Nilai Rasa Makna Emotif Tingkat Sosial

xlix 5 Mama dari Novita Sari, kami persilakan untuk naik ke atas panggung. Dilihat dari segi ragam bahasa, kelima kata tersebut mempunyai perbedaan. Pada kalimat 1 kata ibu biasa dipakai pada ragam formal maupun nonformal; sedangkan kata bunda kalimat 4 biasa dipakai pada ragam nonformal, bersifat arkhais dan puitik indah; kemudian kata mak, mami, dan mama pada kalimat 2, 3, dan 5 biasa dipakai pada ragam nonformal.

b. Nilai Rasa Makna Emotif

Kata-kata yang bersinonim dapat dilihat bedanya berdasarkan nilai rasanya. Nilai rasa yang berbeda menyebabkan munculnya perbedaan perasaan pemakaian bahasa yang dapat diwujudkan dengan memilih kata-kata tertentu yang bermakna lebih halus. Nilai rasa terhadap suatu kata sangat berkaitan dengan masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, suatu kata yang sama bisa memiliki nilai rasa yang berlainan terhadap masyarakat bahasa yang berbeda. Contoh: 1 Ibu baru pulang dari kantor. 2 Mak baru pulang dari kantor. 3 Mami baru pulang dari kantor. 4 Bunda baru pulang dari kantor. 5 Mama baru pulang dari kantor. Kata ibu pada kalimat 1, mami pada kalimat 3, bunda pada kalimat 4, dan mama pada kalimat 5 lebih bernilai rasa halus daripada kata mak pada kalimat 2 meskipun acuannya sama. Pencerminan kesan atau rasa halus itu dapat pula diwujudkan dengan menghindarkan pemakaian kata-kata yang tidak sedap didengar dan menggantinya dengan kata lain yang bernilai rasa halus. l

c. Tingkat Sosial

Pemakaian kata-kata yang berbeda dengan makna yang “kurang lebih sama” dalam pasangan sinonim dapat dikaitkan dengan tingkat kedudukan atau tingkat sosial seseorang. Ini mengingat dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat golongan-golongan tertentu yang perlu disikapi dengan cara berbeda. Ada yang harus disikapi dengan penuh hormat, misalnya orang tua, saudara tua, tokoh masyarakat, atau guru. Ada juga yang bisa disikapi secara biasa, seperti teman akrab atau teman sebaya. Berdasarkan tingkatan-tingkatan tersebut, dalam masyarakat Indonesia terdapat berbagai variasi bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat sosialnya. Jadi, bahasa atau ragam bahasa yang digunakan di kalangan orang yang tingkat sosialnya rendah tidak sama dengan orang tingkat sosialnya menengah ke atas .Pihak yang tingkat sosialnya lebih rendah menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi, dan yang tingkat sosialnya lebih tinggi menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah. Adanya tingkatan bahasa itu menyebabkan penutur dari masyarakat tutur bahasa Indonesia harus mengetahui lebih dahulu kedudukan tingkat sosial lawan bicaranya. Ada kalanya mudah, tetapi seringkali cukup sulit. Contoh: 1 Ibu sedang mengantar adik ke sekolah. 2 Mak sedang mengantar adik ke sekolah. 3 Mami sedang mengantar adik ke sekolah. 4 Bunda sedang mengantar adik ke sekolah. 5 Mama sedang mengantar adik ke sekolah. Kata bunda pada kalimat 4, kata mami pada kalimat 3, dan kata mama pada kalimat 5 biasa digunakan oleh orang-orang yang tingkat sosialnya menengah ke atas. Kemudian kata ibu pada kalimat 1 biasa digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, serta pada tingkat sosial manapun. Akan tetapi, kata mak pada kalimat 2 biasa digunakan oleh orang yang tingkat sosialnya rendah atau orang yang hidup di desa atau di kampung. li

d. Kelaziman Pemakaian Kolokial