Metode distribusional Metode Padan

Bogdan dan Tailor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hepoteses ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis. Sutan Surya, 2006: 65-66 Dalam menganalisis data, penulis mengunakan dua metode yaitu, metode distribusional dan metode padan , berikut penjelasannya:

1. Metode distribusional

Metode padan atau metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah unsur dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993: 31. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis bentuk dari istilah alat-alat pertukangan mebel dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Teknik yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung BUL. Teknik ini digunakan untuk membagi satuan bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud Sudaryanto, 1993: 31, teknik Bagi Unsur Langsung BUL digunakan untuk menganalisis bentuk istilah alat-alat pertukangan mebel dan perkembanganya di Desa Sangggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, apakah berbentuk monomorfemis, polimorfemis atau frasa.

2. Metode Padan

Metode padan menurut Sudaryanto 1993: 13-15 adalah metode analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian yang bersangkutan. Berdasarkan alat penentunya metode padan dibedakan menjadi lima sub jenis diantaranya yaitu: Metode referensial yaitu metode yang alat penentunya ialah kenyatan yang ditunjukkan oleh bahasa atau referent bahasa. Data yang berupa data lingual ini memiliki acuan sehingga dapat membantu dalam analisis makna istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Metode fonetis artikulatoris dengan alat penentu organ pembentuk bahasa atau organ wicara. Metode fonetis digunakan untuk mempermudah pelafalan yang tepat di dalam istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Metode translasional alat penentunya bahasa lain atau langue lain. Metode translasional untuk mempermudah data dalam penelitian berupa Bahasa Jawa dalam istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali agar peneliti dan pembaca untuk memahami dengan diterjemahkan glos kedalam Bahasa Indonesia. Metode ortografis yaitu metode dengan alat penentunya perekam dan pengawet bahasa yaitu tulisan. Metode ortografis data yang diperoleh peneliti langsung dari informan yang direkam dan diawetkan dalam bentuk tulisan yang berupa istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Metode pragmatis yaitu metode yang alat penentunya orang yang menjadi mitra wicara. Bahwa metode pragmatis ini diperoleh dari sumber asli yaitu informan yang terpilih sesuai dengan kreteria informan yang mengetahui istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, kelima metode tersebut bisa digunakan untuk menganalisis makna dan perkembangan. Dalam penelitian ini analisis data bersifat kontekstual yaitu analisis data dengan mempertimbangkan konteks sosial yang melatar belakangi penggunaan bahasa yaitu mengenai istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kaecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Adapun penerapan kedua metode tersebut sebagai berikut: 1 Bentuk a pasah [pasah] Pasah merupakan bentuk dasar yang berupa satu kata atau monomorfemis yang berkelas kata nominal, karena pasah berupa kata tunggal termasuk kelas kata nominal. Pasah adalah alat yang terbuat dari kayu dan pisau. Kayu dibentuk persegi panjang dengan ukuran kira-kira 10 cm x 25 cm, tengah kayu diberi lubang guna untuk menaruh pisau, bagian pinggir tengah kayu diberi setang kanan kiri untuk mempermudah penggunaannya, setelah jadi ragangan kemudian dihaluskan. Pisau terbuat dari besi baja yang ditajamkan agak gepeng dan diukur sesuai dengan lubang kayu tersebut. Kemudian pasah dirangkai menurut penggunaannya. b pasah listrik [pasah lIstrI?] Data di atas berupa pasah listrik. Pasah listrik termasuk frasa endosentrik atributif, yang terdiri dari pasah berkategori nominal, listrik berkategori nominal. Pasah sebagai kata inti sedangkan listrik sebagai kata pelengkap atau atributif. Kedua kata tersebut digabungkan sehingga menjadi frasa nominal yang bertipe endosentrik artibutif. Pasah listrik adalah alat yang dibuat dari besi baja dan dilapisi dengan mika , dibentuk seperti tikus. Bagian atas diberi pegangan agar mudah memegangnya, sebelah kanan pasah diberi cerobong guna untuk keluar kotoranawul-awul, serta dilengkapi dengan dua pisau tajam yang cara penggunaanya bisa diatur. Pasah digerakkan oleh bantuan energi listrik’. pasah ’pasah’ + listrik ’listrik’ à pasah listrik N + N à FN 2 Makna leksikal a pasah [pasah] pasah berkategori nominal. Pasah merupakan alat yang terbuat dari kayu dan pisau. Kayu dibentuk persegi panjang dengan ukuran kira-kira 10cm x 25cm, tengah kayu diberi lubang guna untuk menaruh pisau, bagian pinggir tengah kayu diberi setang kanan kiri untuk mempermudah penggunaanya, setelah jadi ragangan kemudian dihaluskan. Pisau terbuat dari besi baja yang di tajamkan agak gepeng dan di ukur sesuai dengan lubang kayu tersebut. Kemudian pasah dirangkai menurut penggunaanya. Pasah digunakan untuk menghaluskan kayu. b pasah listrik [pasah lIstrI?] pasah listrik berkategori frasa nominal. Pasah listrik alat yang dibuat dari besi baja dan dilapisi dengan mika , dibentuk seperti tikus. Bagian atas diberi pegangan agar mudah memegangnya, sebelah kanan pasah diberi cerobong guna untuk keluar kotoran awul-awul, serta dilengkapi dengan dua pisau tajam yang cara penggunaanya bisa diatur. Pasah listrik digerakkan oleh bantuan energi listrik. Pasah listrik digunakan untuk menghaluskan kayu. 3. Makna kultural Pasah berguna untuk menghaluskan kayu, tetapi tidak sehalus amplas. Para orang Sanggrahan mengartikan pasah apabila bos menyuruh tukang atau pegawainya itu diharapkan dengan halus, agar para pegawainya tidak merasa direndahkan serta tidak berfikir negatif. Biasanya orang yang derajatnya lebih rendah itu diperlakukan seenaknya, maka orang tersebut akan mudah tersinggung. Orang Sanggrahan menggunakan cara seperti itu agar para pegawainya nyaman dan betah membantu bos dalam usahanya yang dijalankan, bos tidak bisa sukses tanpa pegawainya. Kebanyakan pegawainya tersebut berasal dari daerah tempat tinggal bos, misal kerabat dekat, tetangga, ataupun sanak saudaranya sendiri yang menjadi pegawainya. Pasah tradisional dengan pasah listrik tidak mengalami perubahan makna. Alat yang mengalami perkembangan, maknanya tidak mengalami perubahan. Perubahan bentuk yang lebih modern dan cara kerja yang lebih cepat menjadi perubahan dari alat pertukangan mebeler tersebut. 4. Perkembangannya Pasah jaman dulu atau disebut dengan pasah tradisional dibuat dari bahan kayu dan pisau, kayu dibentuk persegi panjang dengan ukuran kira-kira 10x25 cm, tengah kayu diberi lubang guna untuk menaruh pisau, bagian pinggir tengah kayu diberi setang kanan kiri untuk mempermudah penggunaanya, setelah jadi ragangan kemudian dihaluskan. Pisau terbuat dari besi baja yang di tajamkan agak gepeng dan diukur sesuai dengan lubang kayu tersebut. Kemudian pasah dirangkai menurut penggunaannya. Pasah tradisional digerakkan oleh manusia dengan menggunakan kedua tangan dan tenaga serta konsentrasi yang penuh. Pasah jaman sekarang pasah modern atau disebut dengan pasah listrik mengalami perkembangan dengan bahan dasar besi baja yang dilapisi dengan alumunium, dibentuk seperti tikus. Bagian atas diberi pegangan agar mudah memegangnya, sebelah kanan pasah diberi cerobong guna untuk keluar kotoranawul-awul, serta dilengkapi dengan dua pisau tajam yang cara penggunaanya bisa diatur. Pasah listrik digerakkan oleh manusia dan dibantuan oleh energi listrik, yang cara penggunaanya mengunakan satu tangan serta memerlukan sedikit tenaga. Pasah manual tradisional mengalami perkembangan karena untuk mempercepat pekerjaan, dan untuk mengejar target pemesanan. Walaupun pasah mengalami perkembangan, pasah manual masih digunakan para penduduk Sanggrahan karena untuk menyempurnakan hasil mebel, dan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.

