106011000192, Jurusan Pendidikan agama Islam, UIN Jakarta

Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada

Ekstrakurikuler ROHIS Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 29 Jakarta”

Kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak peserta didik memberikan dampat

positif bagi

terbentuknya akhlak peserta didik dan berjalan secara efektif.

C.

Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian-kajian teori yang telah dijabarkan, untuk pemahaman penelitian ini maka penelitia akan menggambarkan kerangka berfikir dalam bentuk skema.


(42)

Diagram 2.1 Kerangka berfikir penelitian.

Kerangka berfikir dalam peneltian tersebut menerangkan bahwa pokok dari penelitian yang dilaksanakan yaitu interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah.

Interaksi sosial anggota keputrian dengan panah komunikasi sosial dan tindakan sosial menerangkan bahwa interaksi sosial yang dimaksud yaitu dalam unsur-unsur interaksi sosial berupan komunikasi sosial dan tindakan sosial. Bentuk interaksi sosial dalam unsur komunikasi, terjadi dalam cara berbicara dan sopan santun yang ditunjukan oleh anggota keputrian, sedangkan tindakan sosial berupa kepedulian, empati dan suka menolong.

Diagram terakhir dengan semua anak panah mengarah kepada guru, karyawan dan teman menunjukan bahwa interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah berada dalam lingkungan sosialnya yaitu guru, karyawan dan teman. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilaksanakan berupa interaksi sosial yang terjadi antara anggota keputrian dengan guru, karyawan dan teman.

Interaksi Sosial Anggota Keputrian

Komunikasi Sosial

Tindakan Sosial

Cara Berbicara

Sopan Santun

Kepedulian

Empati

Suka Menolong

Guru Karyawan Teman


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik MTs Fajrul Islam Jakarta yang berlokasi di Jl. Tanjung Pura III, RT. 006/05, Kelurahan Pegadungan Kecamatan Kali Deres Jakarta Barat 11830. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada kebutuhan penelitian, berkaitan dengan karakteristik responden yang diperlukan dan didapatkannya jumlah sampel yang dikehendaki.

Waktu penelitian dilaksanakan pada:

Tabel 3.1

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No Waktu Penelitian Kegiatan Penelitian 1. 09 - 13 Juni 2016 Penyusunan Proposal

2. 19 - 25 Juni 2016 Penyusunan Instrumen Penelitian 3. 24 - 29 Juni 2016 Pelaksanaan Penelitian

4. 27 - 31 Juli 2016 Pengolahan dan Analisis Data 5. 01 - 08 Juli 2016 Penyusunan Hasil Penelitian

B.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian kombinasi (mix methods), yaitu suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Creswell menguraikan,

Penelitian metode campuran merupakan pendekatan yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan pencampuran


(44)

(mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; ia juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif dan kuantitatif.1 Sejalan dengan pendapat Creswell, Andrew & Halcomb menegaskan mix methods bukan sekedar kombinasi data kuantitatif dan kualitatif. Namun, merupakan kombinasi kedua penelitian itu dalam semua tataran atau tahapan. Jadi, sejak tahap perencanaan dalam bentuk perumusan masalah, cara perumusan masalah kedua penelitian ini telah dikombinasikan. Dengan demikian masalah dalam penelitian kombinasi berbeda dari perumusan masalah pada penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kombinasi, masalahnya sekaligus bertujuan menjelaskan dan mendalami, eksplanasi dan eksplorasi. Begitu pula pada tataran analisi data dan pemeriksaan keabsahan data.2

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil pemahaman bahwa metode kombinasi atau mix methods adalah metode penelitian yang mengombinasikan antara bentuk kuantitatif dengan bentuk kualitatif yang secara keseluruhan lebih kuat atau menguatkan, kemudian metode penelitian mix methods ini telah direncanakan dari awal penelitian sehingga sangat mempengaruhi terhadap perolehan, pemeriksaan dan analisis data penelitian.

Penelitian kombinasi atau biasa disebut mix methods memiliki enam stategi penelitian didalamnya, yaitu: (1) eksplanatoris sekuensial, (2) eksploratoris sekuensial, (3) transformatif sekuensial, (4) triangulasi konkuren, (5) embaded konkuren, dan (6) transformatif konkuren.3

Strategi penelitian mix methods yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi triangulasi konkuren. Strategi ini menggunakan dua studi sekaligus (kuantitatif dan kualitatif atau kualitatif dan kuantitatif) dalam satu waktu. Jadi, kemungkinan membuat perbandingan hasil kedua studi itu lebih terbuka daripada saling mendalami, sehingga hasilnya digunakan untuk saling

1 Nusa Putra dan Hendarman, Metode Riset Campur Sari, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 48. 2 Nusa Putra dan Hendarman, Metode Riset Campur Sari, …, h. 49.


