penting untuk menghasilkan operasi kinerja mesin yang lembut dan efisien. Prosesnya adalah :
a. Counter balance weight pada poros engkol memberikan gaya untuk
menggerakkan piston dari TMB ke TMA; b.
Katup buang terbuka Sempurna, katup masuk menutup penuh; c.
Gas sisa hasil pembakaran didesak keluar oleh piston melalui port exhaust menuju knalpot.Seperti pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Langkah Buang http:www.prinsipkerjamotordiesel.com
2.5 Pembakaran
2.5.1 Definisi Pembakaran
Pembakaran merupakan suatu reaksi kimia yang melibatkan kombinasi bahan bakar dan oksigen untuk menghasilkan panas dan produk pembakaran.
Definisi pembakaran adalah suatu reaksi oksidasi dan oksigen dan material yang mudah terbakar, yang ditandai nyala api dan menghasilkan cahaya panas. Dalam
pembakaran dengan bahan bakar, yang dimaksud dengan Cumbutible materials adalah jenis-jenis material yang mudah terbakar, seperti hidrokarbon. Sedangkan
yang bertindak sebagai oksidator adalah oksigen, yang sumber utamanya
diperoleh dari udara untuk pembakaran spontan yang mengandung 21 O
2
. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada terjadinya peristiwa
pembakaran atau oksidasi setidaknya ada tiga komponen yang dilibatkan, yaitu : 1.
Material yang akan mengalami peristiwa pembakaran dapat berupa cairan, gas, maupun padatan;
2. Oksigen komponen dalam udara yang memicu terjadinya oksidasi;
3. Letupan energi yang terjadi saat pembakaran berlangsung yang
berfungsi sebagai pengaktivasi jalannya reaksi oksidasi. Jenis-jenis pembakaran ditentukan oleh rasio dari udara air dan bahan
bakar fuel atau ratio AF.
2.5.2 Proses Pembakaran
Proses pembakaran dapat diklasifikasikan menjadi : a.
Complete combution, terjadi apabila semua unsur C, H, dan S yang terkandung dalam bahan bakar bereaksi membentuk C0
2
, H
2
O, dan SO
2.
Pembakaran ini umumnya dapat dicapai pada kondisi pembakaran dengan udara lebih.
b. Perfect combution, terjadi apabila jumlah bahan bakar dan oksidatornya
sesuai dengan reaksi stokiometris. Campuran dikatakan stokiometris jika jumlah oksigen dalam campuran tepat untuk bereaksi dengan unsur C,
H, dan S membentuk CO
2,
H
2
O, dan SO
2.
c. Incomplete combution, terjadi proses pembakaran bahan bakar
menghasilkan produk antara seperti CO, H
2
, dan aldehit disamping CO
2
, H
2
O, dan N
2
jika oksidatornya dalam udara. Pembakaran parsial ini dapat terjadi akibat suplai oksidator yang terbatas, nyala ditiup atau
dihembus, nyala didinginkan dengan dikenai permukaan dingin, pencampuran bahan bakar, dan oksidator yang tidak sempurna.
d. Spontaneous combution, terjadi apabila bahan bakar mengalami oksidasi
secara perlahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak terlepas, menyebabkan temperatur bahan bakar naik secara perlahan sampai
mencai titik bakarnya ignation point hingga bahan bakar habis terbakar dan menyala.
Pada kenyataannya sangat sulit bagi reaksi untuk pembakaran untuk berlangsung dalam kondisi stokiometris, karena itulah dikenal
istilah pembakaran dengan udara berlebihan. Alasan utama akan kebutuhan terhadap udara berlebihan excees air adalah karena
kegagalan aliran bahan bakar dan udara untuk dapat bercampur sempurna pada daerah diamana pembakaran dapat seharusnya dapat
teradi. Berlangsungnya pembakaran dipengaruhi oleh frekuensi tumbukan antara molekul bahan bakar dengan molekul oksigen. Bila
terjadi deefisiensi dari pencampuran kedua fluida, maka dibutuhkan oksigen berlebih untuk meningkatkan frekuensi tumbukan antara
molekul tersebut. Metode yang digunakan untuk menghubungkan kondisi udara aktual
dalam sistem pembakaran dengan jumlah teoritis yang diperlukan dinyatakan sebagai air factor AF. Air factor AF dinyatakan sebagai ratio dari udara
aktual yang digunakan Arismunandar W, 1983.
2.5.3 Pembakaran Dalam Mesin Diesel