Sebab utama timbulnya hidrokarbon pada emisi gas buang adalah sekitar tempat terjadinya pembakaran bersuhu rendah,
diamana suhu itu tidak mampu melakukan pembakaran. c.
Nitrogen Oksigen NO
X
Jika terdapat N
2
dan O
2
pada suhu 1800 C sd 2000
C, akan terjadi reaksi pembentukan gas NO seperti berikut ini:
N
2
+ O
2
2NO Di udara NO mudah berubah menjadi NO
2
, NO
x
, didalam gas terpilih dari 95 NO, 3-4 NO
x
, dan sisanya N
2
O, N
2
O
3
, dan sebagainya.
d. Sulfur Oksidasi SO
x
Bahan bakar minyak solar mengandung unsur belakang sulfur. Pada saat terjadi pembakaran, S akan bereaksi dengan H dan O untuk
membentuk senyawa sulfat dan sulfur oksidasi. H + S + O HSO
S + O
2
SO
2
e. Nitrogen N
2
Udara yang digunakan untuk pembakaran sebagian besar terdiri dari senyawa nitrogen N
2
. Pada saat terjadi pembakaran, sebagian kecil N
2
akan bereaksi dengan O
2
dan membentuk NO
2
. Sebagian besar lainnya tetap berupa senyawa nitrogen hingga keluar sebagai emisi.
f. Uap air H
2
O H
2
O merupakan hasil reaksi pembakaran, dimana air yang dihasilkan tergantung dar mutu bahan bakar. Makin banyak uap air
dalam gas buang, menandakan pembakaran makin baik.
2.6 Magnet
2.6.1 Asal Kemagnetan
Sifat kemagnetan makroskopik material adalah konsekuensi momen magnet material penyusun, karena adanya pergerakan partikel listrik. Pada skala atom,
momen magnet berasal dari pergerakan elektron, ini dipengaruhi oleh konfigurasi elektron yang berbeda tiap atom atau ikatan antara atom.
Elektron mempunyai dua pergerakan, yakni spin dan orbit, dimana momen magnet magnet spin elektron memberikan efek lebih besar dari pada orbitnya.
Besar momen magnet di indikasikan oleh Borh magneton, μ
B
= 9,27 x 10
-24
A-M
2
. Untuk spin keatas dan kebawah bernilai berturut-
turut + μ
B
dan - μ
B.
Untuk orbital yang bernilai μ
B.
m, dimana m nilai kuatum magnetik. Pada orbital atom yang terisi penuh, momen orbital dan spin dari pasangan elektron saling meniadakan,
material menjadi bukan magnet permanen Sears Zemansky Addison Wesley 5
th
edision.
2.6.2 Dipol Magnetik
Dipol magnet dapat dianalogikan sebagai magnet batang yang terdiri dari kutub utara dan kutub selatan, pengganti dengan kutub + dan – dari dipol listrik.
Pada lingkungan suatu medan magnet, dipol magnetik pada suatu material cenderung terorientasi terhadap medan. Dipol magnet dapat menimbulkan medan
magnet, yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.7 Dipol Magnetik http:www.dipolmagnetik.com
2.6.3 Medan Magnet
Suatu partikel bermuatan listrik yang bergerak pada suatu medan magnet akan mengalami gaya Lorentz yang mendorongnya kearah tegak lurus dengan
medan magnet dan arah gerak kaidah tangan kanan. Medan magnet aksternal, H dapat diubah dengan kumparan kawat silinder yang dialiri kawat listrik, sehingga
memberikan medan magnet terinduksi B. Medan magnet terinduksi, B wb.m
-2
, adalah besar kekuatan magnet internal suatu material yang diberikan H, dimana H
= NI I, dengan I adalah arus listrik. Seperti pada gambar 2.8
Gambar 2.8 Medan Magnet Induksi http:www.elektronikabersama.com
Dari gambar diatas, menjelaskan derajat magnetasi material atau suatu material dapat diinduksi oleh H. Magnetasi suatu material M, dapat memperkuat
pengorientasian momen magnet terhadap H. B = μ
H + μ M
Dimana: M = X
M
H dan X
M
= k-1. Medan magnet yang timbul pada magnet permanen dihasilkan dari medan-
medan magnet yang sangat kecil dari tiap atom dalam magnet tersebut yang saling menguatkan. Tingkatan ini dihasilkan oleh pergerakan spin dan orbital dari
elktron. Material feromagnetik yang dapat menghasilkan fenomena ini. Unsur yang umumnya digunakan sebagai bahan utama material ferromegnetik adalah
besi, cobal, dan nikel.
Kekuatan magnet dihasilkan oleh magnetik flux density. Yang diukur dalam satuan Gauss. Jenis magnet yang digunakan untuk refrigerator mempunyai
kekuatan sekitar 1000 Gauss sedangkan water treatment dan bahan bakar mempunyai tingkatan sekitar 2000 sampai 4000 Gauss.
2.6.4 Jenis Material Magnet