(45)

melengkapi dalam logika triangulasi. Meskipun penelitian digunakan pada satu proyek penelitian dalam kerangka metode kombinasi, pada pelaksanaannya studi dilaksanakan secara terpisah. Itu berarti bobot atau prioritas tiap penelitian sama atau setara. Dengan demikian karakteristik dan kelebihan tiap penelitian sangat terjaga. Cara ini diharapkan dapat memenuhi tujuan utama metode mix methods yaitu mensinergikan atau mengoptimalkan kekuatan atau kelebihan kedua penelitian, dan meminimalisir kelemahan masing-masing.

Pencampuran dilakuakan ketika hasil penelitian diinterpretasikan atau diberi makna. Biasanya data diintegrasikan dan dibandingkan satu sama lain. Karena itu perhitungan statistik dapat dibandingkan dengan pengkategorian tema atau pola sebagai hasil analisis kualitatif.

Hesse Biber menjelaskan strategi konkuren triangulasi dengan istilah parallel design terlampir dalam lampiran 7. Maka strategi konkuren triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagaimana diagram dibawah,

Diagram 3.1 Desain mix methods interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah.

Pertanyaan penelitian: Bagaimana interaksi sosial anggota

keputrian di lingkungan sekolah

Kuantitatif

Kulitatif Desain

Mix Methods

Kumpulan data Kumpulan data

Analisis dan interpretasi

Analisis and interpretasi

Temuan Temuan


(46)

Pendekatan dalam penelitian yaitu studi kasus. Depdikbud menerangkan bahwa studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.4 maka hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan karena penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui sebuah gambaran mengenai salah satu kelompok sosial yang ada di masyarakat.

Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata.5 Hal ini menjelaskan bahwa arah penelitian ini mengarah kepada sistem kehidupan yang memiliki maksud dan tujuan dibentuknya seperti halnya ekstrakurikuler keputrian yang dibentuk oleh MTs Fajrul Islam Jakarta.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengambarkan interasksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah (studi kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta) yaitu interaksi sosial berupa komunikasi sosial dan tindakan sosial yang terjadi antara anggota keputrian dengan guru, karyawan dan temannya. Pengunaan metode penelitian mix methods strategi triangulasi konkuren diharapkan dapat saling melengkapi dan menguatkan hasil penelitian yang membahas tentang salah satu unit sosial tertentu yang berada di lingkungan sekolah seperti ektrakurikuler keputrian yang menjadi alternatif untuk mengotimalkan interaksi sosial ke arah kerja sama sehingga dalam proses pembelajaran tujuannya bisa sempurna yaitu penguatan dalam pengembangan aspek afektif.

4 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 48.

5 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), Cet. 5, h.4.


(47)

C.

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian, baik berupa karakteristik, nilai-nilai, jumlah, maupun jenisnya.6 Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari kerakteristik-karakteristik individu.

Di penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua peserta didik anggota keputrian di MTs Fajrul Islam Jakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling.7 Karena ia merupakan bagian dari populasi maka ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Karena analisa penelitian didasarkan pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi maka sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel purposif (purposional sampling), sampel ditetapkan sengaja oleh peneliti. sampel purposif (purposional sampling), adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.8

Alasan peneliti sengaja mengambil sampel purposif (purposional sampling) ini dikarenakan sengaja mengambil sampel peserta didik yang menjadi anggota keputrian aktif di sekolahnya. Sampel wawancara berjumlah 5 anggota dan sampel angket berjumlah 25 anggota.

6 Sugiyanto, Analisis Stastistika Sosial, (Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004), h.14. 7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Ed. 2, Cet.1, h. 43.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2006) h. 246.


(48)

D.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode mix methods. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data secara kulitatif yaitu:

1. Observasi

Observasi memiliki ciri yang spesifik, observasi tidak terbatas pada orang tetapi obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.9 Obervasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan jenis observasi non-partisipan. Teknik ini dilakukan untuk melihat gambaran begaimana interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah yang meliputi kedaan guru, karyawan, peserta didik, agenda kegiatan keputrian yang dilaksanakan dan interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat gambaran secara langsung interaksi sosial yang terjadi antara anggota keputrian di lingkungan sekolah berdasarkan sudut pandang emik partisipan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden.10 Wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan maksud tertentu, wawancara secara tatap muka dengan menggali informasi secara mendetail dengan informan yang terkait dalam penelitian ini.

