hanya sedikit terdapat spesies yang mirip. Pada stasiun 2 dan 4 terdapat 4 spesies yang sama sedangkan pada stasiun 1 dan 2 hanya terdapat satu spesies yang sama.
Ketidakmiripan antara kedua habitat juga dapat disebabkan karena faktor fisik- kimia air. Pada stasiun 2 dan 4 banyak terdapat kemiripan nilai faktor fisik-kimia
air seperti suhu, DO, dan BOD
5
. Menurut Odum 1971 dalam Defira Muchlisin 2004, nilai IS berkisar antara 0-1. Jika IS mendekati 0 berati tingkat
kesamaan rendah dan sebaliknya jika nilai IS mendekati 1 maka tingkat kesamaan tinggi.
4.2 Abiotik Lingkungan
Hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Asahan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Data pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Asahan Pada Setiap Stasiun
No .
Parameter Satuan
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
A. Parameter Fisika
1 Suhu
o
C 24
25 26
25 2
Kecepatan arus ms
0,4 0.8
0,6 1,1
3 Intensitas cahaya
Candela 340
380 420
350 4
Penetrasi Cahaya cm
45 35
38 32
B Parameter Kimia
5 Oksigen terlarut DO
mgL 7,2
6,8 7
6,9 6
Kejenuhan Oksigen 87,27
83,84 87,60
85,08 7
Derajat Keasaman pH -
7,2 6,3
6,8 7,1
8 BOD
5
mgL 2,5
3,1 2,8
3,3 9
Nitrat NO3-N mgL
2,33 0,77
0,18 0,21
10 Fosfat PO4
mgL 0,008
0,01 0,014
0,007 Keterangan:
Stasiun 1 : daerah kontrol
Stasiun 2 : daerah pemukiman
Stasiun 3 : daerah penambangan pasir
Stasiun 4 : daerah pabrik kelapa sawit PTPN 4
4.2.1 Parameter Fisika
Tabel 6 menunjukkan nilai rata-rata parameter fisika di setiap stasiun. Suhu pada setiap stasiun berkisar antara 24-26
o
C. Suhu yang paling tinggi terdapat pada stasiun 3 dan terendah pada stasiun 1. Keadaan suhu dalam suatu perairan dapat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya cahaya yang masuk ke badan sungai. Menurut Wijaya 2009, perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan
Universitas Sumatera Utara
badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi
pertumbuhannya. Parameter fisika yang lain adalah kecepatan arus yang diukur berada pada
kisaran 0,4-1,1 mdetik. terendah pada stasiun 1 dan tertinggi pada stasiun 4. Perbedaan ini dapat disebabkan kondisi fisik sungai yang berbeda. Menurut
Barus 2004, arus berfungsi dalam pengangkutan energi panas dan substansi yang terdapat di dalam air.
Intensitas cahaya merupakan salah satu yang mempengaruhi penyebaran ikan, intensitas cahaya yang diukur berada pada kisaran 340-420 Candela.
Intensitas cahaya yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 sedangkan yang terendah pada stasiun 1. Intensitas cahaya sangat mempengaruhi fitoplankton dan perifiton
dalam suatu perairan. Menurut Nugroho 2006, sebagian besar perifiton berperan sebagai produsen yang dapat melakukan aktivitas fotosintesis. Fotosintesis dapat
berlangsung dengan baik jika intensitas cahaya yang diterima perifiton cukup banyak. Oleh karena itu cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat
menentukan produktivitas suatu perairan. Fitoplankton dan perifiton sebagian adalah makanan alami ikan.
Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi ikan. Penetrasi cahaya yang diukur di setiap stasiun berada pada kisaran 32-45 cm. Nilai tertinggi
terdapat pada stasiun 1 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 4. Kecerahan yang berbeda ini dapat disebabkan karena pada stasiun 4 merupakan
daerah perkebunan yang memuat limbah buangan yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit PTPN 4 ke perairan tersebut. Menurut Sunu 2001, kondisi air keruh
yang diakibatkan oleh padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas air karena akan mengurangi kemampuan penetrasi cahaya.
4.2.2 Parameter Kimia