Syarat Pemberian Makanan Pendamping ASI

2. Sosial Budaya Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kegagalan menyusui pemberian makanan selain ASI pada usia dini di negara berkembang terutama di daerah perkotaan antara lain adalah : a. Pengaruh langsung budaya barat b. Urbanisasi c. Sikap terhadap payudara d. Pengaruh Iklan e. Pengaruh petugas kesehatan f. Tingkat pendidikan ibu g. Pekerjaan ibu Jeliffe Jellife, 1978 : 221. Laukaran et al menambahkan perilaku makan sebelumnya, pengetahuan dan sikap terhadap makanan bayi berperan dalam praktek pemberian makanan pada bayi. Selain faktor di atas, waktu pemberian ASI pertama kali juga turut mempengaruhi keberhasilan menyusui Roesli, 2001 :47.

2.3. Syarat Pemberian Makanan Pendamping ASI

Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. Makanan Pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat Universitas Sumatera Utara tambahan lainnya Nadesul, 2007. Menurut Muchtadi 2004 hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan pada bayi adalah sebagai berikut : a. Makanan bayi termasuk ASI harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi. b. Makanan tambahan harus kepada bayi yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kalihari. c. Sebelum berumur 2 tahun bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa. d. Makanan campuran ganda multi mix yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut. e. Makanan harus diolah dari bahan makanan yang bersih dan aman. Harus dijaga keamanan terhadap kontaminasi dari organ biologi berbahaya seperti kuman, virus, parasit dan zat kimia, racun yang berbahaya, mulai dari persiapan bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, distribusi sampai dengan penyajian. f. Bahan lainnya dapat ditambahkan untuk mempertahankan konsistensi dan rasa makanan asal tidak mengandung zat berbahaya, misalnya gula, garam, cokelat dan lainnya. g. Fortifikasi makanan adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan atau makanan sehingga mencapai kadar yang dapat meningkatkan status gizi . Pada MP-ASI yang penting adalah penambahan zat gizi mikro seperti Universitas Sumatera Utara zat besi, yodium ke dalam biskuit, cookies, roti, garam dan makanan suplemen. Kendala penambahan zat gizi mikro ke dalam makanan adalah perubahan cita rasa dan warna, perubahan tekstur dan lain lain, sehingga memerlukan suatu aplikasi teknologi yang memadai agar dapat mencapai tujuannya. MP-ASI yang dibuat di rumah tangga MP-ASI tradisional pada umumnya kurang memenuhi kebutuhan zat gizi terutama micronutrien seperti Fe, Zn, apalagi pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah yang gambarannya dapat dilihat sebagai berikut ini: untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi 6 – 12 bulan 6,8 mg dibutuhkan 108 gr hati ayam 4 pasang atau 550 gr telur atau 500 gr ikan atau 450 gr daging sapi atau 350 gr kacang kacangan sehingga sulit untuk dapat diberikan dari dapur ibu Sunawang, 2000. Pendapat lain, pembuatan MP-ASI di tingkat rumah tangga masih cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila dilakukan pengaturan pada sumber makanan bergizi yang sesuai dengan bahan makanan lokasi yang tersedia baik variasi dan jumlah yang dibutuhkan masing-masing anak. Hal ini dapat terlihat dengan mengatur komposisi jumlah dan jenis makanan untuk makan pagi, makan siang dan makan sore di samping pemberian ASI yang terus dilanjutkan sampai minimal anak berusia 2 tahun seperti berikut ini: Makan pagi dengan semangkuk kecil bubur havermout, makan siang dengan sepiring sedang 3 sendok makan nasi, 1 sendok kacang merah, dan setengah butir jeruk, dan makan malam dengan sepiring sedang 3 sendok makan nasi, 1 sendok makan hati dan 1 sendok makan sayuran hijau. Dengan demikian kebutuhan energi Universitas Sumatera Utara hampir terpenuhi, demikian pula dengan kebutuhan protein, vitamin A maupun zat besi. Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi. 2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok. 3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik. 4. Harganya relatif murah 5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. 6. Bersifat padat gizi. 7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi Murianingsih dan Sulastri, 2003

2.4. Masalah-masalah dalam Pemberian MP-ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

6 72 105

Hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Tahun 2013

1 44 66

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN MERAUKE

0 4 72

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 18

Lampiran 1 PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MPASI) DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA KWALA PESILAM KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Kwala Pesilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Kwala Pesilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 7

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA KWALA PESILAM KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 TESIS

0 0 17

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

0 0 14