I. Metode Penyajian Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskriptif, formal dan informal. Metode deskriptif merupakan metode yang semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena-fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya Sudaryanto, 1993: 62. Metode informal adalah metode penyajian hasil analisis data yang menggunakan kata-kata sederhana agar dapat mudah dipahami. Analisis metode informal dalam data ini guna mempermudah pemahaman hasil penelitian. Sedangkan metode formal adalah metode penyaji data dengan menggunakan dokumentasi yang berupa foto-foto sebagai gambaran dan lampiran. Di dalam penelitian Istilah Alat-alat Pertukangan Mebeler dan Perkembanganya diperlukan foto-foto untuk mempermudah gambaran seseorang yang ingin memahaminya.

BAB IV ANALISIS DATA

Sehubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini, maka analisis data yang dibicarakan ada tiga hal mengenai istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya, yaitu bentuk yang berupa monomorfemis, polimorfemis dan frasa serta makna yang berupa makna leksikal dan makna kultural, selain bentuk dan makna juga dibicarakan alat-alat yang mengalami perkembangan dari istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali.

A. Bentuk Istilah Alat-alat Pertukangan Mebeler dan

Perkembanganya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali Berdasarkan hasil penelitian data ditemukan bentuk istilah alat-alat pertukangan mebeler dan perkembangannya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali berupa monomorfemis, polimorfemis dan frasa.

1. Monomorfemis

53