Wawancara berisi tentang interaksi anggota keputrian di lingkungan sekolah (studi kasus di MTs Fajrul Islam Jakarta). Dalam

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, …, h. 162.


(49)

hal ini pengumpulan data melalui wawancara dengan pembina keputrian yang berinteraksi langsung dengan anggota keputrian dan peserta didik yang menjadi anggota keputrian di sekolah.

3. Studi dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi mengenai hal-hal atau variabel yang diantaranya dapat berupa profil sekolah, buku panduan keputrian, dan dokumentasi kegiatan keputrian. Teknik ini digunakan agar diperoleh gambaran yang menyeluruh terkait interaksi sosial anggota keputrian yang ada.

Teknik pengumpulan data berdasarkan metode kuantitatif untuk mengukuhkan hasil penelitian kualitatif menggunakan angket, dengan sasaran sebarannya dipilih melalui teknik pengumpulan sampel purposif (purposional sampling).

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.12 Pada metode angket ini, pertanyaan atau pernyataan diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada para responden untuk dijawab, setelah pertanyaan dijawab kemudian dikembalikan lagi kepada peneliti.

Angket dalam penelitian ini diberikan kepada responden yang telah ditetapkan yaitu anggota keputrian aktif berjumlah 25 peserta didik. Angket berupa pertanyaan terkait interaksi sosial anggota keputrian terhadap guru, karyawan dan peserta didik di lingkungan sekolah MTs Fajrul Islam Jakarta.

11 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 274.


(50)

E.

Instrumen Penelitian

Penelitian mix methods yang berarti gabungan antara penelitian kuantitatif dan kulitatif maka instrumen penelitian utamanya adalah manusia dan hubungan sosialnya. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian ini. Maka penelitian ini menyusun beberapa instrumen penelitian yang berangkat dari teknik pengumpulan datanya.

Instrumen penelitian ini terbagi menjadi dua pedoman, yaitu instrumen yang bersifat kualitatif berupa pedoman observasi, pedoman studi dokumentasi dan pedoman wawancara. Sedangkan instrumen yang bersifat kuantitatif yaitu berupa pedoman angket.

Berikut beberapa pedoman untuk penelitian bersifat kualitatif yaitu:

1. Pedoman Observasi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi

No. Indikator Pengamatan

1.

2.

3.

Aktivitas keputrian yang dilakukan peserta didik anggota keputrian.

Bentuk interaksi sosial yang dilakukan peserta didik anggota keputrian.

Komunikasi dan tindakan sosial yang dilakukan anggota keputrian di lingkungan sekolah dalam hal ini kepada lingkungan sosialnya yaitu guru, karyawan/staf dan teman-temannya.


(51)

2. Pedoman Wawancara

Tabel 3.3

Kisi-kisi Wawancara dengan Pembina Keputrian

Indikator No. Item Jumlah Item

1. Jumlah anggota keputrian 1 1

2. Kegiatan rutin anggota keputrian yang dilakukan di sekolah

2,3,4 3

3. Interaksi sosial anggota keputrian terhadap pembina

5,6 2

4. Cara berkomunikasi dan bertindak anggota keputrian terhadap guru, karyawan dan teman

7,8,9 3

5. Cara memberdayakan anggota keputrian di lingkungan sekolah

10 1

Jumlah 10 10

Tabel 3.4

Kisi-kisi Wawancara dengan Anggota Keputrian

Indikator No. Item Jumlah Item

1. Alasan bergabung menjadi anggota keputrian

1 1

2. Kegiatan keputrian yang sering diikuti

1 2

3. Manfaat mejadi anggota keputrian 1 3 4. Cara berkomunikasi anggota

keputrian terhadap guru, karyawan dan teman

1 4

5. Cara bertindak anggota keputrian terhadap guru, karyawan dan teman


(52)

Jumlah 5 5

3. Pedoman Studi Dokumentasi

Tabel 3.5

Kisi-kisi Studi Dokumentasi

No Dokumentasi

1. 2. 3.

Profil sekolah

Buku panduan keputrian

Dokumentasi kegiatan keputrian

Instrumen penelitian selanjutnya yang bersifat kuantitaif guna menguatkan atau mengkomparasi hasil penelitian kualitatif yaitu dengan angket. Adapun pedoman angketnya sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket

Indikator No. Soal Jumlah

Item Komunikasi Sosial

a. Cara berbicara 1,2,3,4,5,6 6

b. Sopan santun 7,8,9,10,11,12 6

Tindakan Sosial

a. Kepedulian 13,14,15,16,17,18 6

b. Empati 19,20,21,22,23,24 6

c. Suka menolong 25,26,27,28,29,30 6


(53)

F.

Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”. Sebagaimana menurut pendapat Bogan dan Taylor menyatakan bahwa analisis data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis.13 Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tenik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data-data yang diperoleh, agar data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.

Adapun dalam teknik analisi data metode mix methods dengan strategi triangulasi konkuren. Strategi ini menggunakan dua studi sekaligus (kuantitatif dan kualitatif atau kualitatif dan kuantitatif) dalam satu waktu. Oleh karena itu penelitian ini akan dibahas dan dianalis dengan metode masing-masing yang kemudian dibahas triangulasinya dan keterkaitan antara dara kualitatif dengan data kuantitaitf.

1. Analisis dan interpretasi data kualitatif

Analisis data kualitatif bersumber dari pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Menurut Miles dan Herman batasan masalah dalam proses analisis data mencakup tiga subproses, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.14 a. Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.15

13 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 29.

14 Moh Soehada, Metodologi Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Akademik, 2008), h. 94.

15 Rully Indrawan dan Poppi Yuniawati, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h. 155.


(54)

b. Penyajian data adalah hasil data yang telah direduksi dengan baik kemudian disajikan dalam bentuk tertentu untuk mengetahui bagaimana hubungan data yang dimiliki. Penyajian data ini bias dilakukan dengan uraian singkat, bagan ataupun hubungan antara kategori data yang dimiliki.16 Akan tetapi dalam penelitain ini data yang disajikan dalam bentuk deskriptif agar dapat memahami jelas gambaran dalam penelitian yang dilaksanakan.

c. Verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proporsisi-proporsisi yang terkain dengannya.17 Verifikasi data ini terdapat penarikan kesimpulan dari hasil analisis data. Verifikasi bermaksud untuk melihat apakah kesimppulan yang diberikan sesuai dnegan data-data yang dimiliki atau tidak. Dengan kata lain, verifikasi data memerlukan sebuah bukti-bukti dalam menerima kesimpulan yang diberikan.

2. Analisis dan interpretasi data kuantitatif

Analisis data kuantitatif diperoleh dari pengumpulan data melalui angket akan diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Adapun teknik analisis data kuantitatif diantaranya:

a. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah mengedit (editing). Mengedit data ialah kegiatan memeriksa data yang terkumpul, apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, lengkap atau tidak, cara pengisiannya sudah benar atau tidak, yang belum lengkap atau belum benar cara pegisiannya, dapat disisihkan (tidak ikut dianalisis) atau menyempurnakannya dengan jalan

16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.337.

17 Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Cendekia Utama, 2010), h. 147.


(55)

melakukan pengumk pulan data ulangan ke sumber-sumber data bersangkutan.18

b. Coding

Apabila semua kuisioner sudah semua butir pertanyaan atau pernyataan sudah terjawab dengan lengkap, maka langkah kedua dalam pengolahan data adalah memberikan kode. Coding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu.19 Coding yang dilakukan oleh peneliti dibantu dengan alat penanda berupa alat tulis.

c. Scoring

Scoring yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macam-macamnya. Skoring dilakukan setelah proses coding selesai, sehingga akan terdapat gambaran dalam mengklasifikasikan jawaban-jawaban terkait interaksi sosial berupa komunikasi sosial dan tindakan sosial anggota keputrian baik terhadap guru, karyawan maupun temannya.

d. Presentase

Persentase digunakan untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial anggota keputrian di lingkungan sekolah. angket presentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus statistika presentase.

Langkah yang dilakuakan dalam tahap ini panulis membuat tabel frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentase, langkah ini diperoleh dari hasil angket. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

P =N x F %

Keterangan:

P : angka presentase

18 Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 33. 19 Nurul Zuriah, Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, …, h. 199.


(56)

F : frekuensi yang dicari

N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) 100% : bilangan tetap.20

3. Triangulasi

Triangulasi adalah langkah terakhir yang dilakuakan dalam penelitan mix methods sebalum masuk kepada pambahasan. Triangulasi digunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan persepektif berbeda.

Jenis triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah triangulasi metodologi. Pemeriksaan konsistensi temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda seperti penggabungan metode kualitatif dengan kuantitatif. Hal ini dilakukan agar setiap metode yang memiliki kekurangan akan saling melengkapi atau bisa dilihat apakah hasil sesuai antara metode kualitatif dengan kuantitatif ataukah berbeda.

Triangulasi yang berusaha dikemukakan merujuk kepada kerangka berfikir penelitian yaitu mencari gambaran interaksi sosial berupa komunikasi sosial anggota keputrian dengan guru, karyawan dan teman serta tindakan sosial anggota keputrian dengan guru, karyawan dan teman.

20 Anas Sudjono, Pengantar Stasistika Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 407.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)